Part 030

114 7 0
                                    

Paris—French.

Seperti tekad yang sudah ia pikirkan sejak kemarin, hari ini Fabio mulai rencananya untuk mendekati Evelyn kembali. Ia ingin gadisnya yang dulu kembali padanya. Menjadi miliknya.

Sudah lebih dari dua jam Fabio menunggu di dalam mobil. Tepat di parkiran Paris Coffee Shop, Fabio menatap lurus kafe yang menjadi tempat kerja paruh waktu Evelyn. Ia sudah mencari tahu sedikit tentang gadis itu. Apa saja yang ia lakukan sekarang, bahkan rutinitasnya selama dua tahun terakhir.

Langit sudah gelap sejak lima jam yang lalu. Fabio masih setia menunggu. Ia ingin bicara dengan Evelyn. Berharap kalau gadis itu akan menerima dirinya kembali. Meski Fabio sempat ragu kalau itu akan menjadi hal yang mudah. Namun tidak ada salahnya mencoba, kan?

Tepat pukul sebelas malam, kafe tutup. Lampu di dalam sana mulai dimatikan satu per satu, sementara pengujung mulai meninggalkan parkiran dengan mobil mereka. Fabio masih sanggup menunggu sebentar lagi.

Lima belas menit kemudian, sosok yang ditunggunya keluar. Gegas Fabio meletakkan ponsel yang sejak tadi ia pegang ke atas dashboard. Dia berniat turun untuk mengajak Evelyn ke mobilnya. Namun gerakan tangannya berhenti ketika sosok lain muncul dari mobil yang terparkir baru saja.

Fabio mengernyitkan kening dalam. Arthur. Dia datang dan langsung bercakap dengan Evelyn. Bahkan interaksi mereka sangat dekat. Fabio mengepalkan kedua tangan. Apalagi ketika wajah Arthur mendekat ke wajah Evelyn. Fabio melotot. Dengan emosi yang tiba-tiba menguasainya, ia turun dari mobil. Fabio sudah tidak bisa berpikir jernih. Ia langsung menonjok wajah Arthur dari samping. Sontak membuat Evelyn menjerit saat tubuh Arthur sudah tersungkur di tanah.

“Fabio!!! Apa yang kau lakukan?!” jerit Evelyn.

Fabio seperti kerasukan setan. Ia terus memukul Arthur. Fabio kalut. Emosi menguasainya. Apalagi ketika Arthur melakukan perlawanan, Fabio makin kesetanan.

Tidak tahu harus berbuat apa selain memisahkan mereka. Evelyn menarik punggung Fabio agar menjauhi Arthur dan menyudahi perkelahian mereka. Tidak mudah. Tenaga Fabio jauh lebih besar. Arthur masih melakukan perlawanan dengan sesekali menonjok wajah Fabio. Saat Fabio akan membalas pukulan Arthur, tangan Fabio justru melayang di udara ketika Evelyn sudah berdiri di antara mereka dengan mata yang sudah basah karena air mata.

Fabio membeku. Tangisan menyedihkan Evelyn bagaikan pedang yang menikam hati Fabio tanpa ampun. Tidak bisa. Fabio tidak pernah sanggup jika harus melihat Evelyn menangis seperti ini.

“Eve....”

“Bisakah kau hentikan ini?” pinta Evelyn dengan pilu. “Kenapa kau harus menyiksa orang lain karena aku?” tanyanya. Air mata Evelyn kembali menetes saat gadis itu berkedip. “Apa kau tidak ingat yang terakhir kali aku katakan? Aku memintamu untuk tidak menemuiku lagi! Jangan pernah muncul!” teriak Evelyn di depan Fabio. Gadis itu mulai frustrasi.

“Eve, aku ingin kita seperti dulu lagi. Tidak bisakah—”

“Apa kau tidak punya rasa malu, Fab?! Setelah semua yang kau lakukan, hanya karena kita bertemu lagi kau ingin kita bersama?” Evelyn menggeleng tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. “Di mana rasa malumu?! Kau bahkan tidak sadar kalau aku sangat membencimu!”

“Eve, kumohon jangan katakan kau membenciku! Aku tidak bisa mendengarnya.” Kali ini Fabio yang berteriak frustrasi. Hal yang paling tidak ingin ia dengar adalah Evelyn membencinya. Fabio tidak sanggup. “Apa yang kau ingat hanya saat aku menyakitimu saja? Kau tidak ingat bahwa kita pernah sangat bahagia? Hari-hari di mana kita saling mencintai. Kau sudah lupa semua itu?”

Evelyn terisak. Arthur tidak bisa melakukan apa pun. Ia cukup sadar diri kalau ini adalah urusan mereka. Laki-laki itu memilih menjauh—masuk ke mobilnya dan membiarkan dua orang itu bicara. Hal yang pernah terjadi di antara mereka harus diselesaikan sekarang.

A Snowy Night | FQ20 Fanfiction ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang