Part 027

101 13 0
                                    

Paris—French.

“Siapa yang kau ajak kemari?”

Arthur menyunggingkan senyum tipis saat seorang rekan kerjanya bernama Oliver mengajukan pertanyaan sembari merangkul pundak laki-laki itu. Oliver adalah laki-laki keturunan Afrika Selatan dengan rambut coklat keemasan serta kulit putih dan beberapa rambut tumbuh di sekitar dagunya.

“Temanku,” jawab Arthur sesuai dengan kenyataan. Masih dengan tersenyum laki-laki itu meneguk sedikit minuman bersoda yang baru saja dituangkan oleh Oliver.

“Kau hanya memesan soda?” tanya laki-laki itu lagi.

Arthur mengangguk.

“Kenapa tidak dengan alkohol?”

“Aku harus mengemudi.”

“Oh! Karena takut membahayakan teman perempuanmu itu, ya?” goda Oliver sembari terkekeh. Jika seseorang menyinggung Evelyn seperti ini tak ayal bisa membuat seorang Arthur Bellinor menahan semyum.

“Hanya berjaga-jaga saja. Demi keamanan.”

Oliver mengangguk beberapa saat kemudian. Laki-laki itu kemudian berbicara banyak yang mana Arthur dengarkan dengan baik meski musik DJ yang memenuhi seluruh penjuru ruangan diputar dengan keras.

Arthur melirik ke arah kanan di mana toilet berada. Evelyn sudah pergi selama tujuh menit akan tetapi gadis itu tak kunjung kembali. Di saat yang sama, tanpa sengaja ekor mata Arthur menangkap seseorang yang tengah berjalan ke arah toilet yang sama dengan Evelyn.

Arthur tahu betul melalui perawakan tubuhnya siapa orang itu. Dengan segera, Arthur bangkit kemudian mengejar di balik laki-laki yang sudah memasuki area toilet. Bahkan kepergian Arthur yang terburu-buru sempat membuat Oliver berteriak memanggil nama temannya itu. Arthur tidak mengindahkan. Yang menjadi fokusnya sekarang ada Evelyn. Jangan sampai mereka bertemu!

Namun, secepat apa pun Arthur berlari, hal yang tidak ia inginkan sudah terjadi. Mereka sudah bertemu dengan saling bertatap muka setelah dua tahun lamanya terpisahkan oleh perasaan yang saling menyakitimu hati masing-masing.

Mereka berdua—Evelyn dan Fabio kompak beradu pandang. Dari balik punggung Fabio, Arthur bisa melihat kalau gadis itu menahan tangis. Matanya terlihat berkaca dan jelas ia merasakan sesak atas pertemuan tak sengajanya dengan mantan pacar dua tahunnya.

“Eve....”

Sesak. Hati Evelyn sangat sesak. Jika boleh jujur ia tidak ingin melihat wajah Fabio saat ini. Tidak untuk saat ini. Kehadiran laki-laki itu di sini sangat menyakitinya. Evelyn tidak bisa.

Gadis itu terkejut dengan pertemuan tiba-tiba itu. Pun dengan Fabio yang merasakan hal yang sama. Bibir laki-laki itu kelu.

Karena sudah tidak bisa menahan air mata yang akan segera jatuh, Evelyn langsung lari bahkan ketika Fabio masih tidak bisa berkata yang lain. Evelyn tidak bisa membiarkan air matanya menetes di depan laki-laki berengsek dan bodoh seperti Fabio.

Setelah kepergian Evelyn, Arthur yang menyaksikan pemandangan dua sejoli yang bertemu lagi setelah sekian lama itu langsung mengejar Evelyn. Membelah keramaian—lautan manusia yang sedang berpesta. Nyaris saja laki-laki itu tidak bisa mengejar Evelyn.

Namun tetap saja, jauh sebelum Arthur bisa menggapai punggung Evelyn, Fabio Quartararo lebih cepat dari seorang Arthur Bellinor. Sampai di luar gedung, Fabio berhasil meraih pundak Evelyn dan membuat gadis itu sontak menghentikan langkahnya. Ia menoleh dengan air mata yang sudah membasahi pipi.

“Eve....” Fabio tidak bisa mengatakan apa pun selain satu kata itu. Ia sangat terkejut. Tidak menyangka dan juga ada rasa senang di hatinya mengetahui bahwa gadisnya baik-baik saja.

A Snowy Night | FQ20 Fanfiction ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang