Part 60

60 7 0
                                    

━─━────༺༻────━─━

Perlahan Devian membuka matanya. Ia terbelalak kala melihat banyak sekali mayat di jurang. Mayat-mayat itu sudah membusuk. Ada panah garpatra yang menancap di tubuh mereka. Dilihat dari pakaiannya, sepertinya mereka adalah pemburu liar.

Devian mengedarkan pandangan ke sekeliling. Ternyata ia jatuh di undakan tanah yang ditumbuhi rerumputan tebal. Devian melihat Gabby terkapar tak sadarkan diri dan tak jauh darinya.

"Gabby!" Devian menghampiri sambil terhuyung. Ia mengguncangkan tubuh gadis itu. "Gabby, bangun!" suaranya menggema di dinding jurang.

Perlahan Gabby membuka mata. "Kak Bella mana?" tanyanya pelan.

"Kak Bella enggak ada di sini. Mungkin Kak Bella enggak jatuh," jawab Devian.

Gabby panik. Ia bangkit untuk duduk. "Jangan-jangan, Kak Bella ditangkap sama orang-orang desa!"

Mereka mendongak menatap tebing yang cukup tinggi.

"Gimana caranya kita naik?" tanya Devian.

"Kak Devian punya tali?" tanya Gabby.

Devian menggeleng. "Gue enggak bawa tali."

Gabby melihat akar-akar pohon besar yang menjuntai. Ia tidak yakin, tetapi mencoba menariknya. "Kayaknya ini cukup kuat buat naik," ucapnya.

Sementara itu, di tempat lain.

Dua orang bermantel hitam berjalan beriringan. Yang satu di depan, yang satunya lagi di belakang membawa tubuh lunglai Bella yang tak sadarkan diri di punggungnya. Anak panah garpatra masih menancap di dada gadis malang itu.

Tiba-tiba kedua mata Bella terbuka. Ia mengeluarkan suntikan jarum pendek dari lengan baju, lalu menusuk leher orang yang menggendongnya.

"Bruk!"

Orang bermantel hitam yang berjalan duluan terkejut mendengar suara jatuh. Ia menoleh, ternyata temannya terjatuh pingsan bersama Bella yang masih (berpura-pura) tak sadarkan diri.

Orang itu menghampiri. "Apa yang terjadi denganmu?" tanyanya.

Tiba-tiba Bella bergerak, lalu menusukkan jarum lainnya ke pinggang orang itu hingga pingsan juga. Kini keduanya sama-sama tak sadarkan diri.

Bella bangkit dan mencabut anak panah garpatra yang menancap di dadanya. Bella terkejut saat menyadari kalau anak panah garpatra itu tidak memiliki mata panah.

Meski menancap mengeluarkan darah, tetapi lukanya tidak terlalu parah.

Sebelum melesatkan anak panahnya, diam-diam Yudis mematahkan mata panah agar Bella tidak terluka parah. Ya, pria itu melindungi Bella sampai titik terakhir.

"Mas Yudis...."

Sementara itu, Sarip memetik beberapa daun ramuan di sekitar hutan, lalu meremasnya hingga keluar getah. Ia mengobati perut Yudis dengan tumbuhan tersebut.

"Tidak salah aku memilih kamu sebagai ketua tersembunyi Lancapatra. Kamu memang bisa diandalkan," kata Sarip.

Yudis mendongak menatap Sarip. "Kenapa Pak Sarip melakukan ini?" tanyanya.

"Karena kamu pemuda Desa Kamawu yang paling berharga. Aku harus melindungimu. Kamu aset berharga yang suatu hari nanti bisa menggantikanku. Itu sebabnya aku membantumu," papar Sarip.

Yudis menggeleng. "Bukan, aku bukan bertanya soal itu. Kenapa Pak Sarip mengorbankan gadis-gadis perawan untuk Gunung Kamawu?"

Sarip menghentikan aktivitasnya, lalu menatap Yudis. "Bukankah kamu juga sudah tahu jawabannya? Semua ini demi kebaikan Desa Kamawu. Berterima kasihlah padaku. Aku tidak pernah memberikan kamu tugas untuk membunuh orang karena kamu tidak bisa membunuh."

KAMAWU [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang