Part 33

61 10 0
                                    

━─━────༺༻────━─━

Merasa diperhatikan, Rini menoleh pada Bella. "Eh, Dek Bella?"

Bella tersenyum sambil mengangguk santun. "Mbak Rini lagi jemur pakaian?"

Rini mengangguk. "Iya, nih, kebanyakan baju punya orang yang nitip."

Bella mencerna ucapan Rini yang tidak dimengerti olehnya. "Orang yang nitip... baju orang lain?"

"Iya, saya buruh cuci. Kalo Dek Bella punya banyak baju cucian, biar Mbak yang mencucinya," sahut Rini.

Bella melihat salah satu pakaian yang dijemur Rini adalah pakaian tradisional. Tidak hanya satu, ada beberapa dan berbagai warna. Sangat cantik dan elegan.

"Mbak Rini, mau tanya, boleh?" tanya Bella pelan.

"Iya, Dek? Mau tanya apa?" Rini menoleh pada Bella.

Bella terlihat malu-malu. "Beli baju tradisional di mana, ya?"

"Baju tradisional dibuat kalau ada yang memesan. Ada penjahit yang menerima pesanan baju tradisional. Dek Bella mau beli?" tanya Rini.

Bella mengangguk ragu.

"Sebentar, ya. Mbak mau menyimpan ember dulu ke dalam, kita pergi ke sana bersama, ya." Rini berlalu masuk ke dalam rumahnya tanpa menunggu jawaban dari Bella.

"Oh? Tapi, Mbak...." Bella tidak melanjutkan kata-katanya, karena Rini sudah menghilang di balik pintu rumahnya.

Rini kembali dari dalam rumah. "Ayo, tempatnya tidak terlalu jauh, kok."

Akhirnya Bella setuju untuk pergi. Ia mengambil beberapa lembar uang dari dompetnya lalu pergi bersama Rini ke tempat tenun khusus pakaian tradisional di Desa Kamawu.

"Banyak yang pesan, ngantri. Ada 12 orang yang pesan dan ini pun belum jadi. Kami tidak bisa kalau harus membuat baju untuk besok malam," kata penjahit baju tradisional.

Bella menghela napas berat. Ia mengerti setelah melihat proses pembuatannya yang menggunakan tenaga manual dan memerlukan ekstra ketelitian agar polanya tidak salah. Tentu itu membutuhkan waktu yang tidak sebentar.

"Kalau misalnya mau memesan, harus 2 minggu sebelumnya, agar pesanannya jadi di waktu yang diinginkan."

Dengan tangan kosong, akhirnya Rini dan Bella pulang.

"Kamu butuh baju tradisional untuk pertemuan Organisasi Lancapatra, ya?" tanya Rini.

Bella mengangguk. "Mbak Rini nggak ikut?"

Rini menggeleng. "Nggak, Mbak 'kan sudah tidak muda lagi. Usia Mbak sekarang 32 tahun."

"Oh?" Bella cukup terkejut, karena Rini tidak terlihat setua itu. Bella berpikir kalau Rini berusia 22-26 tahunan.

"Organisasi Lancapatra 'kan untuk anak-anak usia 16 sampai 26 tahunan," sambung Rini.

Bella mengangguk.

Sesampainya di rumah, Bella membuka pintu pagar untuk masuk, tapi Rini memanggilnya.

"Dek Bella, Mbak punya dua baju tradisional. Tapi, sudah lama tidak Mbak pakai. Kalau kamu mau, Mbak kasih pinjam."

Bella tampak berpikir.

Di rumah Rini.

Bella duduk di lantai, beralaskan karpet. Tidak ada kursi apalagi sofa. Gadis itu melihat ke sekeliling. Rumah sederhana yang bersih dan nyaman.

Rini keluar dari salah satu kamar lalu membawa dua baju tradisional. Ia memberikannya pada Bella.

"Bajunya sudah lama tidak dipakai sama Mbak, tapi setiap bulan Mbak cuci, karena kalau ada acara mendadak di Desa Kamawu, Mbak harus memakai ini," ucap Rini.

"Bagus banget, Mbak." Bella melihat kedua baju tradisional itu. Yang satu berwarna merah gelap, dan yang satunya berwarna hitam. Pola di selendangnya juga indah.

"Kamu coba aja dulu, tuh di kamar yang itu ada cermin," ucap Rini. Ia menunjuk salah satu kamar.

Bella melihat ke kamar utama. "Permisi, ya, Mbak. Izin masuk ke kamarnya."

Rini mengangguk. "Iya, tirai jendelanya ditutup, ya. Nanti ada yang mengintip."

"Iya, Mbak."

Bella masuk ke kamar tersebut lalu mencobanya. Yang warna merah terlalu ketat di badannya. Ia bercermin.

"Yang ini sesek banget."

Bella pun mencoba yang warna hitam. Ternyata sangat pas, meski agak ketat di bagian dadanya.

"Yang ini kayaknya lumayan pas, Mbak," kata Bella sambil keluar dari kamar.

"Kamu nggak sesak?" tanya Rini sambil beranjak menghampiri Bella. "Bagian dadanya nyaman?"

Bella hanya terkekeh sebagai jawaban.

"Nanti kalau terlalu lama memakainya terus pas dibuka, dada kamu sakit. Mbak jahit ulang, ya."

Bella memperhatikan Rini yang membongkar jahitan di bagian ketiak dan dua slat di bagian punggungnya. Setelah itu, ia menjahit ulang secara manual menggunakan jarum tangan dan benang.

"Maafin aku, ngerepotin Mbak Rini mulu," ucap Bella.

"Tidak apa-apa, Dek Bella. Mbak seneng kok. Dari pada Mbak melamun, nggak ada kerjaan," sanggah Rini.

Hening.

Pandangan Bella tertuju ke salah satu kamar yang pintunya sedikit terbuka. Ada ranjang bayi di dalam sana.

"Mbak lahir dan tinggal di desa seberang. Kemudian orang tua Mbak menjodohkan Mbak dengan pria Desa Kamawu. Saat itu usia Mbak 12 tahun."

Pandangan Bella teralihkan kembali pada Rini.

"Mbak dan pria itu menikah di sini, jadi Mbak harus mengikuti tradisi di Desa Kamawu, termasuk memakai baju tradisional pernikahan ini," sambung Rini.

Bella mendengarkan.

Rini melanjutkan, "Sayangnya mantan suami Mbak bukan pria yang setia, dia meninggalkan Mbak yang sedang hamil tua. Dia mencintai wanita lain."

Bella terlihat sedih. "Lalu?"

"Mbak tinggal sendirian dan... bayi Mbak meninggal," kata Rini. Meski suaranya dan ekspresinya tidak menunjukkan kesedihan, tapi sorot matanya menunjukkan luka yang mendalam.

Kejadiannya mungkin belasan tahun yang lalu, tapi lukanya masih membekas dan belum mengering.

Bella menghela napas berat. "Mbak Rini melewati semua masalah ini sendirian, Mbak Rini sangat kuat."

Rini tersenyum kecil. "Menurut Mbak, kalau masih muda, tidak perlu buru-buru nikah. Nikmati masa muda kamu. Setelah kamu siap untuk menikah, kamu bisa membangun rumah tangga bersama pendamping kamu. Menikah bukan hanya tentang usia, keuangan, atau adanya pasangan. Tapi, menikah adalah tentang kesiapan diri sendiri untuk menjalani kehidupan baru bersama seseorang."

Bella mencerna ucapan Rini yang memang benar adanya. Dan entah kenapa kalimat itu membuat Bella merasa lebih tenang.

"Jadi, ada desa lain di sekitar sini?" tanya Bella.

Rini mengangguk. "Ada Desa Maragas, atau orang Desa Kamawu menyebutnya Desa Seberang, karena ada di seberang sungai besar Kamawu  di sebelah Utara. Mbak lahir dan besar di sana."

"Oh, aku kira Mbak orang sini, ternyata ada orang dari luar desa juga yang tinggal di sini," kata Bella.

"Sepertinya sekarang sudah pas. Coba dulu." Rini memberikan baju tersebut pada Bella.

Setelah mencobanya, Bella merasa lebih nyaman memakainya. "Ini nyaman, terima kasih, Mbak Rini."

"Kamu cantik banget, badan kamu juga bagus. Jadi, bajunya pas," kata Rini.

Bella menyentuh perutnya. "Sebenarnya aku agak kegendutan, jadi tadi nggak muat."

"Badan kamu tidak gendut, yang terlalu ketat cuma bagian dadanya. Dulu kan Mbak nikahnya usia 12 tahun. Dada Mbak belum kelihatan menonjol," celetuk Rini.

"Terima kasih, ya, Mbak Rini."

━─━────༺༻────━─━

06.57 | 14 Februari 2022
By Ucu Irna Marhamah

KAMAWU [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang