━─━────༺༻────━─━
Tibalah mereka di perbatasan menuju Desa Kamawu. Ada tugu besar yang sudah dipenuhi oleh lumut di tepi jalan bertuliskan "Selamat Datang di Desa Kamawu" menggunakan tulisan dan juga bahasa daerah setempat.
Gabby melihat ada lampu penerangan di tepi jalan, menandakan kalau mereka telah mendekati wilayah pemukiman penduduk. Lampu-lampu penerangan jalan dipasang tiap10 meter.
Bella dan Gabby melihat rumah-rumah panggung yang mulai terlihat dan dilewati oleh mobil mereka. Namun, rumah tradisonal yang terbuat dari kayu itu terlihat sangat nyaman dan cukup besar.
Jarak antara rumah ke rumah lainnya lumayan jauh, sekitar 100 meter. Bahkan, ada juga rumah dipisahkan oleh pepohonan rimbun. Ada juga dua atau tiga rumah yang berdekatan.
"Enggak ada orang, ya?" tanya Bella yang sedari tadi tidak melihat satu pun orang di sekitar rumah warga.
"Serem lah keluar malam-malam begini," sahut Gabby sambil melihat jam di ponselnya yang menunjukkan pukul 9 malam.
Mobil truk berhenti di depan sebuah rumah panggung bertingkat dua. Tidak besar, tetapi terlihat sangat nyaman. Ada pot tanaman hias yang menghiasi bagian teras rumah panggung tersebut. Rumah tradisional itu dikelilingi pagar kayu setinggi 1,3 meter.
Johan melihat ke layar ponselnya yang menunjukkan kalau mereka telah sampai di tempat tujuan. "Kita sudah sampai."
"Ini rumah kita?" Gabby membuka pintu mobil, lalu keluar. Suhu dingin di tempat itu menyambut, membuat Gabby menggigil. Padahal AC mobil dari tadi menyala, tetapi suhu dingin di tempat itu mengalahkan dinginnya AC.
"Bella, Gabby, pakai jaket kalian," suruh Johan saat ia keluar dari mobil dan merasakan dinginnya suhu di tempat itu.
Gabby segera meraih jaket dan memakainya.
Bella membuka pintu mobil. Angin malam berembus menyambutnya, sampai-sampai rambut panjangnya yang kecoklatan bergerak-gerak. Gadis itu mengambil jaket dan memakainya.
Seseorang keluar dari dalam rumah. Pria berseragam polisi yang usianya kira-kira tiga puluh tahunan itu memberikan hormat pada Johan. Tertera nama Raka di seragamnya. "Selamat datang, Pak!"
Johan juga memberikan hormat.
Raka menurunkan tangannya setelah Johan __yang merupakan atasan barunya itu__ menurunkan tangan terlebih dahulu.
"Kamu menunggu kedatangan kami dari siang, ya?" tanya Johan sambil menepuk bahu Raka."Ah, tidak juga, Pak."
"Bella, Gabby, ini Raka, rekan Papa," Johan memperkenalkan Raka pada kedua putrinya.
Bella dan Gabby mengangguk santun. Raka juga menganggukkan kepala.
Sopir truk dibantu temannya, lalu Raka, dan juga Johan mengangkut barang satu per satu ke dalam rumah. Bella dan Gabby mengangkut barang-barang kecil yang tidak terlalu berat.
Saat menginjak lantai kayu rumah panggung tersebut, akan terdengar suara yang khas kayu berderit.
Bella terpukau melihat lampu gantung di tengah ruangan. Meski bukan lampu gantung mahal, tetapi lampu gantung sederhana __yang terbuat dari batok kelapa, kayu, dan juga kerang__ itu terlihat cantik.
Tanpa mereka sadari, seseorang di dekat pohon seberang jalan tengah mengawasi mereka. Karena suasana yang gelap di sekitar pepohonan itu, maka tidak ada yang bisa melihat keberadaannya.
Merasa tugas kecilnya sudah selesai, Gabby pergi berkeliling di sekitar rumah.
Di sudut kiri depan rumah terdapat pohon cemara yang menjulang tinggi, sementara di sudut kanan depan rumah ada gundukan tanah gembur seperti kuburan memanjang sebanyak tiga garis. Ada tanaman tomat dan juga cabe rawit yang tumbuh di sana.
Jalanan di pedesaan itu tidak diaspal. Hanya tanah biasa. Rumput-rumput di sisi jalanan tanah itu menjadi pembatasnya.
Gabby beralih ke halaman belakang. Saat melewati samping rumah, ia melihat ada rumah juga yang bersebelahan dengan rumahnya. Gabby mengernyit saat melihat pergerakan di jendela rumah itu. Seperti ada seseorang yang mengintip, lalu bersembunyi.
Tidak ambil pusing, Gabby melanjutkan langkah ke halaman belakang yang sangat luas, masih dalam lingkup pagar kayu. Namun, halaman belakang terlihat seperti lahan kosong yang kering. Tidak ada apa pun.
"Mungkin, Papa bakalan bikin arena panahan buat Kak Bella di sini," gumam Gabby.
Jam 11 malam, barulah mereka selesai membereskan barang-barang di dalam rumah.
Tampaknya Gabby menyukai ke-aesthetic-an rumah tersebut. Menurutnya, rumah baru mereka sangat mewah dan bergaya.
Sopir truk dan temannya pamit pulang, padahal Johan menawarkan mereka untuk menginap semalam, tetapi mereka menolak dengan baik. Setelah sedikit berbincang dengan Johan, Raka juga berpamitan untuk pulang karena hari sudah sangat larut.
Johan melihat denah rumah di tangannya yang diberikan Raka tadi. "Jadi, di rumah ini ada lantai satu dan lantai dua. Di lantai satu ada dapur, dua kamar mandi dengan masing-masing dua closet, ruang tamu, ruang keluarga, dan dua kamar tidur. Di lantai dua ada dua kamar tidur dan satu ruangan lagi enggak tahu buat apa."
Bella dan Gabby mendengarkan.
"Ada empat kamar di rumah ini, ya? Kalian mau kamar yang mana?" tanya Johan kemudian.
"Aku mau kamar yang bawah saja, yang di depan itu. Barang-barang aku udah dimasukin ke sana," jawab Bella sembari menunjuk salah satu kamar.
"Aku mau yang atas, yang itu. Tadi aku udah beresin barang-barang aku ke sana. Mas Raka sama temen Pak Sopir juga udah mindahin kasur aku ke sana." Gabby menunjuk kamar yang dekat tangga di lantai dua.
"Kenapa Bella enggak milih kamar yang atas?" tanya Johan pada putri sulungnya.
"Enggak ah, takut naik tangganya," jawab Bella. Padahal tangganya merupakan tangga biasa, bukan tangga panjat. Namun, tangga kayu itu akan bersuara saat diinjak.
"Kalau begitu, kalian tidur, ya. Ini sudah malam," suruh Johan.
Bella dan Gabby mengangguk. Mereka pun pergi ke kamar masing-masing. Gabby berlari menaiki tangga membuat suara kayu berderit. Ia tidak takut sama sekali.Sementara Johan tidak langsung pergi ke kamar, ia mengotak-atik laptop di ruang tamu.
Tampaknya Gabby penasaran dengan segala hal. Ia berkeliling di kamarnya yang cukup luas. Gadis itu juga ber-selfie walau tengah malam. Ketika mulai bosan, Gabby pun memilih untuk bermain game.
"Eh, sinyalnya bagus juga di sini," gumam Gabby. Ia melihat Gangster masih online. "Si Gangster masih hidup malam-malam begini?"
Gabut : Lo masih hidup?
Gangster : Gue tiga kali mati gara-gara si Aloners.
Gabut : Dari siang sampai jam segin lo ngelawan dia?
Gangster : Hmm
Gabut : Yuk, kalahin dia.
Gangster : Lo enggak tidur?
Gabut : Enggak, ah! Tadi di jalan gue ketiduran, jadi sekarang mata gue fresh
Gangster : Oh, gitu. Okay, kita sikat ini orang.
Gabby tertawa.
Sementara itu, Bella sedang berjuang mati-matian untuk tidur. Namun, ia tidak bisa tidur karena suara hewan dan serangga malam yang bersahutan. Belum lagi nyamuk yang mengerubunginya, membuat Bella muak. Gadis itu mengambil body lotion beraroma jeruk dan mengoleskannya ke tubuh. Setidaknya itu adalah upaya yang bisa digunakan agar nyamuk-nyamuk berhenti menggigitnya.
Bella menutupi sekujur tubuh dengan selimut, kecuali wajah. Ia menutup rapat matanya. Namun, tetap saja ia tidak bisa tidur. Bella mengubah posisi tidurnya menjadi menyamping, lalu ia mengambil bantal dan menutup telinganya dengan bantal tersebut.
"Ah, ternyata tidak sesunyi dugaanku."
━─━────༺༻────━─━
12.43 | 14 Februari 2022
By Ucu Irna MarhamahFollow Instagram
@ucu_irna_marhamah
@novellova
@artlovae
KAMU SEDANG MEMBACA
KAMAWU [SUDAH TERBIT]
Mystery / Thriller━─━────༺༻────━─━ Johan dipindahtugaskan ke Desa Kamawu, yaitu sebuah desa terpencil di luar provinsi. Tidak sendiri, Johan pindah bersama dengan kedua putrinya. Awalnya, mereka merasa nyaman tinggal di desa tersebut. Namun, hingga di satu titik, m...