Part 028

73 7 0
                                    

Paris—French.

“Maaf, tidak seharusnya aku pergi dari pesta tanpa berpamitan dengan teman-temanmu dan malah menangis seperti tadi,” ujar Evelyn saat dirinya dan Arthur sudah masuk ke apartemen milik gadis itu. Melalui kalimatnya Evelyn sangat menyesal dengan yang terjadi hari ini.

Arthur balas tersenyum tipis. Tangan laki-laki itu bergerak untuk mengusap rambut Evelyn yang menjuntai hingga ke punggung. Semua itu tak lantas membuat hati Evelyn baik-baik saja. Arthur dan perhatiannya sedikit membuat Evelyn takut. Evelyn takut untuk jatuh cinta lagi dan kembali tersakiti untuk yang kedua kalinya. Bahkan yang pertama saja dia belum sepenuhnya sembuh.

“Jangan cemaskan itu. Aku sudah berbicara dengan mereka kalau ada urusan mendadak.”

“Kuharap kejadian ini yang terakhir kali. Aku juga tidak mau lagi bertemu dengannya.” Bibir Evelyn kelu. Bahkan untuk menyebut nama Fabio saja ia tidak sanggup. Padahal yang Fabio lakukan itu adalah hal biasa yang sering terjadi pada sepasang kekasih, akan tetapi bagi Evelyn itu adalah hal paling jahat yang pernah ia terima dalam hidupnya apalagi penyebab rasa sakitnya adalah orang yang paling ia cinta dan percayai. Untuk yang kedua kali, Evelyn tidak akan mudah percaya dengan laki-laki.

Fabio berhasil menyebabkan trauma yang benar-benar membekas di hati dan pikiran Evelyn. Harusnya bisa saja selama dua tahun ini menerima perlakuan baik—kelewat baik dari Arthur gadis itu bisa jatuh cinta. Namun tidak. Untuk berpikir ia membuka pintu untuk laki-laki itu saja tidak.

“Tidak akan lagi. Jika dia sampai datang maka aku tidak akan tinggal diam, Eve. Aku akan melindungimu,” ucap Arthur dengan tulus—sangat tulus. Bahkan untuk melawan seorang Fabio ia siap jika itu untuk Evelyn. “Nyaris pagi, aku harus segera pulang,” ucap laki-laki itu lagi setelah melirik jam di pergelangan tangannya.

Evelyn mengangguk. Baru ia akan mengantar Evelyn sampai pintu masuk, suara dari dalam kamar Ancel membuat dua orang itu terperanjat dan segera lari untuk melihat apa yang terjadi.

Prangg!!!

“Anc, kau baik-baik saja?!” Evelyn memekik panik sembari membuka pintu kamar kakak laki-lakinya. Ia dan Arthur langsung berjalan ke dekat ranjang Ancel.

Laki-laki yang membuat jantung dua orang muda itu nyaris jatuh sudah duduk di tepian ranjang dengan mata yang mengarah bebas. Ia seperti orang kebingungan.

“Tidak ada yang terjadi, aku hanya menjatuhkan gelasnya, Eve. Maaf, kau bisa bereskan ini besok,” jawab Ancel.

Evelyn langsung menunduk sembari memunguti pecahan kaca dari gelas yang baru saja dipecahkan Ancel. “Apa yang kau katakan? Besok? Aku harus membereskannya besok?! Setelah pecahan kaca ini mengenai kakimu, begitu?!” Tanpa sadar Evelyn justru marah-marah. Ia sangat kesal. Bukan kepada Ancel. Namun pada keadaan yang membuat Ancel harus begini.

“Kau marah?”

“Ya, aku marah! Apa kau tidak tahu kalau aku membeli gelas ini khusus untukmu. Ini hadiah ulang tahunmu dan sekarang kau memecahkannya,” ucap Evelyn sembari terisak. Bersamaan dengan tangannya yang terus mengumpulkan pecahan kaca di lantai, matanya kembali mengeluarkan air mata.

Evelyn menangis bukan karena gelas yang ia berikan pada Ancel sudah hancur tetapi karena setelah ini pasti Ancel merasa dirinya tidak berguna.

“Ini lucu sekali, ya? Dulu aku bisa melakukan semuanya sendiri. Sekarang untuk mengambil air minum saja aku tidak bisa.” Ancel tertawa getir.

Benar, kan?

“Anc, jangan katakan itu! Aku marah bukan menyalahkanmu atas gelas ini. Aku hanya—” Evelyn kehilangan katanya. Ia tidak sanggup meneruskan. Sebenarnya ia masih teringat dengan kejadian tadi sampai hal sekecil ini membuatnya marah dan kembali menangis. Fabio. Di saat seperti ini bayangan laki-laki jahat itu malah muncul dan menyakiti hati Evelyn lagi.

A Snowy Night | FQ20 Fanfiction ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang