━─━────༺༻────━─━
Di ruang BK.
Monika menghela napas berat melihat 6 siswa dan 1 siswi yang berdiri di depannya. Keenam siswa itu memiliki luka lebam di wajah, menandakan kalau mereka telah mengalami kekerasan dalam sekolah.
Sementara itu, Gabby tampak baik-baik saja meski ekspresinya masih menunjukkan kekesalan.
"Jadi, siapa yang salah?" tanya Monika pelan.
Keenam siswa itu menujuk Gabby. Gabby juga menunjuk ke arah mereka berenam.
"Jadi, begini, Bu," Gabby mencoba menjelaskan, "Saya kan lagi bersihin kamar mandi siswi di lantai dua seperti yang Ibu minta. Saat saya lagi semangat membersihkan lantai kamar mandi, tiba-tiba pintunya dikunci dari luar. Saya jadi panik dong, Bu."
"Dia bohong, Bu," sanggah Devian. "Saya tadi denger dia ngoceh mulu. Marah-marah enggak jelas karena dihukum bersihin toilet."
Gabby menginjak kaki Devian membuat laki-laki meringis kesakitan dan berhenti memberikan keterangan.
"Karena pintunya dikunci dari luar, saya udah mikir kalo ini pasti ada yang enggak beres. Saya yakin ada orang yang pengen nge-bully saya. Padahal saya enggak punya masalah sama siapa pun sejak mendaftar di SMA Cita Nusa ini. Jadi, saya dobrak aja pintunya." Gabby mengakhiri penjelasan.
Monika menghela napas panjang. "Lalu, akhirnya kamu bisa keluar dari kamar mandi dan memukuli mereka sampai babak belur?" tanyanya.
Gabby terdiam untuk sesaat mendengar pertanyaan Bu Monika. "Kedengarannya gue jahat juga, ya" batin Gabby.
Gabby bersuara, "Karena saya benci pem-bully, jadi saya agak kesal lalu... mungkin... saya sedikit berlebihan dan agak kalap...." Ia tidak melanjutkan kata-katanya.
Devian mendelik ke arah Gabby, lalu angkat bicara, "Sedikit berlebihan gimana? Lo mukul gue keras banget! Artinya, lo sangat berlebihan. Banget."
Gabby membuang napas kasar. Ia tak dapat berkata-kata lagi.
"Ngomong-ngomong, kalian berenam tidak ada yang berniat memisahkan perkelahian antara Devian dan Gabby?" Monika beralih pada teman-teman Devian.
"Sebenarnya kami ingin memisahkan dia yang terus memukuli Devian, tapi dia seperti kerasukan dan malah memukul kami semua," papar Keanu.
Rehan menambahkan, "Kami tidak bisa melawan atau memukul perempuan, Bu. Kami punya Ibu, adik, dan juga kakak. Jadi, kami tidak bisa melawannya. Tapi, dia tetap memukuli kami."
Gabby merasa tersudutkan.
Akhirnya, Monika memanggil orang tua mereka semua. Hanya orang tua Devian yang tidak datang.
Gabby terkejut melihat ayahnya yang datang dengan kruk karena kakinya pincang dan diperban. Ia tidak tahu kalau sang ayah terluka.
Karena Gabby, Johan harus meminta maaf pada semua orang tua dari anak-anak yang dipukul oleh Gabby. Ia juga meminta maaf anak-anak itu. Johan bersedia mengganti rugi. Namun, para orang tua berbaik hati memaafkan dan tidak mempermasalahkannya. Mereka setuju untuk mengambil jalan damai.
Para orang tua juga meminta maaf pada Gabby dan Johan karena anak mereka menjahili Gabby. Mereka paham kalau Gabby marah dan takut dikunci di kamar mandi.
Setelah pertemuan orang tua itu selesai dengan damai, Monika mempersilakan para murid dan orang tua mereka untuk pulang.
Gabby memapah ayahnya untuk keluar dari ruangan itu.
Monika memanggil, "Pak Johan."
Langkah Gabby dan Johan terhenti. Mereka menoleh pada Monika.
"Anda juga harus mengganti pintu kamar mandi yang rusak," ucap Monika.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAMAWU [SUDAH TERBIT]
Misterio / Suspenso━─━────༺༻────━─━ Johan dipindahtugaskan ke Desa Kamawu, yaitu sebuah desa terpencil di luar provinsi. Tidak sendiri, Johan pindah bersama dengan kedua putrinya. Awalnya, mereka merasa nyaman tinggal di desa tersebut. Namun, hingga di satu titik, m...