━─━────༺༻────━─━
Keesokan harinya, di kantin sekolah.
Gabby dan teman-teman duduk di tempat biasa. Begitu pula dengan Devian dan kawan-kawan.
Tampaknya tidak ada yang tahu mengenai kejadian pemukulan Gabby terhadap Devian dan teman-temannya. Semua murid mungkin mengira luka lebam di wajah Devian dan teman-temannya disebabkan tawuran dengan siswa dari sekolah lain.
Gabby sendiri tidak berpikir untuk menyebarkannya. Selain karena tindakannya adalah tindakan yang sangat buruk, Gabby juga merasa bersalah pada Devian dan yang lainnya.
"Eh, tahu enggak, sih? Bapaknya si Gabby polisi, anjir," bisik Keanu.
"Siapa Gabby?" tanya Mahes dan Rehan berbarengan.
"Itu orang yang mukulin kita, si kelas 10 itu," sahut Keanu dengan mata tertuju ke Gabby. "Kejadiannya kemaren. Masa kalian udah lupa aja, sih," gerutunya.
"Namanya Gabby?" tanya Hans.
"Nama lengkapnya Gabriella Angel kalo enggak salah," papar Keanu.
"Nama Gabriella Angel, tapi sikapnya enggak ada angel-angel-nya sama sekali," gumam Devian.
"Oh, jadi bapak yang pake kruk kemarin itu polisi? Pantesan badannya keker terus mukanya nyeremin pula," ucap Yoan.
"Terus, lo pada tahu enggak atlet panahan putri yang namanya Isabella Jasmine?" tanya Keanu lagi.
"Yang kemaren dapet medali emas di Asian Games?" tebak Mahes.
"Iya, iya tahu," sahut yang lain.
Keanu mengangguk. "Dia kakaknya Gabby."
Teman-teman Devian terkejut mendengar hal tersebut.
Devian tampak berpikir. "Gila sih kalo gue punya masalah lagi sama si Gabby. Bapaknya bisa-bisa nembak gue pake pistol. Kakaknya juga manah gue," ucapnya dalam hati.
"Seriusan? Kok beda, ya? Maksud gue, emang mirip sama-sama cantik juga. Tapi, kalo Isabella Jasmine mah keliatan kalem, tapi kok si Gabby mukanya sangar banget, dah."
"Lo tahu dari mana, Nu? Lo BIN, ya?" tanya Hans.
"Abang gue kenal sama kakaknya. Kemaren kan abang gue yang dateng ke ruang BK. Soalnya orang tua gue lagi di luar kota. Jadi, pas ngelihat bapaknya Gabby, abang gue langsung kenal terus salaman," jelas Keanu.
"Oh, pantesan," ujar Rehan dan Yoan berbarengan.
"Bapaknya polisi yang bertugas mengurus keamanan rakyat, tapi anaknya malah mukulin orang," celetuk Rehan.
"Iya, kayaknya muka sangar si Gabby turun dari bapaknya, deh," sahut Mahes.
Mereka tertawa.
Namun, Devian terlihat tidak senang. Ia pun bersuara, "Jangan bawa-bawa orang tua. Yang salah itu anaknya. Bapaknya enggak salah. Justru bapaknya dateng buat minta maaf ke kita semua, juga ke orang tua lo pada. Kenapa? Karena dia nyesel sama sikap anaknya. Dia enggak pernah ngajarin anaknya buat mukul orang. Enggak semua orang tua punya pemikiran dan kerendahan hati kayak bapaknya si Gabby."
Mendengar ucapan Devian, para siswa itu kembali merenung.
"Lo belain Gabby?" tanya Keanu.
Devian mendengus kesal. "Gue bukan ngebelain dia. Justru gue kesel sama dia. Gue cuma ngasih tahu lo pada, kalo anaknya salah, bukan berarti orang tuanya juga salah. Enggak ada orang tua yang ngajarin hal-hal buruk sama anaknya. Gue kurang seneng aja kalian ngomong gitu tentang ayah dia."
Mereka berenam terlonjak kaget melihat Gabby yang tiba-tiba sudah berada di dekat mereka sedari tadi. Pembicaraan mereka pun terhenti.
"Gue mau minta maaf. Gue ngaku salah. Sebagai gantinya, gue traktir lo pada," kata Gabby, kemudian berlalu begitu saja ke kasir kantin tanpa menunggu jawaban dari Devian dan teman-temannya.
"Kapan dia dateng? Perasaan, tadi dia masih duduk di sana sama temen-temennya."
"Keasyikan nge-ghibah sih lo."
🌾🌾🌾
Di apartemen.
"Hahaha! Kalian enggak bakalan bisa ngalahin gue!" kata Johan yang sibuk main game di kamar Gabby.
Sementara itu, Bella sedang mengotak-atik laptop di kamar. Ia menggeleng pelan setiap kali mendengar ayahnya yang main game sambil teriak-teriak.
Apa yang sedang dilakukan Bella? Ternyata ia membuat konten cerita yang dibuat dalam bentuk video, kemudian diunggah ke Youtube. Diam-diam Bella juga mendapatkan uang dengan membuat konten video-novel di Youtube. Subscriber channel-nya yang bernama Nobella juga lumayan banyak.
Johan keluar dari kamar Gabby sambil meregangkan tubuh. Ia mendengar suara bel berbunyi. Tanpa melihat dulu lewat lubang intip di pintu, Johan membukanya. Ia terkejut ketika mengetahui kalau orang yang datang bertamu adalah Aji dan Asnah.
"Kenapa kamu terkejut begitu saat melihat orang tuamu ini datang?" tanya Aji.
"Emmm, ada apa Ayah dan Ibu datang ke mari siang-siang bolong begini?" Johan balik bertanya.
"Kamu tidak mempersilakan kami masuk?" tanya Asnah sinis.
Johan tersenyum kaku. "Barangkali, Ayah dan Ibu sedang buru-buru dan ingin segera pergi."
🌾🌾🌾
Johan duduk di sofa sambil menghela napas berat. Ia melihat kedua orang tuanya tidak berhenti berkeliling dan mengomentari hal sekecil apa pun yang mereka lihat.
Bella tetap berada di kamar karena memang Johan yang menyuruhnya untuk tidak menemui Aji dan Asnah.
"Kamu enggak pergi kerja? Kamu dipecat?" tanya Aji. Padahal sudah jelas kaki Johan terluka. Bahkan, anaknya itu berjalan tertatih-tatih, tetapi masih bertanya kenapa tidak pergi bekerja.
"Ada kecelakaan kecil, jadi aku enggak pergi kerja hari ini," jawab Johan.
"Kirain dipecat. Jabatan kamu kan udah di paling dasar. Kalo kamu turun jabatan lagi, artinya kamu dipecat," ucap Aji sarkas.
Johan tidak merespon ucapan ayahnya.
Asnah menghampiri Johan dan duduk berhadapan dengan putranya itu. "Tumben bukan Bella yang bukain pintu, dia kan pengangguran enggak ada kegiatan. Kerjaannya cuma di rumah terus kayak orang mati."
"Bella pergi ke klub panahan. Dia berlatih keras karena sebentar lagi diadakan SEA GAMES," ujar Johan yang tentu saja merupakan kebohongan.
Asnah mendecih. "Jangan terlalu sibuk. Ingat umur. Gadis seumuran Bella seharusnya sudah punya pacar atau menikah. Lagian, perempuan sudah seharusnya di dapur. Enggak usah repot sok-sokan ikutan panahan. Memangnya duit atlet sekebon?"
Johan mengernyit. "Memangnya kenapa sama umur Bella? Ada yang salah? Dia baru 19 tahun. Dia membutuhkan lebih banyak waktu kebebasan untuk dirinya sendiri. Kenapa harus buru-buru nikah?"
"Yunia saja udah nikah yang usianya baru 18 tahun. Masa Bella kalah, sih? Padahal Bella lebih cantik dari Yunia," tutur Asnah.
Johan terlihat kesal. "Lha, bukannya si Yunia hamil di luar nikah? Makanya dia buru-buru dinikahin sama cowok yang ngehamilin dia. Jangan bandingin Bella sama dia. Bella bukan gadis yang seperti itu, Bu."
"Kamu bilang, anak kamu itu pinter, tapi kenapa tidak disuruh kuliah atau kerja? Malu Ibu digosipin mulu sama tetangga gara-gara si Bella," gerutu Asnah.
Johan benar-benar kesal saat sang ibu mengorek-orek urusan pribadinya dan juga anak-anak.
"Cucu-cucu tetangga Ibu ada yang kuliah, kerja, atau berkeluarga. Mereka masa depannya jelas. Lha, si Bella bagaimana ceritanya? Kuliah kagak, kerja kagak, berkeluarga apalagi."
━─━────༺༻────━─━
12.43 | 14 Februari 2022
By Ucu Irna MarhamahFollow Instagram
@ucu_irna_marhamah
@novellova
@artlovae
KAMU SEDANG MEMBACA
KAMAWU [SUDAH TERBIT]
Mystery / Thriller━─━────༺༻────━─━ Johan dipindahtugaskan ke Desa Kamawu, yaitu sebuah desa terpencil di luar provinsi. Tidak sendiri, Johan pindah bersama dengan kedua putrinya. Awalnya, mereka merasa nyaman tinggal di desa tersebut. Namun, hingga di satu titik, m...