[Terdiam bukan berarti, takut. Terkadang seseorang lebih memilih diam daripada menyakiti orang lain.]Happy reading.
Mara berlari cukup kencang di lorong sekolah saat bel masuk berbunyi. Tapi tubuhnya tidak sengaja menabrak seseorang, Mara yang sadar pun langsung menunduk untuk meminta maaf.
"Maaf gue gak sengaja" ucap Mara cepat.
"Kamu nggak papa?" Orang itu bertanya, Mara yang mendengar suaranya pun langsung mengangkat kepalanya, dia sangat buru-buru sampai tidak memperhatikan siapa yang dia tabrak. Tanpa menjawab pertanyaan pria itu, Mara lansung berlalu meninggalnya yang terdiam sendiri menunggu jawaban dari gadis itu.
"Kamu kenapa ngehindar dari aku?" Garry menatap lurus kearah Mara, benar saja laki-laki yang dia tabrak adalah Garry, seseorang yang sudah bikin dia kecewa.
"Aku nggak ngehindar kok, cuman jaga jarak. Lagipula, kamu sama aku juga udah nggak ada hubungannya apa lagi."
"Kata siapa kita sudah putus?"
"Bel Uda bunyi, aku duluan" potong Mara, dia sengaja mengalihkan pembicaraan, sudah cukup dia menangis, sudah begitu banyak air mata yang dia keluarkan hanya karena pria yang ada didepannya itu. Dengan santainya Mara melewati Garry begitu saja. Garry hanya bisa melihat langkah kaki Mara yang berjalan cukup cepat, dia tau gadis itu benar-benar sedang menghindarinya.
"Ra Lo kenapa? Kok dari tadi bengong aja." Fanny menghadap kearah Mara yang terdiam sejak tadi.
"Gue nggak papa, Fanny? Mungkin kecapean aja"saat ini dia hanya bisa berbohong, dia hanya takut untuk menceritakannya saat ini.
"Ra. Walaupun kita temanan nggak terlalu lama, tapi Lo bisa percaya sama kita, gue yakin Lo ada masalah." Ucap Fanny panjang.
"Iya. Ra, Lo itu nggak bisa bohong sama kita, Jelas banget kalo Lo lagi ada masalah." Tambah Aillen.
"Apa ini karena Garry?" Tebak Fanny. Aillen yang mendengar nama itu, lansung menatap Mara serius, untuk menyakinkan ucapan Fanny. Tanpa tau harus mengatakan apa, Mara hanya mengangguk pelan membenarkan ucapan Fanny.
"Garry ngapain lo. Ra?" Aillen Bertanya serius. Mara kembali diam tanpa menjawab pertanyaan Aillen.
"Nggak papa. Mara, gue udah bilang, Lo cerita aja ke kita, kita janji bakal bantu sebisa kita.
"Gue putus sama Garry" ucap Mara lansung.
"APA!!?" Reflek Fanny dan juga Aillen berteriak barengan.
"Lo bercanda kan. Ra" Aillen, menatap Mara serius.
"Tapi itu kenyataannya" jawab Mara.
"Kita bukannya nggak percaya, tapi gue tau Garry cinta banget sama Lo, Ra" Aillen mulai berbicara.
"Mara, Lo ngeprank kita kan?" Tambah Fanny.
"Gue nggak ngeprank" jawabnya.
"Kenapa bisa putus?" Aillen kembali bertanya.
"Garry khianati gue" Mara menatap langit-langit kelas hanya untuk menahan air matanya. Fanny mengusap punggung Mara pelan untuk menenangkan gadis itu. Berbeda dengan Aillen, gadis itu masih sulit untuk percaya, dia tau Garry sangat mencintai Mara, tapi, dia juga yakin Mara tidak mungkin berbohong. "Apakah mereka salah paham" batin Aillen.
...
Tidak terasa, bel istirahat telah berbunyi, Fanny merentangkan tangannya keatas menghilangkan penat, setelah itu dia berjalan kearah bangku, Mara. Begitu juga dengan Aillen ikut menghampiri Mara.
KAMU SEDANG MEMBACA
GARRA [REVISI]
Teen Fiction"Aku nggk sejahat itu buat ambil kamu dari Tuhanmu" "Kita hanya sekadar dipertemukan bukan untuk disatukan" "ini bukan perihal siapa yang kau cintai tapi ini tentang sebesar apa kamu mencintai" "kisah kita bahkan dimulai dari prolog dan diakhiri den...