Part 40

66 9 0
                                    


━─━────༺༻────━─━

Keesokan harinya, Johan pergi ke rumah Profesor Sutarjo setelah mendapatkan alamatnya dari Juragan Karsono sewaktu di pemandian air panas.

Johan mengetuk pintu pagar rumah bertingkat 4 di depannya itu.

Seseorang membukakan pintu pagar. Jika dilihat-lihat, tampaknya pria yang membuka pintu pagar adalah pekerja di rumah Profesor Sutarjo. "Pak Polisi, ya?" tanya pria itu sembari mengangguk santun.

Johan mengangguk. "Apa benar ini rumah Profesor Sutarjo?"

"Benar, silakan masuk, Pak."

Di ruang tamu.

Johan duduk di sofa. Ia melihat ada kayu salib di dinding. Pegawai Profesor Sutarjo yang bernama Loji kembali ke ruang tamu sambil membawa nampan berisi camilan dan minuman.

"Silakan diminum, Pak," kata Loji.

"Terima kasih," sahut Johan.

"Saya ke belakang dulu. Tunggu sebentar, ya. Profesor Sutarjo akan segera turun."

Johan mengangguk.

Loji pun pergi ke halaman belakang.

Pintu dan keseluruhan dinding di halaman belakang rumah terbuat dari kaca, sehingga Johan bisa melihat perkebunan mini di belakang rumah tersebut. Ia takjub melihatnya. Bahkan, ada sungai mini yang mengalir di dunia kecil itu.

Loji bertugas menyiram tanaman dengan telaten.

Terdengar suara langkah kaki menuruni tangga, menuju ke ruang tamu. "Pak Polisi, Pak Johannes Richard?"

Johan menoleh. Mereka berdua bersalaman, lalu duduk di sofa.

"Senang bertemu denganmu, Pak Polisi," ungkap Profesor Sutarjo.

"Senang juga bertemu Anda, Profesor. Setelah dua minggu tinggal di sini, kita bertemu untuk pertama kalinya. Saya sangat ingin menemui Anda. Warga menceritakan banyak hal tentang Anda," kata Johan.

Profesor Sutarjo tersenyum kecil, membuat keriputnya terlihat jelas. "Pak Polisi mungkin sibuk, mana sempat menyisihkan waktu."

Johan mengangguk pelan. "Iya, belakangan ini."

"Ada yang bisa saya bantu, Pak Polisi?" tanya Profesor Sutarjo.

"Saya ingin menanyakan tentang ini." Johan menunjukkan rayap besar dalam toples pada Profesor Sutarjo.

"Oh? Ini bakuko," ujar Profesor Sutarjo.

"Makhluk ini ditemukan di TKP. Saya rasa, kemunculannya bukan sebuah kebetulan," ucap Johan.

Profesor Sutarjo menjelaskan, "Bakuko ini sejenis makhluk campuran antara rayap dan semut capit. Dia bisa hidup di air, meski habitatnya di darat. Dia seperti zombie yang kelaparan, suka memakan bagian dalam kayu yang basah sampai habis dan keropos."

"Dia hanya memakan bagian dalam kayu?" tanya Johan.

Profesor Sutarjo mengangguk. "Meski dia agresif dan serakah, dia cukup pemalu."

"Itulah sebabnya tidak ada yang menyadari keberadaan bakuko di dalam tiang kayu masjid karena bakuko berada di dalam kayu dan memakan dari dalam pula," ucap Johan dalam hati.

"Mau melihat cara kerjanya?" Profesor Sutarjo pergi ke halaman belakang. Johan mengikutinya.

Profesor Sutarjo memasukkan kayu kering ke dalam akuarium kosong, lalu ia memasukkan bakuko yang dibawa Johan ke dalam akuarium tersebut. Tidak ada reaksi apa pun.

KAMAWU [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang