Bolehkah aku berfikir kalau semuanya ini bukan hanya sebuah kebetulan? Kalo pun benar. Kenapa kita harus berbeda.Happy reading
.
.
Jam sudah menunjukkan pukul tujuh lewat sepuluh menit. Mara memasuki gerbang sekolah dengan cerianya. Suara hentakan sepatunya cukup terdengar walaupun murid-murid sudah berdatangan dengan berisiknya.
Senyumannya mengambang saat melihat Hanif yang terdiam diri ditempatnya. Waktu tiga hari benar-benar membuatnya merindukan sahabatnya itu. Tidak sia-sia Hanif, Geya, dan juga Agung berhasil membawa pulang medali emas dan juga piala. Tanpa ragu Mara berjalan kearah Hanif lalu duduk di samping pria itu.
"Wihh, gue dengar tim kalian menang ya?" Tanyanya lansung.
"Alhamdulillah, Ra. Nggak sia-sia kita belajarnya" jawab Hanif.
"Kalo nggak salah, nanti ada penyambutan kemenangan kalian kan?"
"Iya, ikut nggak, Ra?"
"Ya pasti ikut dong, Lo kan sahabat gue"
"Lo tetap bersyukur walaupun cuman dianggap sahabat, sampai kapanpun tetap sahabat" guman Hanif.
"Ya iyalah, jahat banget kalo Lo mengabaikan sahabat terbaik Lo ini" balas Hanif.
"Kita juga sahabat Mara, buka Lo doang" sambar Fanny yang baru datang sambil merangkul Aillen. Sedangkan Aillen hanya mengangguk mantap sambil menatap remeh kearah Hanif lebih tepatnya bercanda.
Hanif mengerutkan keningnya Bingung lalu berdiri sambil menatap Mara dan teman-temannya bergantian.
"Kalian Udah baikan?" Tanyanya bingung.
"Udah dong!" Jawab Mara senang. Sedangkan Hanif hanya mengangguk paham.
"Okee, bagus deh kalo gitu" balasnya.
Mara kira Hanif akan menanyakan banyak hal, tapi tidak sesuai dengan ekspektasinya.
Percakapan mereka terpaksa berhenti lantaran Bu Risma sudah berdiri didepan dan kembali kemeja masing-masing.
"Anak-anak ibu, tugas pertemuan kemarin tolong dikumpulkan ke depan, ibu ada urusan sebentar. ibu tunggal dulu." Pamitnya setelah menyuruh murid-muridnya untuk mengumpulkan tugas mereka masing-masing.
"Mampus. Ra kok nggak bilang-bilang kalo ada tugas?" Tanya Kusuma sedikit kesal.
"Ya mana gue tau" balas Mara.
semua murid yang mengerjakan tugas berdiri ke depan untuk mengantarkan tugasnya masing-masing. Tapi ada satu hal yang menarik perhatian. Semua orang melihat kearah Rezi yang tengah berjalan membawa bukunya, bisa disimpulkan, pria itu mengerjakan tugasnya.
"Liat deh si Rezi bawa buku kedepan" ucap salah satu siswa kelas.
"Yang benar? Si Rezi bikin tugas?" Ucap yang lainnya.
"Mungkin capek kali tunggal kelas mulu, udah dua tahun kan?"
"Kayaknya terlalu sayang sama sekolah ini, makanya nggak lulus-lulus"
Brukk
Semua orang terkejut saat Aillen dengan kesalnya berdiri sambil menggebrak mejanya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
GARRA [REVISI]
Fiksi Remaja"Aku nggk sejahat itu buat ambil kamu dari Tuhanmu" "Kita hanya sekadar dipertemukan bukan untuk disatukan" "ini bukan perihal siapa yang kau cintai tapi ini tentang sebesar apa kamu mencintai" "kisah kita bahkan dimulai dari prolog dan diakhiri den...