━─━────༺༻────━─━
Juned mengumpulkan para anggota baru yang bergabung dengan Organisasi Lancapatra. Mereka disuruh mengisi formulir, termasuk Bella dan juga Devian.
Dhika menghampiri Bella. "Ada yang bisa dibantu? Barangkali, ada kata-kata yang tidak kamu mengerti?"
Bella menunjukkan isi formulirnya pada Dhika. "Apakah mengisinya seperti ini, Kak?"
Dhika melihat kertas formulir yang diisi oleh Bella. "Iya, seperti ini. Tulisan kamu bagus."
Sementara itu, Yudis membantu Devian yang kesulitan mengisi formulir. Sama halnya seperti Bella, Devian juga kurang paham dengan bahasa daerah yang digunakan dalam formulir pendaftaran tersebut.
"Bang, ini artinya apaan, ya?" tanya Devian sambil menunjuk kata yang tidak ia mengerti pada Yudis.
"Tinggi badan," jawab Yudis.
"Tinggi gue berapa, ya?" gumam Devian. Ia mendongak menatap Yudis. "Bang Yudis tingginya berapa?"
"Tinggiku 180," jawab Yudis.
Devian berdiri, lalu mendekati Yudis dan mengukur kepalanya yang ternyata setinggi bahu pria di depannya itu.
"Apa yang kamu lakukan?" tanya Yudis kebingungan.
"Bang Yudis tingginya 180. Karena gue setinggi bahu Bang Yudis, berarti gue 170." Devian mengisi 170 di bagian tinggi badan.
Yudis tampak berpikir. "Bisa begitu, ya?" gumamnya.
"Terima kasih, Kak Dhika," ucap Bella pada Dhika yang telah membantunya mengisi formulir pendaftaran keanggotaan.
"Sama-sama, Bella. Ngomong-ngomong, kamu bisa memanggil saya Mas Dhika," kata Dhika.
"Oh? I-iya, Mas Dhika." Bella tersenyum kaku.
Dhika tersenyum seraya mengangguk.
Juned mengakhiri pertemuan. "Baiklah, semuanya. Besok pagi kita akan bertemu lagi di perkebunan kelapa sawit."
"Masih ada pertemuan lagi?" gumam Bella yang terlihat frustasi.
Bersama pemuda-pemudi lainnya, Bella keluar dari balai desa.
"Kak Bella, Kak Bella!" Devian menghampiri Bella sambil menggiring sepeda.
Bella menghentikan langkahnya, lalu menoleh pada Devian. "Maaf, kamu siapa, ya?"
Devian tersenyum manis. "Saya temen Gabby, Kak. Ini sepeda punya Gabby udah dibenerin."
Bella menerimanya. "Makasih, ya."
"Kak Bella, titip salam buat Gabby, ya," kata Devian.
Bella mengangguk. "Iyaaa."
Bella bersyukur karena ada Devian yang membawa sepeda Gabby. Jadi, ia bisa pulang menggunakan sepeda tersebut.
Sesampainya di rumah, Bella pergi ke kamar Gabby. Ia menaiki tangga kayu sambil berpegangan pada pagar tangga.
"Gabby?" Bella mengetuk pintu, tetapi tidak ada jawaban. Bella membuka pintu dan mendapati adiknya sudah tidur lelap.
Keesokan harinya, Gabby bangun dan bersiap pergi ke sekolah, tetapi tidak ada makanan di meja.
"Kak Bella enggak masak?" gumam Gabby. Ia melihat pintu kamar kakaknya yang tertutup. "Kak Bella?" Ia mengetuk pintu kamar kakaknya.
Bella terbangun dan beranjak dari tempat tidur, lalu membuka pintu kamar sambil mengucek mata. "Aku kesiangan, ya?" Bella menguap kecil.
"Kakak pulang jam berapa semalem?" tanya Gabby.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAMAWU [SUDAH TERBIT]
Mystery / Thriller━─━────༺༻────━─━ Johan dipindahtugaskan ke Desa Kamawu, yaitu sebuah desa terpencil di luar provinsi. Tidak sendiri, Johan pindah bersama dengan kedua putrinya. Awalnya, mereka merasa nyaman tinggal di desa tersebut. Namun, hingga di satu titik, m...