Part 19

70 12 0
                                    

━─━────༺༻────━─━

Bella menarik tali busurnya. Anak panah melesat dan menancap ke papan sasaran, tepat di poin 10. Bella berlatih sangat keras, sampai-sampai semua papan sasaran dipenuhi anak panah.

Sekali lagi, Bella melepaskan anak panahnya, tetapi tidak mengenai sasaran dan malah melesat ke dalam hutan. Terdengar suara burung dari dalam hutan.

"Oh, tidak!" Bella segera pergi ke dalam hutan di belakang rumah. Ia mengedarkan pandangan ke sekeliling.

"Di mana, ya, burungnya?" Bella mendongak menatap pohon-pohon cemara yang menjulang tinggi, membuat hutan terlihat sejuk dan teduh. Cahaya Matahari mengintip lewat celah-celah dedaunan dan ranting. Sesaat Bella terpana.

Suara burung kembali terdengar membuat perhatian Bella teralihkan. Gadis itu segera pergi ke sumber suara dengan melangkah lebih jauh lagi ke dalam hutan.

Bella menemukan burung berbulu cokelat muda yang menempel di pohon karena tubuhnya tertancap anak panah. Darah menetes dan mengalir di batang pohon.

"Oh, tidak, maafkan aku." Bella panik dan segera menghampiri burung itu.

Namun, gadis itu mengernyit ketika menyadari anak panah yang menancap pada burung itu terbuat dari kayu alami. Sementara panah milik Bella juga dari kayu, tetapi dipoles dengan cat dan sudah divariasi dengan model khusus untuk atlet panahan.

Artinya, panah yang membunuh burung tersebut bukanlah anak panah miliknya, tetapi milik orang lain. Jika dilihat dari bentuknya, mungkin ada pemburu yang sedang mengincar burung itu.

Terdengar suara langkah kaki dari dalam hutan yang menginjak dedaunan kering dan ranting yang patah.

Bella masih memegang busur di tangan. Sarung anak panah juga masih terpasang di pinggangnya. Gadis itu mengambil satu anak panah untuk berjaga-jaga.

Muncul seseorang dari balik semak-semak yang tinggi. Ternyata seorang pria yang merupakan warga lokal. Terdapat sarung anak panah di punggungnya dan busur unik di tangan yang menyerupai busur silang, tetapi badan busurnya lebih langsing dan sepertinya bisa dipasang tiga anak panah sekaligus.

"Kamu yang memanah ke arah hutan?" tanya pria berkulit sawo matang itu sambil menunjukkan anak panah milik Bella di tangannya.

Bella mundur saat pria itu mendekat. "Gue enggak bermaksud memanah ke arah hutan, tapi lo yang ngebunuh burung itu," kata Bella sambil menunjuk burung yang tertancap anak panah di pohon.

Sang pria melihat ke burung di pohon yang sudah mati. Memang benar, anak panahnya mirip dengan anak panah milik pria itu.

Bella mendekat, lalu merebut anak panah miliknya dari tangan sang pria, kemudian berlari pergi.

Pria itu menatap punggung Bella yang berlari pergi dan menghilang di balik pepohonan.

Seseorang muncul dari semak-semak, ternyata pria berambut keriting. Tampaknya ia adalah teman dari pria yang barusan berbicara dengan Bella.

"Yudis, anak panah milikku sudah ketemu, belum?" tanya pria keriting pada pria yang ternyata bernama Yudis.

Tanpa mengalihkan pandangannya, Yudis menunjuk bangkai burung di pohon.

"Oh! Tidak! Burungnya mati, maafkan aku." Pria berambut keriting itu panik dan merasa bersalah. Ia mencabut anak panahnya, lalu menggali tanah untuk mengubur si burung yang tidak sengaja ia bunuh.

"Kamu kenapa melamun, Yudis?" tanya pria keriting sambil menoleh pada Yudis. "Nanti kerasukan."

"Toni, aku mau pergi sebentar," kata Yudis, kemudian berlalu.

KAMAWU [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang