he's my little friend

286 107 55
                                    


Happy Reading

.

.

Mara memandang koper yang terletak diatas ranjang, sekilas senyuman keluar begitu saja dari bibirnya.
Mengingat Sudah hampir hitungan ke sepuluh tahun dia pindah bersama keluarganya kesini-australia dan baru beberapa waktu ayahnya memberi tahu bahwa Hari ini mereka akan pulang ke kota kelahirannya.

"Hanif apa kabar ya? Kalo gue pulang nanti dia ingat gue ngga ya?"

Nama itu keluar begitu saja dari mulutnya, mengingat hanya Hanif-lah yang selalu bermain dengannya. Mungkin dia tidak sabar untuk bertemu lagi dengan sahabat kecilnya.

Mara kembali berdiri dari ranjangnya saat ibunya memanggilnya dari jauh dan menyuruhnya memeriksa apakah ada yang ketinggalan.

Mara kembali melihat disekitar kamarnya memastikan kalau semuanya sudah beres dan tidak ada yang tertinggal.
Langkahnya kembali melihat buku-buku yang sengaja dia tinggalkan dan hanya membawa beberapa yang sangat dibutuhkan.

Pandangannya tertuju pada rak buku nomor dua dan melihat sebuah kotak persegi panjang bewarna hitam polos tampa dihiasi pita yang sudah dipenuhi oleh abu.

Mara menatap lama kotak itu dan berniat untuk melihat kembali Isi-isinya. Dia menutup hidungnya saat abu seperti bertebaran di hidungnya lalu mengipas-ngipasi abu itu.

Sama sekali tidak ada yang sepesial didalam kotak itu. Saat dia ingin menutup kembali kotak itu sebuah jepitan rambut bewarna kuning tetanggkap penglihatannya. Mara mengambil jemputan itu lalu tersenyum lembut.

"jepitan ini? Jepitan yang bikin gue nangis seharian hanya karena satunya lagi ilang."

Mara mengangkat jepitan itu didepan wajahnya sambil tertawa mengingat yang dia lakukan dulu.

"warna kuning?, benar. Warna kuning warna kesukaan gue, tapi dulu"

"pria kecil itu. Seperti yang lo katakan dulu, semoga kita benar-benar bertemu lagi"

Mara sangat ingat pria kecil yang menolongnya waktu dia terjatuh saat berlari mengejar penjual bunga, dia bahkan menangis sambil menyebutkan bunga matahari yang baru saja mekar.

Bahkan pria itu yang membantunya berdiri dan berlari mengajar si penjual bunga. Saat itu Mara benar-benar tidak tau apakah pria sekecil dia waktu itu mempunyai uang, tapi dia benar-benar berasil membawa bunga itu untuknya.

"ini buaat kamu" dia bahkan ikutan berjongkok dan memberikan bunga itu padanya.

"maaci ya, udah nolongin Ala" ucapnya, Mara masih sangat ingat senyuman manis pria itu.

Mara melihat ayahnya berjalan kearahnya dan lansung berlari menghampiri ayahnya yang ternyata sedang mencarinya. Dia begitu menyesal karena belum sempat berkenalan dengan pria itu.

Tapi dia mendengar kalau pria itu berteriak sambil berbicara semoga mereka bertemu lagi.

Lamunan mara berhenti saat ibunya tiba-tiba membuka pintu kamarnya dan memberitahu kalau mereka akan segera berangkat. Mara menarik napas pelan sekarang dia akan meninggalkan Aussie, tempat yang sangat lama dia tempati.

.

.

.

Hembusan nafas lega saat berada didepan rumah yang tidak asing lagi baginya dan juga rumah sangat lama dia tinggalkan.

Mara terkejut dan membalikan badannya saat seseorang mengejutkannya. Mara mengerutkan keningnya bingung siapa pria didepannya sekarang.

GARRA [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang