aku stay here

43 37 2
                                        


"Memilikimu adalah suatu anugrah yang tidak sesuai dengan kebetulan. Iman 'kita beda' Ra."

Happy reading.

Suara langkah kaki menggema disisi ruangan, Rezi terus melangkah sekali-kali melihat kebelakang. Benar saja, Garry mengikutinya setelah kejadian tadi. Hal itu tentu saja membuatnya semakin kesal.

"Anak bodoh itu" umpatnya. Dan terus berjalan. Tapi, langkahnya terpaksa berhenti setelah mendengar kata yang keluar dari mulut Garry.

"Kenapa harus pura-pura" Rezi tidak bodoh, dia tau apa yang sedang Garry bicarakan hanya saja dia sudah terlanjur melakukannya dari awal. Saat ingin kembali melanjutkan langkahnya Garry kembali berbicara.

"Gue tau Lo terpaksa kan lakuin ini ... Gue paham, bang. tapi, boleh gue minta doa dari Lo?"

"Tentu, Tampa Lo minta, gue selalu berdoa yang terbaik buat Lo, gue juga pengen ngucapin ulangtahun Lo tapi, gue nggak bisa ... Gue pengecut."

Rezi berusaha menahan diri agar tidak terpengaruh suasana, dengan berat, dia membelikan badannya seketika tatapan tajamnya bertemu dengan sorot mata sedu itu. Dengan berusaha keras dia tersenyum remeh, seolah-olah tidak terpengaruh dengan ucapan Garry.

"Lo mau gue ngucapin ulang tahun Lo?" Garry hanya m mengangguk.

"Hm, oke … happy birthday" ucapnya dan berlalu meninggalkan Garry yang terdiam mencerna semua yang telah Rezi ucapkan padanya.

Garry memukul kepalanya pelan, apakah ini mimpi, benar-benar tidak menyangka kalau Rezi akan mengucapkannya. Tanpa dia sadari senyuman lolos begitu saja, begitu juga dengan Rezi sedari tadi dia melihat reaksi Garry. Hanya itu yang bisa dilakukan setidaknya dengan begitu dia bisa lega dan tidak terus-menerus merasa bersalah.

...

"Gimana berhasil?"

Garry menggangguk dan langsung memeluk Mara erat, mungkin kalian tau betapa bahagianya Garry saat ini. "Bang Rezi benar-benar peduli sama aku Ra, ... Aku yakin selama ini bang Rezi cuman bohong Ra."

Sebahagia itukah Garry? Bahkan dia sama sekali nggak peduli sama pesta kecilnya. Tapi dia nggak boleh egois, masih banyak yang bisa dia lakukan dengan Garry, berbeda dengan Rezi. Walaupun dia Sama sekali tidak tau apa masalah mereka, tapi Mara turut bahagia sekarang.

"Mara awas!" Triak Kusuma. Reflek Mara menghindar, tanpa disangka ternyata teman-teman Garry sedang berlari menerjang Garry dengan pelukan. Dilihat dari tingkah mereka sudah jelas mereka juga turut bahagia. Walaupun dapat dilihat teman-temannya kurang suka dengan Rezi.

"Ganggu aja Lo semua." Garry melepaskan pelukannya teman-temannya dengan kesal.

"Sensasi banget jadi bos" kesal Kusuma lalu beralih menggandeng tangan Mara.

"Nantanggin Lo?" Kesal Garry, walaupun dia tau Kusuma cuman bercanda, tetap saja dia cemburu.

"Gem. Teman Lo enaknya diapain ya? Perasaan Dari tadi gue salah mulu"

"Ya elo gatel megang-megang pacar orang, kalo gue jadi Garry udah ensot pala lo"

"Ya kan Mara adik gue, seiman juga" semuanya terdiam, sambil melihat kearah Garry, Kusuma memegang mulutnya yang keceplosan. Tapi dilihat dari reaksi Garry seperti tidak terjadi apa-apa.

GARRA [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang