Part 014

115 13 0
                                    

Paris—French.

Tatapan tajam Fabio menusuk seluruh tubuh Evelyn begitu gadis itu keluar dari kafe beriringan dengan Arthur di sampingnya. Mobil laki-laki itu berhenti tepat di depan pintu kafe, dia berdiri dengan kedua tangan terlipat di depan dada.

Begitu Evelyn berhenti tepat di depan Fabio, laki-laki iti sedikit melunak. Bibirnya gegas menjelajahi tiap inchi bibir Evelyn. Segaja melakukan itu di depan Arthur agar laki-laki itu sadar diri kalau Evelyn adalah milik Fabio.

Evelyn menerima perlakuan itu karena ia sangat menikmati ketika bibir Fabio bersatu dengan bibirnya. Arthur Bellinor yang melihat pemandangan itu gegas memalingkan wajah ke sembarang arah—tidak mau menjadi penonton drama romansa picisan yang mendadak itu.

Usai ciuman dua sejoli itu terlepas, Fabio mengelus pipi lembut Evelyn dengan tatapan hangat yang jauh berbeda dari dua menit lalu ketika gadisnya berjalan dengan laki-laki lain.

“Sudah selesai?” tanya Fabio, intonasi bicaranya lembut. Ia harus membuktikan di depan Arthur kalau dirinya yang terbaik untuk Evelyn. Laki-laki seperti Arthur tidak pantas untuk seorang Evelyn Teresa Guerrero.

Anggukan Evelyn menjadi jawaban sebelum Fabio menarik tangannya untuk masuk ke mobil. Tanpa sepatah kata untuk Arthur, Fabio melengos usai menutup pintu mobil untuk gadisnya. Tubuh tegapnya memutari mobil, kemudian berakhir duduk di balik kemudi.

Evelyn membuka sedikit kaca di pintu mobil. “Terima kasih untuk hari ini. Sisanya akan aku kerjakan,” pamitnya sebelum mobil Fabio membelah keramaian.

Alunan musik yang dinyanyikan Ed Sheeran menjadi pengisi keheningan di dalam mobil. Melihat kekasihnya yang berlaku baik sejak tadi, karena Evelyn tidak menyadari tatapan tajam Fabio ketika dia keluar bersama Arthur, Evelyn tersenyum senang.

“Terima kasih sudah berlaku baik. Aku senang kau tidak marah, Fab,” ucapnya tanpa tahu perasaan Fabio yang sesungguhnya.

“Kenapa kau berterimakasih padanya? Apa yang sudah dia berikan padamu di dalam tadi?!” tanya Fabio tanpa menoleh. Matanya lurus menatap jalanan panjang di depannya.

“Eh? Apa maksudmu?” Evelyn mendadak bingung. Gadis itu sudah beralih pada Fabio sepenuhnya.

“Kau bicara serius dengannya di dalam, apa yang kalian bicarakan?” tembak laki-laki itu. “Jangan lupa kalau aku memperhatikan dari luar!” Intonasi bicaranya kini meninggi.

“Kami hanya membicarakan tugas. Apa saja yang harus dikerjakan, tidak lebih,” dustanya.

“Apa aku bisa mempercayaimu?” Alis laki-laki bertatto itu menukik—seperti meremehkan jawaban pacarnya.

“Ya! Kau harus percaya padaku!”

“Yang benar saja! Aku tahu kalian membicarakan hal lain. Jangan berdusta!” Fabio enggan percaya. Ia cukup tahu dari gelagat gadisnya kalau Evelyn sedang menyembunyikan sesuatu. Hal yang tidak ingin gadis itu bagi pada siapapun termasuk pacarnya—Fabio.

Evelyn merengek. Ia tidak mau mengatakan hal yang menurutnya tidak penting itu pada Fabio karena hal semacam itu hanya akan jadi pemicu pertengkaran mereka seperti yang sudah-sudah. “Fabio, percaya padaku, ya! Kami tidak membicarakan hal yang penting. Kalaupun itu penting aku pasti memberitahumu, sayang!” bujuknya.

“Terserah!” Menyerah, Fabio fokus pada kemudi dan jalanan lurus di depan sana. Jika Evelyn tidak mau membagi apa yang Arthur katakan tadi tidak masalah. Akan ada waktunya Fabio mengetahui ini.

A Snowy Night | FQ20 Fanfiction ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang