panik?

65 50 2
                                    

Happy reading

Suara putaran kunci berbunyi saat, Damara memasuki toilet sekolah. Mendengar hal itu dia sedikit terkejut reflek membuka kenop pintu, benar saja dia terkunci di dalam.

“SIAPAPUN DISANA, TOLONG BUKA PINTUNYA!”

"GUE MOHON! ... TOLONG BUKA"

Nihil tidak ada yang datang untuk menolongnya Mara bersandar dipintu sambil berteriak dari dalam sana tapi percuma, juga tidak membawakan hasil.

sudah hampir satu jam dia berada didalam sana tapi tidak ada satupun yang mendengar teriakannya. Dia begitu heran kenapa tidak ada satupun yang datang, dan siapa yang begitu tega melakukan hal ini padanya.

Rasa cemas menguasai gadis itu mengingat kalau hari sudah mulai gelap. Bibirnya begitu pucat bahkan tenggorokannya terasa tercekat dan kering bahkan badannya mulai melemah.

Sedari tadi dia hanya bisa berteriak sambil menangis sedu. Dia sangat menyesal andai saja dia menerima tawaran Fanny untuk menemaninya pasti dia sudah berada di rumah sekarang.

.

.

.

"Ayah, udah malam kenapa Mara belum juga pulang?"

Intan merasa tidak tentang saat mengetahui kalau anaknya belum pulang, sedari tadi dia hanya mondar mandir sambil mengintip ke jendela luar melihat apakah ada tanda-tanda kepulangan anaknya.

Harun yang melihat istrinya tidak tentang, juga mulai merasa pusing. Lalu menghampiri istrinya dan menuntunnya untuk duduk.

"Kamu tentang dulu, Mara pasti baik-baik aja"

"Nggak, yah. kita harus cari Mara, aku nggak tentang"

Harun mengeluarkan benda persegi panjang itu dari sakunya dan memencet nomor seseorang untuk di telfon.

"Ayah mau ngapain?"

"Ayah mau nelfon Hanif, siapa tau Damara pergi sama Hanif."

"Iya"

"Assalamu'alaikum ayah" ucapan hanif diseberang sana.

"Waalaikumsalam"

"Ayah kenapa nelfon,? Tumben"

"Hanif, Damara ada sama kamu?"

"Nggk ada yah, emang kenapa?"

"Sampe sekarang dia belum pulang, ayah pikir dia ada sama kamu"

"Apa? Mara belum pulang!?"

Harun hanya mengangguk seolah Hanif melihatnya. "Berarti Mara nggak ada sama kamu?"tanyanya lagi.

Nggak ada yah, Kalo gitu Hanif cari, Mara dulu. Assalamu'alaikum, ayah"

"Iya, waalaikumsalam"

Melihat itu Intan lansung menatap suaminya dengan tanda tanya, sedangkan Harun yang sedang paham hanya menggeleng pelan.

"Yaallah gimana ini."

"Ibu tentang aja, ayah akan cari Mara, Hanif juga lagi mencari Mara" ucap Harun.

"Kalo gitu ibu ikut"

"Jangan, ibu dirumah aja, siapa tau nanti Mara pulang" mendengar ucapan suaminya Intan hanya mengangguk untuk mengiyakan. Setelah mendapat izin Harun bergegas keluar untuk mencari putrinya.

.

.

.

Hanif sudah mencari Mara di mana-mana tapi, dia juga masih belum menemukan gadis itu. Dia juga sudah mendatangi rumah teman-teman Mara, termasuk rumah Fanny, mendengar hal itu Fanny juga sangat panik dan Meminta untuk ikut mencari Mara bersama Hanif.

GARRA [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang