Bolehkah kalian komen 1 kata buatku.
Kayak .... SEMANGAATTTT
Aku lagi down banget sumpaahh
-------------------------------------
Tak ingin memanfaatkan, namun terkadang kondisilah yang membuat diri ini tega melakukannya.
"Maaf, Permisi. Calon suami saya sudah datang."
Memberanikan diri, Dara melangkah, melewati rombongan ibu-ibu warga desa yang sejak tadi sibuk menghakiminya, Dara bergerak menuju seorang tamu laki-laki yang bahkan tidak pernah dia sangka bisa sampai ke rumahnya ini. Rumah yang berada di desa cukup terpencil, tentu saja dengan jalanan yang belum disupport pemerintah sepenuhnya, amat sangat sulit bila dijangkau oleh kendaraan umum.
Hingga Dara bertanya-tanya, bagaimana laki-laki itu bisa sampai di sini, tanpa tersesat. Bahkan tanpa bertanya pada Dara sebelumnya.
"Dani ...." Mengucapkan nama itu dengan susah payah, Dara terpaksa bersandiwara bila Dani memang calon suaminya.
Tidak langsung merespon, Gusti Dani Syakier, atau yang biasa Dara panggil Dani, mencoba memerhatikan keadaan sekitar. Ada beberapa pasang mata yang menatapnya penuh rasa penasaran. Namun ada juga yang terang-terangan menelanjanginya dari tatapan tajam tersebut.
"Dan ..." tegur Dara lagi. Dia benar-benar butuh konfirmasi Dani, supaya tidak ada yang curiga bila tadi dirinya berbohong demi bisa terlepas dari kehebohan ini.
"Apa gue datang diwaktu yang tepat?" Langsung memahami situasi, Dara menatapnya dengan mata berkaca-kaca. Walau masih banyak rasa takut dalam menghadapi Dani, dengan memori terakhirnya bersama laki-laki itu, namun kali ini Dara benar-benar butuh pertolongan. Dia hanya ingin terlepas dari amukan warga desa yang sibuk membenarkan pemikiran mereka sendiri.
"Iya."
Mengangguk perlahan, tubuh Dara mendadak terasa lemas. Dia berpegangan pada lengan Dani, sambil menahan air mata agar tidak terlihat lemah di depan ibu-ibu yang mengamuk itu. Disaat mereka saling bertatapan, Dani paham apa yang Dara butuhkan tanpa perlu perempuan itu katakan langsung padanya. Apalagi memiliki track record dalam berpura-pura sesuai kebutuhan, adalah kehebatannya selama beberapa waktu belakangan ini.
Langsung menggenggam tangan Dara yang terasa kecil bila dibandingan dengan tangan miliknya sendiri, Dani berusaha memasang senyum. Melangkah bersama Dara, keduanya benar-benar menjadi perhatian ibu-ibu yang sejak tadi memprotes atas sikap Dara kepada Lurah mereka. Hingga akhirnya langkah mereka berhenti di depan mereka semua, Dani sedikit membungkuk. Salam hangat keluar begitu saja dari bibirnya, sampai Dara tidak menyangka Dani bisa dengan mudah masuk ke dalam situasi yang terjadi.
"Selamat pagi."
"Owh ... pagi."
"Pagi, Mas."
Kembali menjadi tatapan ganas ibu-ibu warga desa ini, Dani ikut melihat pakaian yang ia kenakan saat ini. Celana bahan berwarna khaki, serta sweeter hitam, padu padan pakaiannya kali ini. Tas ransel berwarna cokelat yang berisikan satu pasang pakaian ganti masih dia sandang dipunggungnya. Dengan potongan rambut plontos, serta tubuh yang kurus tinggi, ia merasa tidak ada yang aneh atas dirinya saat ini. Akan tetapi dari semua tatapan ini, seolah-olah Dani adalah sosok aneh yang baru mereka temui dimuka bumi ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
SPOSAMI! DANTE
RomancePerkara uang 100 Juta, aku pikir kami akan terikat dan menjadi dekat setelahnya. Namun nyatanya tidak. Setelah membaca-baca berbagai macam berita, akhirnya aku sadar, salah satu negara di dunia ini yang mayoritas pendudukanya terlambat menikah adala...