Part 28

64 10 0
                                    

━─━────༺༻────━─━

Gabby membereskan buku materi ke rak buku. "Kok, enggak ada buku Pendidikan Agama, ya?" gumamnya. Ia tampak berpikir.

Johan berangkat ke kantor polisi menggunakan sepedanya seperti biasa. Namun, ia berhenti mengayuh sepeda saat melihat beberapa orang sedang membangun masjid.

Johan menepikan sepeda, lalu membantu mereka menggotong kubah masjid yang berukuran sedang.

Darmin sedang mendata kayu yang dipesan dari pabriknya. Ia melihat Johan datang dan membantu. "Oh, Pak Johan?" sapanya.

Johan menoleh. "Pak Darmin?"

Tentunya membangun masjid membutuhkan banyak sekali kayu untuk dinding dan juga terasnya. Semua kayu yang dibutuhkan berasal dari parbrik Darmin.

"Pak Haji Rahman mendapatkan izin dari pemerintah untuk membangun masjid bagi warga Desa Kamawu yang beragama Islam," kata Darmin.

Johan mengangguk mengerti. Ia merasa sangat senang, setidaknya ada umat beragama di Desa Kamawu dan bertekad membangun tempat ibadah. Dalam hati, Johan juga berharap ke depannya pemerintah mengizinkan pembangunan gereja di Desa Kamawu.

Malam harinya.

Bella mengintip dari jendela. Ia melihat beberapa orang lewat depan rumah. Tidak hanya pria dan wanita muda, tetapi anak-anak juga ikut.

"Apakah mereka mau pergi ke balai desa? Tapi, kenapa anak kecil juga ikut?" gumam Bella.

Gabby menghampiri Bella. "Kakak enggak jadi pergi?" tanyanya.

"Jadi, kok." Bella menghela napas berat. Ia menatap adiknya. "Aku berangkat, ya. Kunci semua pintu dan jendela."

Gabby mengangguk.

Bella keluar dari rumahnya dan bergabung dengan orang-orang itu.

"Hai, kamu mau ke balai desa, ya?" Bella menyapa salah seorang gadis di antara orang-orang itu.

Gadis berambut ikal itu menoleh pada Bella. "Iya, kami semua mau pergi ke balai desa. Kamu juga mau pergi ke sana, ya?"

Bella mengangguk. "Iya." Ia pun bergabung dengan mereka, berjalan beriringan.

"Kamu anaknya Pak Polisi , ya?" tanya gadis itu.

"Oh? Kamu tahu?" Bella tampak terkejut.

"Iya, semua orang desa tahu dan kenal Pak Johan. Ngomong-ngomong, namaku Nunik." Gadis itu mengulurkan tangan.

Bella segera menerima uluran tangan Nunik. Mereka bersalaman. "Namaku Bella." Keduanya langsung akrab. Bella merasa lebih baik setelah mengenal seseorang.

"Ngomong-ngomong, ini acara organisasi kepemudaan, ya? Apakah anak-anak kecil juga boleh ikut?" tanya Bella.

"Mereka adalah anak-anak dari orang tua yang hadir dalam acara kepemudaan," jawab Nunik.

"I-iya?" Bella melongo.

"Iya." Nunik mengangguk. "Jadi, mereka yang berusia 16 sampai 26 tahun yang sudah menikah dan punya anak pun juga harus hadir di acara ini. Karena itulah mereka membawa anak mereka ke balai desa."

Bella mencerna ucapan Nunik. "Mereka sudah menikah? Semua?"

"Tidak semua, ada beberapa yang belum menikah. Ngomong-ngomong, ini anakku, namanya Dodi, dan yang kedua Edin. Ini suamiku, Ojan," Nunik memperkenalkan suami dan anak-anaknya ada Bella.

"Oh?" Bella tersenyum kaku.

"Gila, sih! Kayaknya si Nunik lebih muda dari gue. Mungkin dia lebih tua dari Gabby, tapi dia udah nikah, terus punya anak"  batin Bella.

KAMAWU [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang