EPILOGUE

128 11 6
                                    

━─━────༺༻────━─━

Gabby dan Devian berhasil memenangkan perlombaan Kimia untuk SMA Cita Nusa. Dengan begitu, mereka berdua membawa pulang piala.

Gabby pulang ke rumah sambil menunjukkan pialanya. Johan dan Rini merasa bangga. Mereka memeluk Gabby.

Devian juga pulang ke rumah. Tidak ada siapa pun di rumah mewah itu. Hanya ada pelayan yang sibuk bekerja. Laki-laki itu meletakkan piala di rak ruang tamu, kemudian masuk ke kamar.

Keesokan harinya, yaitu hari Minggu.

Ayah Devian kedatangan tamu. Mereka adalah rekan-rekan kerjanya yang diundang untuk makan malam bersama.

Devian diajak bergabung oleh ayahnya untuk makan malam bersama, tetapi Devian menolak. Ia enggan makan malam bersama tamu ayahnya. Membosankan, begitu pikirnya.

"Iya, mood-ku sedang bagus sekarang. Putra bungsuku membuatku bangga dengan memenangkan perlombaan Kimia. Dia mendapatkan piala," ucap ayah Devian.

Devian yang sedang menuruni tangga tentu bisa mendengar ucapan ayahnya. Ia menghentikan langkah.

"Benarkah? Luar biasa. Kecerdasannya menurun darimu dan juga dari mendiang kakeknya."

"Iya, kamu pasti bangga."

Devian tersenyum kecil, lalu melanjutkan langkahnya. Ia mengirimkan pesan chat pada Gabby.

[Devian] : Gue seneng, Papa bangga sama pencapaian gue. Di lomba selanjutnya, gue harus menang lagi. Lo juga, Bby.

[Gabby] : Iya, pastinya! Kita harus menang.

🌾🌾🌾

Bella bersama atlet lainnya dari berbagai bidang dan kategori sedang berada dalam pesawat. Mereka dalam perjalanan menuju ke Vietnam.

Bella merasa gugup. Ia tidak berhenti berdoa selama dalam perjalanan.

Para atlet panahan memasuki arena panahan milik tuan rumah SEA GAMES musim ini, yaitu Vietnam.

Bella bersiap dengan busurnya dalam kategori panahan tunggal putri.

Di rumah, Johan, Rini, dan Gabby menonton lewat televisi. Mereka ikut merasakan kegugupan dan berdoa untuk kemenangan Bella.

Bella berhasil mendapatkan poin tertinggi seperti biasa.

"Yeeee!!!" Gabby yang bersorak paling kencang.

Pelatih dan juga teman-teman Bella memberikan selamat.

Bella duduk di sisi arena. Ia melihat atlet panahan putra yang giliran memanah. Mereka memasuki arena panahan.

Bella melihat perwakilan untuk kategori panahan tunggal putra dari Indonesia. Bella merasa familiar dengan bentuk tubuh dan warna rambut pria itu yang sekarang sedang membelakanginya. Nama punggung pria itu terhalang oleh pria yang berdiri di belakangnya.

Dengan sempurna, atlet panahan tunggal putra dari Indonesia memenangkan poin tertinggi. Bella terpukau dengan kemampuan pria itu. Selama ini, Bella berlatih di klub panahan putri. Klub panahan putra tempatnya berbeda. Otomatis atlet panahan putra dan putri tidak pernah bertemu, kecuali yang beregu campuran tentunya.

Saat pria itu berbalik, Bella terkejut. Tentu saja ia mengenal pria itu. Nama punggungnya adalah Yudistira.

Yudis tampak berbeda dengan gaya rambut modern khas pria kota usia 20 tahunan. Namun, wajah dan ekspresinya tidak pernah berubah.

Bella membeku seketika. Namun, beberapa detik kemudian, ia mengalihkan pandangannya ke arah lain karena tidak ingin menatap wajah pria itu terlalu lama.

KAMAWU [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang