━─━────༺༻────━─━
Suara ayam berkokok membuat Gabby tersentak bangun. Ia bangkit dan melihat ke sekeliling. Sebuah ruangan asing yang tidak ia kenali. Hampir saja gadis itu akan berteriak meminta tolong jika tidak ingat kalau saat ini dirinya sedang berada di Desa Kamawu, tempat tinggal barunya.
Gabby menguap kecil. Lagi-lagi suara ayam berkokok kembai terdengar. Gadis itu berlari menuruni tangga menuju ke kamar kakaknya. "Kak Bella?" Gabby mengetuk pintu kamar kakaknya.
Tiba-tiba Gabby bernyanyi, "Kak Bella, do you wanna build a snowman?" Ia menirukan Anna dalam film Frozen saat mengajak Elsa bermain.
Karena tidak ada jawaban, Gabby pun membuka pintu kamar Bella dan masuk. Ia melihat sang kakak masih tidur di ranjang dengan earphone terpasang di kedua telinga. "Kakak tidur sambil dengerin musik?"
Gabby mengambil salah satu earphone, lalu memasang ke telinga. "Lagunya sedih banget. Kamu dan Kenangan yang dinyanyiin sama Maudy Ayunda," gumamnya.
Tidak ingin mengganggu Bella, Gabby pun keluar dari kamar kakaknya itu. Ia melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 6 pagi.
Suara ayam yang kembali berkokok mengalihkan perhatian Gabby. Ia keluar dari rumah dan pergi ke halaman belakang di mana sumber suara ayam terdengar. Ternyata ada kandang ayam di kolong lantai rumah yang menyatu dengan bagian belakang rumah.
"Oh? Ada ayamnya di dalam?" gumam Gabby. Ia berjongkok karena penasaran.
Johan keluar dari pintu belakang. Ia melihat putri bungsunya sedang memperhatikan ke bawah lantai rumah panggung mereka. "Gabby, kamu sudah bangun? Kamu ngapain di sana?" tanyanya sambil meregangkan tubuh.
Bukankannya menjawab, Gabby malah menanyakan hal lain, "Papa, kita punya ayam?"
"Iya. Pak Bondan bilang, kita punya lima ayam. Dua jantan, tiga betina, ditambah anak-anaknya," jawab Johan.
"Interesting," gumam Gabby menirukan orang yang tertarik pada sesuatu yang baru dilihatnya.
"Tugas kamu tiap pagi ngeluarin mereka dari kandang. Terus, bukain pintu pagar belakang biar mereka keluar bebas nyari makan atau nyari pasangan. Nanti sore, giliran Bella yang memasukkan mereka ke kandang," papar Johan.
"Okay, enggak masalah. Cuma dibuka ininya doang, kan? Abis itu pintunya ditarik?" tanya Gabby sambil menunjuk penghalang yang digunakan untuk menahan pintu kandang.
Johan mengangguk. "Coba gimana?" tanyanya sambil melipat kedua tangan di depan dada.
Gabby mempraktekkan. Ternyata ia bisa melakukannya. Tidak lupa, Gabby juga membukakan pintu pagar. Ayam-ayam itu keluar dari pagar menuju ke hutan di belakang rumah.
"Sekarang kamu siap-siap pergi ke sekolah. Papa akan mengantar kamu naik motor. Soalnya enggak enak kalo bawa mobil di sini," ujar Johan.
"Sekarang?" tanya Gabby.
"Iya, sekarang. Di SMA Kamawu, jam 7 sudah masuk. Buruan mandi, gih. Papa juga harus pergi ke kantor polisi," kata Johan.
"Jam 7? Pagi bener." Gabby bergegas masuk ke dalam rumah.
Johan menggelengkan kepala melihat tingkah putrinya itu. Pandangan Johan tertuju ke rumah yang sebelah. "Oh? Ada rumah lain juga di sini? Kirain cuma rumahku doang," gumamnya.
Jendela rumah itu dibuka oleh wanita cantik berambut panjang. Ia meregangkan tubuh sambil menghirup udara segar. Angin pagi menerpa paras cantiknya, membuat helaian rambut hitam itu bergerak-gerak. Pakaiannya longgar, membuat belahan dadanya terlihat.
Johan sampai melongo melihat pemandangan tersebut. Ia terpesona melihat kecantikan wanita desa berkulit sawo matang itu.
Sementara itu, Bella yang masih setengah sadar karena baru bangun tidur, menyalakan kompor listrik untuk memasak, tetapi kompornya tidak mau menyala.
"Pa? Papa?" panggil Bella. Ia pergi ke kamar ayahnya yang bersebelahan dengan kamarnya. Pintunya terbuka dan Johan tidak ada di dalam.
"Papa ke mana, sih?" Bella melihat pintu belakang rumah yang terbuka. Ia keluar dan melihat ayahnya terbengong menatap wanita cantik tetangga sebelah.
Bella cemberut. Ia menggerutu, "Papa!"
Johan tersadar dari lamunannya. Ia menoleh pada Bella. "Oh, Bella? Sudah bangun?"
"Papa ngapain sih di sini?" gerutu Bella sambil melirik wanita tetangga yang saat ini sudah pergi.
"Kompor listrik enggak berfungsi, tuh." Bella berlalu masuk sambil menghentakkan kaki dalam setiap langkahnya, membuat suara gaduh di lantai kayu.
Johan menghela napas berat. "Ah, Bella, ngapain datang di waktu yang tidak tepat, sih?" Johan pun masuk dan melihat putri sulungnya itu sedang memotong sayuran.
Pria paruh baya itu memeriksa kompor listrik, ternyata tidak berfungsi. "Kenapa, ya? Apa gara-gara terbentur barang lain saat dalam perjalanan kemarin?"
Bella masih kesal dan terlihat cemberut. Oleh karena itu, ia tidak ingin menanggapi ucapan ayahnya.
"Ya sudah, pake kompor gas aja. Biar hemat listrik juga," kata Johan sambil berlalu.
Bella tampak berpikir. "Kompor gas?"
Johan kembali ke dapur dengan kompor gas dua tungku beserta tabung gasnya. Dengan cekatan, Johan memasang gas dan menyalakan kompor. "Sudah bisa dipakai, nih. Kompornya masih baru. Enggak tahu kapan Papa belinya. Tapi, enggak pernah dipakai sama kamu karena kamu lebih suka pake kompor listrik," tuturnya.
Bella tampak khawatir. "Tapi, aku sudah biasa pakai kompor listrik."
"Sama aja caranya," sahut Johan sembari melenggang pergi. "Papa mau mandi, mau nganterin Gabby ke sekolah."
Bella menghela napas berat.
Di kamar mandi ada toilet jongkok, wadah air dari gentong besar, dan juga gayung air dari batok kelapa. Johan membuka seluruh pakaiannya, lalu ia membawa air dengan gayung. Tanpa ba-bi-bu, ia langsung menyiram tubuhnya dengan air.
"Aaaarrrhhh! Dingiiinn!" teriak Johan.
Bella yang sedang memasak sampai terlonjak kaget mendengar suara ayahnya.
"Hu! Dingin!" Johan keluar dari kamar mandi sambil mengeratkan jubah mandi. Ia segera pergi ke kamar.
Gabby menuruni tangga. Ia masih memakai seragam sekolahnya yang lama. Gadis remaja itu melihat sang kakak yang sibuk memasak.
"Kak Bella? Ada yang bisa dibantu?" tanya Gabby dengan tingkah imutnya.
"Bikin sambel terasi aja. kalo udah selesai, nanti aku goreng," ucap Bella tanpa mengalihkan pandangan dari wajan.
"Okay!" Gabby mencari bahan.
"Jangan sampe kena baju kamu. Jas sekolahnya digulung dulu. Nanti bau terasi lagi," ucap Bella.
"Iya." Gabby menuruti perkataan kakaknya. Ia melipat jas sekolah, lalu mencari bahan.
Johan keluar dari kamar. Ia sudah rapi dengan kemeja dan celana panjang warna hitam.
"Papa enggak pake seragam?" tanya Bella.
"Enggak ah. Enggak enak ke sekolah pake baju seragam. Orang cuma mau ngurusin perpindahan sekolah Gabby. Kalo pake seragam, entar yang ada malah dikira mau menggerebek sekolah," jawab Johan.
"Iya sih, bener," sahut Gabby.
"Gabby, kamu mandi, enggak? Kok, kamu enggak kelihatan kedinginan sama sekali?" tanya Johan.
"Sudah pasti... enggak lah. Entar aku menggigil di sekolah."
━─━────༺༻────━─━
12.43 | 14 Februari 2022
By Ucu Irna MarhamahFollow Instagram
@ucu_irna_marhamah
@novellova
@artlovae
KAMU SEDANG MEMBACA
KAMAWU [SUDAH TERBIT]
Mystery / Thriller━─━────༺༻────━─━ Johan dipindahtugaskan ke Desa Kamawu, yaitu sebuah desa terpencil di luar provinsi. Tidak sendiri, Johan pindah bersama dengan kedua putrinya. Awalnya, mereka merasa nyaman tinggal di desa tersebut. Namun, hingga di satu titik, m...