Part 04

103 10 0
                                    

━─━────༺༻────━─━

Setelah selesai beribadat di gereja, Bella dan Gabby pulang ke apartemen. Mereka melihat Johan duduk di kursi meja makan.

"Kalian sudah pulang?" sambut Johan.

"Papa pulangnya siang banget, tumben. Jadinya enggak bisa ke gereja bareng-bareng," kata Gabby.

"Ya, mau gimana lagi. Kan, itu udah jadi tugas Papa," sahut Johan.

Bella melihat sendal jepit di rak dekat pintu. "Sendal jepit siapa ini?" tanyanya.

"Oh, itu punya Pak Sodiq. Tadi, Papa pijam buat dipake pas pulang," jawab Johan.

"Lha? Bukannya seharusnya Papa pake sepatu meski sudah pulang bertugas?" tanya Gabby.

"Iya... itu karena Papa mau aja pake sendal," papar Johan.

"Papa tidak disiplin," celetuk Gabby sembari menggeleng-gelengkan kepala.

Bella menatap curiga pada ayahnya, tetapi ia tidak menanyakan lebih lanjut. Gadis itu memilih masuk ke kamar.

Gabby duduk berhadapan dengan sang ayah. "Kemarin Kakek sama Nenek dateng ke sini."

Johan mengernyit. "Mereka enggak ngomong yang aneh-aneh kan sama kalian?"

Gabby menggeleng. "Enggak tahu. Kemarin aku pulang dan berpapasan sama mereka yang lari keluar dari apartemen."

"Bella?!" panggil Johan yang terlihat khawatir.

Bella kembali dengan baju rumahan, lalu duduk di samping Gabby.

"Kakek sama nenek kamu pasti ngomong yang bukan-bukan. Kamu enggak apa-apa?" tanya Johan mencemaskan perasaan dan kesehatan mental putrinya.

"Enggak apa-apa, kok. Lagian aku udah biasa sama roasting-an dari mereka," sahut Bella.

Johan menghela napas berat. "Lain kali, kalo mereka dateng lagi ke sini, enggak usah dibuka pintunya."

"Kemarin aku ngiranya Go-Food. Soalnya aku kan pesan makanan buat tambahan makan siang. Jadi, aku enggak lihat dulu siapa yang datang," ujar Bella.

Bel berbunyi disusul suara orang dari luar, "Go-Food!"

"Aku pesen seblak sama mie ayam." Gabby beranjak dari kursi, kemudian pergi membuka pintu.

Mereka pun makan siang seblak dan mie ayam.

Malam harinya, Gabby main game di kamar. Ia mengotak-atik stick game dengan lihai. Pandangannya tertuju ke layar. Terlihat hero kesayangan Gabby sedang bertarung dengan musuh. Nama hero milik Gabby adalah Gabut, sementara lawannya bernama Cucungik.

"Aarrgghhh! Apaan, sih! Gila lo!" gerutu Gabby.

"Gabby, jangan mengumpat," suara Johan dari kamarnya.

Gabby menoleh ke belakang. "Oh? I-iya, Pa." Ia mendengus kesal, lalu bergumam pelan, "Brengsek, bajingan gila, bangke."

Berkali-kali Gabby melawan orang yang sama, tetapi tetap kalah.

"Cucungik ini apaan, sih! Udah mah nama jelek, ngeselin pula!" gerutu Gabby.

Muncul notifikasi undangan dari pemain lain untuk bersekutu dan membuat aliansi melawan lawannya barusan yang mengalahkannya. Nama hero orang itu adalah Gangster.

Gangster : Ayo, kita lawan bareng nih si setan. Gue kalah mulu dari dia. Bikin bad mood aja, anjirrrr!

"Gaya banget namanya Gangster. Tapi, boleh lah kita coba." Gabby menerima ajakan itu.

KAMAWU [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang