Part 41

57 9 0
                                    


━─━────༺༻────━─━

Siang itu di Hutan Kamawu.

Terlihat beberapa anggota Organisasi Lancapatra duduk di karpet, sementara di depan mereka ada papan tulis.

Bella berdiri di depan para anggota. Ia tengah menjelaskan peluang bisnis jajanan yang akan dilakukan oleh Organisasi Lancapatra untuk mengisi uang kas.

"Harganya kita tentukan dari sekarang. Setiap satu porsi, 2.500 rupiah. Apakah itu terlalu mahal? Jika terlalu mahal, kita turunkan," ucap Bella.

"Harganya terjangkau. Semua orang pasti bisa membelinya," sahut Dhika. Yang lain juga setuju dengan harga tersebut.

"Okay, jadi...." Bella menunjuk resep-resep di papan tulis dengan ranting pohon. "Ini jajanan yang mungkin akan disukai oleh warga desa. Sebagai percobaan, kita akan membuatnya dan kalian bisa mencoba sampelnya. Kalau menurut kebanyakan dari kalian enak, kemungkinan warga desa juga menyukainya," imbuh Bella.

Toni angkat tangan dan bertanya, "Jadi, apakah aku tidak salah lihat?"

"Iya? Kenapa?" tanya Bella sambil melihat pada Toni dan papan tulis bergantian.

"Bakso digoreng? Kenapa tidak direbus? Apakah itu lazim?" tanya Toni.

Yang lain juga bertanya, "Kerupuk direbus. Apakah resepnya tidak tertukar dengan bakso yang digoreng?"

Bella menggeleng. "Tidak, tentu saja tidak. Resepnya memang seperti ini. Jadi, kita anggap ini kreasi baru yang unik. Rasanya menurutku enak. Kalau bakso direbus, kerupuk digoreng, ya konsepnya beda. Selain itu, di sini sudah banyak jajanan bakso yang direbus dan kerupuk yang digoreng."

Setelah itu, mereka pun mulai memasak di dalam hutan.

Bella tidak perlu repot-repot mengajari para gadis Desa Kamawu. Mereka sudah sangat ahli dalam memasak. Tinggal melihat resep yang ditulis oleh Bella, mereka langsung mengerti.

Sarip datang dan melihat kegiatan Organisasi Lancapatra yang begitu sibuk. "Wangi apa ini?" tanyanya.

"Masakan kota, resep dari Bella, Pak," jawab Juned.

Sarip mengacungkan jempolnya pada Bella. Bella hanya tersenyum kecil.

"Juned, Dhika, ke mari." Sarip menggerakkan tangan.

Ketua dan Wakil Ketua Lancapatra pun menghampiri Sarip. Mereka bertiga tampak berbicara.

"Yudis." Sarip juga memanggil Yudis setelah Juned dan Dhika kembali ke tugas mereka.

Sarip dan Yudis membicarakan sesuatu dengan sangat serius. Sesekali Yudis menganggukkan kepala. Entah apa yang mereka bicarakan sampai seserius itu. Sarip berlalu pergi setelah berbicara dengan Yudis.

Beberapa saat kemudian, semua masakan sudah matang.

Dimulai dari seblak, cilok, cigor, cigo, basreng, cireng, otak-otak, cimol, cibay, bilor, cilor, batagor, dan lainnya. Ada juga makanan dan minuman manis seperti sop buah, es campur, pai, cup cake, jus campur, dan sebagainya.

Bella membawa es dari rumah karena tidak ada satu pun orang yang punya kulkas di Desa Kamawu. Tapi, ada juga yang bilang, hanya Juragan Karsono dan Profesor Sutarjo yang punya kulkas.

Bella juga membawa beberapa jenis bumbu tabur dari rumah untuk jajanan gurih.

"Mas Ketua dan Mas Wakil, silakan mencoba duluan," kata Bella.

Juned dan Dhika pun mencicipinya.

"Ini enak. Sepertinya bukan hanya anak kecil, orang tua juga akan menyukainya karena ini tidak keras dan alot, sangat mudah digigit dan mudah dicerna," papar Juned.

KAMAWU [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang