right, over, forever

27 5 0
                                    

[Jika takdir tidak pernah salah, lalu siapakah yang salah? Jikapun tidak ada yang salah lantas kenapa kau memilih kembali asing?]

Garry berpelukan dengan sahabatnya satu persatu, tidak terasa hari berlalu begitu cepat, walaupun dengan berat hati dia harus pergi ketempat yang sempat dia tempati beberapa tahun yang lalu 'Los Angeles'. Lagipula dia tidak punya alasan untuk menolak permintaan orang tuanya. Bukan?

Gema berjalan mendekat kearah Garry, begitu juga dengan teman-temannya yang lain ikut menyusul.

"Lo serius naik kapal?" tanya Gema.

"Gue serius, Gem.", Jawab Garry.

"Lebih bagus naik pesawat nggak si? Biar cepat." Rafar kembali meyakinkan.

"Nggak papa, Bro ... gue naik kapal aja, hitung-hitung mencari suasana baru,"balas Garry.

"Kalo gue mana yang baik aja, semoga Lo sampai dengan aman, jangan lupa kabarin kita. oke?" ucap Kusuma untuk pertama kalinya.

"Tumben Lo benar?" ejek Gema.

"Udah, nggak usah mulai, Lo" tegur Agra.

Seketika Gema menutup mulutnya sendiri dengan jarinya.

"Mampus Lo" balas Kusuma sambil menjulurkan lidahnya kearah Gema.

"Thanks udah anterin gue, kalo gitu gue pamit dulu, sorry gue nggak bisa tempati janji gue buat lulus bareng-bareng," ucap Garry mengalihkan pembicaraan Gema Dengan Kusuma.

"Jujur, sebenarnya kita kecewa, Gar. tapi kita tau kalo ini bukan kemauan lo, lo jaga diri aja udah cukup, walaupun lo sesat tapi lo tetap kapten kita" ucap Rafar.

"Hati-hati bro" ucap Hanif untuk pertama kalinya.

Garry paham dengan keadaan Hanif sekarang, dia tau laki-laki itu sedang menahan diri terhadapnya, bagaimana tidak sahabatnya pasti sangat sakit jika tahu Garry akan meninggalkan Indonesia. Ah benar saja sepertinya Hanif belum bertemu dengan Mara.

"Mara.., lo udah ngomong sama dia?" tanya Hanif. Garry terdiam sejenak.

"Seperti yang Lo lihat, selain kalian nggak ada alasan gue buat menetap di sini" jawab Garry.

"Maksud Lo?" Hanif yang bingung kembali bertanya.

"Gue udah berusaha untuk tetap tinggal biar bareng lo semua.., tapi alasan itu nggak ada apa-apanya bagi orang tua gue. Bahkan gue mohon-mohon agar di kasih waktu perpisahan dengan lo semua," lanjut Garry.

"Gue paham, yang gue tanya tentang Mara" lagi-lagi Hanif bertanya, menurutnya itu bukan jawaban yang dia inginkan.

"Gue belum selesai, lo semua ingat waktu itu Mara menghilang tanpa kabar?... bahkan Fanny maupun Aillen nggk tau dimana Mara. sampai tiba-tiba Mara muncul dengan sikap aneh, Mara menghindar dari gue, dia selalu berbicara omong kosong, bahkan mutusin gue saat itu juga."

"Jadi Lo sama Mara... p—pu-tus?" ucap Hanif gagap, bahkan teman-temannya ikut terkejut.

"Jadi itu alasan Lo nggak ngasih tau Mara tentang hari ini?" kalo ini bukan Hanif yang bertanya melainkan Rafar.

"Bukan" jawab Garry.

"Lalu?" Hanif berjalan lebih dekat kearah Garry.

"Setelah Mara putusin gue, gue bilang kalo gue bakal pindah ke Los Angeles, gue bilang kalo gue bakal berusaha menyakinkan papa gue untuk tetap stay disini demi dia,.. tapi dia malah nyuruh gue pergi, Mara nggk ada nahan gue. bahkan gue belum ngerti kenapa dia putusin gue?"

GARRA [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang