Part 17

65 8 0
                                    

━─━────༺༻────━─━

Jam menunjukkan pukul 4 siang. Bella sibuk memasukkan ayam ke dalam kandang. Dua ayam jago malah bertarung. Bella memisahkan kedua ayam petarung itu dengan ranting panjang.

Gabby baru pulang sekolah. Ia terlihat begitu lesu. Gadis itu melihat sang kakak kerepotan memisahkan ayam jago yang bertarung.

"Ini ayam ngeyel banget, sih!" gerutu Bella. Melihat kepulangan Gabby, Bella memanggilnya, "Gabby, bantuin nangkap ayam, dong!"

Akhirnya, kedua ayam jago itu pun berhasil dimasukkan ke dalam kandang. Bella dan Gabby masuk ke dalam rumah dengan rambut dan pakaian acak-acakan setelah berkelahi dengan ayam.

Kedua gadis cantik itu menghela napas berbarengan.

"Kita potong saja ayamnya, ya," usul Gabby.

"Kamu bisa motong ayam?" tanya Bella.

"Enggak," sahut Gabby.

Lagi-lagi kedua gadis itu menghela napas berat.

Jam 5 sore, Johan pulang ke rumah. Ia membeli tiga porsi sate kelinci. "Anak-anak? Makan malam hari ini sate kelinci."

Bella dan Gabby sedang duduk di kursi ruang keluarga. Mereka menoleh saat mendengar suara Johan yang baru pulang. "Sate kelinci?" tanya kedua gadis itu berbarengan.

"Iya, jadi Bella enggak perlu masak hari ini," sahut Johan.

Malam harinya.

Bella membuka penutup rice cooker. Asap lembut menyambutnya. Nasi pulen sudah matang. Bella mengangkat panci rice cooker berisi nasi yang masih panas itu ke meja. Sementara itu, Gabby menyajikan sate kelinci yang dibungkus daun pisang ke piring.

Johan tersenyum melihat kedua putrinya yang kompak.

"Papa pergi ke kantor polisi tadi?" tanya Gabby.

"Enggak. Ada polisi yang meninggal dunia, jadi kepolisian masih berduka. Selain itu, katanya bangunan kantor polisi sedang direnovasi," sahut Johan.

"Aku turut berduka untuk rekan Papa," kata Bella.

Johan membuang napas kasar. "Umur enggak ada yang tahu."

Mereka pun makan malam bersama setelah berdoa.

"Gimana tadi di sekolah?" Johan bertanya pada Gabby.

"Ya... gitu, deh," jawab Gabby yang terlihat kesal.

"Gitu gimana?" tanya Johan.

"Ya, gitu... mana pulangnya jalan kaki, nanjak-turun lagi. Hampir kesasar ke rumah warga," gerutu Gabby.

Bella tertawa. "Kok, bisa nyasar ke rumah warga, sih?"

"Orang semua cat rumah di sini sama. Ada model rumah yang mirip sama rumah ini, pagarnya juga, pohonnya juga. Ah, malu pokoknya." Gabby menutup wajahnya mengingat kejadian tadi siang.

Bella tertawa. "Yang punya rumah pasti ngira kamu maling, ya?"

"Enggak, lah," sanggah Gabby. "Mana ada maling seimut ini," imbuhnya pelan.

Johan terkekeh kecil. "Minta peta ke Bella, tadi Papa udah kirim petanya."

"Iya, nanti aku kirimin ke kamu," ucap Bella.

"Pak Kepala Desa sedang memesan sepeda buat kita, masing-masing satu. Jadi, kamu enggak perlu repot-repot jalan kaki lagi ke sekolah kalo sepedanya sudah datang," ucap Johan.

"Beneran?" tanya Bella.

"Iya." Johan mengangguk.

"Wah, pasti seru jalan-jalan di desa sambil mengayuh sepeda. Temen-temen aku yang di kota pasti bakalan iri." Gabby terlihat senang.

KAMAWU [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang