Part 18

69 10 0
                                    


━─━────༺༻────━─━

"Tit, tit, tit, tiiiiit."

Bella tersentak bangun kala mendengar suara detik bom. Ia segera bangkit dari tempat tidurnya dan berlari keluar dari kamar. "Papa!" teriaknya.

Johan terhenyak dalam tidurnya mendengar suara teriakan Bella.

"Papa!" Bella menggedor pintu kamar Johan. "Papa, Papa!"

Johan bangkit dari tempat tidur, lalu membuka pintu. "Ada apa, Bella?"

"Papa, Bella denger suara bom." Bella terlihat panik. Ia menarik lengan ayahnya agar segera keluar dan melakukan sesuatu.

Johan mengambil kotak kecil di bawah ranjang yang isinya adalah peralatan sewaktu ia masih tergabung di kemiliteran. Johan keluar dari kamar dan mengikuti langkah Bella. "Di mana suaranya, Bella?" tanyanya.

Bella memasang telinga baik-baik. Ia tidak mendengar apa pun. "Tadi, aku denger jelas banget, Pa."

Johan menghela napas berat. "Mungkin kamu mengingau."

"Enggak, Pa, aku beneran denger pake telinga aku sendiri," sanggah Bella.

"Tit, tit, tit, tiiiiit." Tiba-tiba suara detik bom kembali terdengar, membuat Johan dan Bella panik.

Johan segera keluar untuk mencari sumber suara, sementara Bella bersembunyi di balik sofa.

Di Luar, Johan mengedarkan pandangan ke sekeliling. Suara detik bom lagi-lagi menghilang. Beberapa saat kemudian, kembali terdengar. Tatapan Johan tertuju ke kotak listrik di dinding. Ternyata suara tersebut berasal dari sana.

"Kirain bom beneran." Johan membuang napas kasar. Ia kembali masuk ke dalam rumah dan melihat Bella bersembunyi di balik kursi. "Bukan bom, tapi token listrik habis," ujarnya.

"Token listrik? Kirain bom." Bella menghela napas lega. Ia pun pergi ke dapur untuk memasak. "Papa, galon air habis."

"Masak airnya di kompor saja," sahut Johan. Ia tampak berpikir. "Iya juga, ya. Kalo galon sama gas habis, isi ulangnya di mana?"

Sementara itu, Gabby terbangun karena mendengar suara ayam berkokok. Ia keluar dari kamar, menuruni tangga, dan melihat Johan sedang mencari sesuatu di dompet.

"Kartu listrik di mana, ya?" gumam Johan.

"Papa nyari apa?" tanya Gabby.

"Kartu listrik," jawab Johan. "Token udah bunyi, tuh."

Gabby hanya ber-oh-ria. Ia pun pergi ke halaman belakang untuk melepaskan ayam dari kandangnya. Saat membuka pintu menuju ke halaman belakang, Gabby terkejut melihat arena panahan yang sudah jadi. Ada 8 papan target yang berjejer dengan jarak yang berbeda-beda.

"Wah, apakah ini lapangan untuk latihan militer?" tanya Gabby.

Mendengar suara adiknya, Bella keluar dari dapur. Ia juga terkagum-kagum melihat arena panahan yang dibuat oleh ayahnya itu. "Ini lebih keren daripada arena latihan panahan di klub," kata Bella. Ia berlari masuk ke dalam rumah untuk berterima kasih pada ayahnya.

"Papa, terima kasih. Bella sayang Papa."

"Papa juga sayang Bella."

Gabby tersenyum senang untuk kakaknya. Ia pun mengeluarkan ayam dari kandang. "Lha, kok ayam jagonya masih ada dua, sih?" Gabby tidak jadi melepaskan salah satu ayam jantan atau kedua ayam itu akan bertarung lagi.

Johan muncul di pintu belakang. "Papa enggak tega potong ayamnya," ungkapnya.

Gabby menghela napas berat. "Kalo aku jual, boleh?"

KAMAWU [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang