Part 32

63 9 0
                                    


━─━────༺༻────━─━

Gabby menyajikan makanan ke meja. Johan tampak khawatir. Ia berkali-kali melihat jam tangannya.

"Bella ngapain, sih? Besok Papa enggak akan ngizinin dia ikut organisasi lagi. Bikin Papa cemas aja," gerutu Johan.

"Papa harusnya senang karena Kak Bella jadi punya kesempatan bersosialisasi dan berbaur dengan orang-orang yang seumuran dengannya?" tutur Gabby.

"Iya, sih. Tapi, kalo pulangnya malam-malam gini, ya, beda lagi ceritanya," gerutu Johan.

Terdengar suara pintu diketuk, ternyata Bella. "Aku pulaaang."

"Ada cowok yang khawatir sama Kakak. Dia nanyain Kakak mulu," ucap Gabby.

"Siapa?" gerutu Bella. Ia tahu adiknya pasti berbohong dan hanya ingin menggodanya.

"Tuh, Om berkumis yang ganteng," celetuk Gabby dengan pandangan tertuju pada ayahnya.

Bella tertawa. Ia memeluk ayahnya yang terlihat kesal.

"Kamu dari mana, sih? Latihan di mana? Kok, bisa malem pulangnya?" tanya Johan.

"Latihan garpatra," jawab Bella. Gadis itu duduk di samping ayahnya.

"Apaan, tuh?" tanya Gabby penasaran.

"Sama aja kayak latihan panahan. Garpatra itu senjata tradisional Desa Kamawu," jelas Bella.

"Wah." Gabby terlihat kagum.

Bella melihat makanan di meja. "Tumben kamu yang masak."

"Sesekali," sahut Gabby. Ia duduk di kursi.

Mereka pun makan bersama setelah berdoa.

Terdengar kumandang adzan dari masjid di kejauhan.

"Oh? Ada masjid di sekitar sini? Kok, baru kedengaran sekarang adzan-nya?" tanya Bella.

"Tadi Pak Haji Rahman bilang, ada masjid yang baru dibangun. Beliau menyuruh kami memberitahu teman atau tetangga yang beragama Islam untuk beribadah di sana," tutur Gabby.

"Pak Haji Rahman itu siapa?" tanya Bella.

"Pak Haji Rahman adalah guru bahasa Indonesia di sekolah," sahut Gabby.

"Oh, Pak Haji Rahman seorang guru, toh?" Johan menimbrung.

"Iya." Gabby mengangguk. "Tadi aku menyampaikan apa yang dikatakan Pak Haji Rahman ke temen-temen aku, tetangga, dan beberapa orang lainnya. Tapi, mereka bilang, mereka bukan Muslim."

"Yang penting kamu sudah menyampaikan apa yang dikatakan oleh guru kamu. Kita juga harus menghargai orang lain yang memiliki kepercayaan yang berbeda dengan kita," papar Johan.

Bella dan Gabby mengangguk. Mereka pun melanjutkan makan.

Keesokan paginya.

Gabby mengeluarkan ayam dari kandang. Tiba-tiba ponselnya berdering. Gabby melihat nama "Kang Sabung Ayam Bang Benjamin" yang menelepon.

"Kenapa dia menelepon? Jangan-jangan... si Arjuna mati. Terus, Bang Ben ngamuk lagi, minta ganti rugi," gumam Gabby. Ia terlihat cemas.

Namun, pada akhirnya Gabby memutuskan untuk mengangkat panggilan tersebut. "Halo, Bang Ben?"

"Lo emang, ya, Bby!" suara Ben dari seberang sana. Dari nada suaranya, sepertinya Ben sedang marah.

Gabby mengigit bagian bawah bibirnya. 

"Lo emang bandar ayam terhebat. Lo yang ngelatih si Arjuna? Dia menangin 9 pertandingan sekaligus!" ucap Ben.

Gabby terkejut mendengarnya. "Serius, Bang?!"

KAMAWU [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang