Walaupun kenyataan sangat menyakitkan, tapi itu lebih baik, daripada tenggelam dengan kebohongan seseorang.Happy reading.
.
.Maaf jika banyak typo.
Mara berusaha agar tidak berbalik saat Garry berusaha mengejarnya sambil berteriak menyuruhnya untuk berhenti. Tapi, percuma, bukannya berhenti, Mara Malah mempercepat langkahnya, saat ini dia tidak ingin bertemu ataupun berbicara dengan pria itu, kejadian tadi sudah cukup untuk menjelaskan semuanya, terlebih lagi pria itu sangat jelas menghindar darinya. yang ada didalam dirinya hanya kecewa. kecewa dengan Garry, kecewa dengan dirinya sendiri yang sangat mudah percaya dengan orang lain, seharusnya dari awal dia sudah mulai curiga dengan sikap Garry yang berubah hari-hari ini.
Mara menghentikan langkahnya saat, garry memaksanya untuk berhenti, tanpa berbalik Mara terdiam ditempatnya menunggu pria itu berbicara. Sudah hampir satu menit,tapi masih belum ada satupun yang keluar dari mulut pria itu. Tapi, pada saat Mara ingin kembali melangkah, langkahnya kembali terhenti saat mendengar ucapan Garry.
"Maaf" hanya kata itu yang keluar dari mulut pria itu,dia benar-benar bingung, tanpa bisa berbuat apapun.
Mara menarik nafas dalam sambil memejamkan matanya sebelum berbalik. Dengan sekuat tenaga gadis itu berusaha tersenyum seolah tidak terjadi apapun.
"Makasih atas jawaban dari semuanya" ucap Mara.
"Ra-" ucapan Garry terhenti saat Mara kembali berbicara.
"Lebih baik kamu pergi, kasihan dia lagi nunggu kamu" Mara melihat gadis yang tengah berdiri tidak jauh darinya. "Kita udahan ya, Gar..., Makasih buat semuanya."
"Ra, aku bakal jelasin. tapi pliss, jangan kaya gini" Garry memegang tangan Mara menyakinkan.
"Garry aku boleh nanya?" Minta Mara. Garry dengan cepat mengiyakannya, melihat reaksi Garry, Mara tersenyum lembut.
"Apa ini alasan kamu sibuk akhir-akhir ini?"
"Ra, pliss. Aku nggak bisa jawab sekarang."
"Kenapa Garry? Apa aku ada salah sampai kamu tega berbuat seperti ini?"
"Nggak,Ra." Garry mendekat dengan memegang tangan Mara, tapi gadis itu lebih dulu menghempasnya. Tanpa terasa air matanya Lolos begitu saja, padahal dia sudah berusaha untuk tidak memperlihatkan sisi lemahnya kepada pria itu. Tapi sekarang semuanya sia-sia.
"Kenapa kamu jahat Garry? Kenapa kamu lakuin ini?"
"Ra, maaf"
"Bisa jawab aku?" Pinta Mara. Sedangkan Garry tetap kukuh tidak ingin menjawab.
"Kalo gitu biarin aku nyerah."
"Mara, pliss jangan kaya gini"
"Aku harus gimana!" Ucap Mara mulai meninggi.
"Ra, aku punya alasan, ngelakuin ini semua"
"Apapun alasan kamu, aku nggak mau egois, Garry. Kalo memang aku harus ngalah, aku siap" ujar Mara.
"Oke.., oke, aku bakal cerita semuanya sekarang, tapi pliss, dengarin aku dulu ya. Ra?" Pinta Garry.
"Maaf, Garry. Tapi aku harus pergi"
"Ra..., Mara. Pliss dengarin aku dulu, aku nggak mau putus. Ra..., Damara!"
Garry berteriak berkali-kali, tapi percuma, Mara sudah dulu pergi tanpa mau mendengarkan penjelasan dari Garry, disisi lain, Mara berjalan sedikit kencang sekali-kali tangannya menghapus air matanya yang lolos begitu saja dari pipinya. Hatinya benar-benar hancur sekarang, Garry berhasil membuatnya menangis seperti ini. Padahal dia sudah berusaha untuk tetap terlihat kuat, tapi semua yang dia lakukan cuman sia-sia.

KAMU SEDANG MEMBACA
GARRA [REVISI]
Fiksyen Remaja"Aku nggk sejahat itu buat ambil kamu dari Tuhanmu" "Kita hanya sekadar dipertemukan bukan untuk disatukan" "ini bukan perihal siapa yang kau cintai tapi ini tentang sebesar apa kamu mencintai" "kisah kita bahkan dimulai dari prolog dan diakhiri den...