Part 025

73 6 0
                                    

Paris—French.

Two Years Later....

Sebelum seorang Fabio Quartararo memasuki hidupnya, hidup Evelyn sangat berwarna apalagi ketika laki-laki itu berhasil mendobrak pintu dan mengambil hatinya. Hari-hari yang Evelyn jalani terasa indah dan menyenangkan. Nyaris tidak pernah sekalipun dia merasa kesepian atau merasa hidupnya tidak adil.

Namun ketika sang pemberi warna dan kebahagiaan itu pergi, hidup Evelyn berubah. Setelah putus dari Fabio dua tahun lalu, Evelyn mulai menata kembali hidupnya walau semuanya tak lagi sama. Hari-hari yang ia lalui  sangat berbeda dari hari ketika ia masih bersama Fabio.

Selama dua tahun belakangan ini Evelyn menjalani hidup dengan tidak percaya akan cinta dan omong kosong seorang laki-laki. Selama dua tahun pula banyak yang berusaha mengambil hatinya akan tetapi Evelyn abai. Tak satupun berhasil mendapatkan hati seorang Evelyn Teresa Guerrero karena sejatinya pemilik hati gadis itu adalah seorang Fabio Quartararo yang sudah lama pergi.

Setelah hubungan mereka berakhir, Evelyn mulai menutup rapat dan menjauhi semua hal tentang Fabio. Mereka tidak lagi saling mengikuti di akun sosial media di manapun bahkan Evelyn mengganti nomor ponselnya agar tidak ada tempat lagi untuk Fabio di hatinya. Sebisa mungkin gadis itu berusaha untuk melupakan dengan cara membenci. Namun itu bukan hal yang sederhana. Semakin Evelyn berusaha untuk mengubur kenangan mereka berdua rasanya justru makin sulit.

Semakin berusaha dilupakan justru makin sering diingat. Evelyn benci kalimat itu.

Seharusnya tidak begini! Seharusnya Fabio sudah tidak menempati hatinya lagi. Laki-laki berengsek itu bahkan hidup bahagia dengan tawa di wajahnya sementara Evelyn di sini menderita. Menderita karena rasa benci yang ia tanamkan dalam dirinya akan tetapi rasa cintanya pada Fabio jauh lebih besar.

Sampai hari ini pun Evelyn tidak tahu alasan apa yang mendasari Fabio mengakhiri hubungan mereka. Evelyn selalu percaya bahwa laki-laki itu dungu dan bodoh! Itu alasan jelas yang bisa Evelyn pikiran.

Selain berusaha melupakan laki-laki berengsek yang sayangnya pernah menjadi bagian dari hidupnya itu, Evelyn juga harus menanggung beban hidupnya dan Ancel. Selama dua tahun sejak kecelakaan itu Ancel tidak bisa berbuat apa-apa karena pengelihatannya yang hilang. Laki-laki itu hanya bisa duduk di rumah sembari menunggu Evelyn kembali dari kampus atau kerja paruh waktu.

Seperti yang terjadi hari ini. Begitu Evelyn keluar dari kampus setelah kelasnya selesai, Ernest yang beberapa bulan ini sudah mendapatkan gelar sarjana dan mulai magang di sebuah perusahaan besar di kota Paris, datang menjemput Evelyn.

Selama Fabio tidak ada, Ernest berusaha bersikap dewasa dengan selalu menjaga Evelyn dan menjadi sopir pribadi gadis itu. Evelyn berjalan mendekat begitu melihat Ernest berdiri di samping mobil dengan bersandar dan melipat kedua tangan di depan dada.

“Kau sudah lama menunggu?” tanya Evelyn sedikit cemberut. Pasalnya ia sudah meminta Ernest untuk menjemputnya setelah kelas Evelyn selesai akan tetapi laki-laki itu sudah lebih dulu datang satu jam yang lalu dan meneror Evelyn dengan sepuluh panggilan melalui ponsel.

Ernest tidak menjawab. Laki-laki itu justru membenarkan letak kacamata yang bertengger di atas hidung mancungnya. Sekedar informasi kalau rambut Ernest sudah pendek karena pihak perusahaan tempatnya magang tidak menerima karyawan dengan rambut gondrong seperti anak jalanan yang tidak jelas arah hidupnya.

“Aku kan sudah bilang untuk menjemput ketika aku sudah menghubungimu. Salahmu sendiri tidak mendengarkan!” gerutu Evelyn saat sudah duduk di samping Ernest. Masih tidak ada jawaban dari Ernest. Laki-laki itu tidak juga menyalakan mobil dan malah melihat ke arah gerbang kampus. “Kenapa tidak jalan? Apa yang kau tunggu?” tanya Evelyn. Setengah kesal dengan sikap sepupu menyebalkannya itu.

A Snowy Night | FQ20 Fanfiction ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang