Ballroom hotel bintang lima itu telah dihiasi dengan berbagai ornamen yang bukan hanya indah, elegan tetapi juga mewah. Musik mengalun berpadu apik dengan suara merdu penyanyi kenamaan tanah air. Segala dibuat agar para tamu yang hadir dapat menikmati pesta malam ini. Bukan pesta pernikahan memang hanya pesta ulang tahun, namun karena orang yang mengadakan pesta adalah salah satu keluarga old money di negara ini maka acaranya pasti tidak main-main.
Berjalan tegak memasuki ruangan, Yudis mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan. Setiap orang yang hadir tampak memakai pakaian terbaiknya. Melirik tuxedo yang melekat di tubuhnya, mungkin bukan Bottega seperti yang di kenakan oleh Sang Tuan. Namun harap diketahui harga pakaiannya saat ini hampir delapan kali lipat UMR kota Jakarta.
Beberapa orang tampak memperhatikan kedatangan mereka... ralat, bukan mereka melainkan pada Banyu Wisesa Gananantha. Memang tak sampai terdengar bisik-bisik namun mata beberapa orang tanggap kala melihat pria tampan, mapan dan yang terpenting masih single. Pasti bisa tebak siapa yang paling excited? Iya pasti kaum hawa. Masalahnya, Yudis sedari dulu memang bukan jenis manusia popular jadi amat sangat tak nyaman saat ikut-ikutan menjadi pusat perhatian.
Kabur boleh nggak sih?
Merutuki Banyu dalam hati jika bukan karena Sang Tuan yang malas hadir ke pesta dan berakhir membuat mereka datang agak terlambat... 2 jam masih dapat dikategorikan agak terlambatlah kalau versi Banyu. Dikatakan terlambat itu saat datang di detik-detik akhir pesta. Rasanya tadi Yudis ingin melempar tab-nya langsung ke muka Banyu, ketika mendengar jawaban Sang Tuan. Namun, bisa dipastikan setelahnya Yudis akan bermalam di penjara dan di-PHK tanpa pesangon, malah mesti membayar ganti rugi.
Tadipun jika Yudis tidak mengingatkan Banyu bahwa Bapak Samuel Tanuko--penyelengara acara--adalah salah satu orang yang akan mendatangani kontrak di proyek mendatang. Maka Yudis jamin Banyu lebih memilih memberi makan Nayaga-buaya peliharaannya-ketimbang datang kemari. Luar biasa bukan bos besarnya itu... luar biasa menyebalkan maksudnya.
Masalah bukan hanya itu sebenarnya, jika umumnya orang-orang akan membawa pasangannya saat menghadiri pesta. Entah patner, teman, kekasih atau semacamnya, tetapi Sang Tuan tidak pernah mau. Awalnya Yudis pikir Banyu memiliki masalah seksual yang menyimpang, seperti menyukai sesama jenis misalnya. Namun, feeling-nya tidak setuju. Apalagi kenyataannya Banyu itu tidak hanya menjaga jarak dari wanita tetapi juga pada pria. Yudis sebagai personal assistant yang mendampingi hampir enam tahun ini bisa jamin catatan Banyu bersih.
Sumpah, demi sempak hulk yang paling gombrong, Yudis berkata yang sebenarnya.
"Akhirnya kau datang juga, Banyu," ucap Narendra Tinosubrata--rekan pengusaha--saat Banyu mengeser kursi lalu mendudukan dirinya dengan santai.
Pesta memang dikhususkan untuk kalangan terbatas dan berhubung Sang Tuan termasuk jajaran orang penting maka wajar bila posisi mejanya berada di bagian depan. Di dunia bukan hanya kaya dan miskin yang dibeda-bedakan tetapi orang kaya sekalipun ada tingkatannya. Membungkuk sejenak lalu Yudis berbalik arah kembali ke bagian belakang ruangan setelah mengantarkan Banyu ke tempatnya. Harap diingat bahwa tempat Sang Tuan duduk bukanlah tempat Yudis juga duduk.
Kacung mesti tahu diri dan sadar diri... Hiks.
"Aku diundang jadi bukankah sudah selayaknya datang," jawab Banyu acuh tak acuh.
"Beberapa kali aku mengundangmu tetapi kau tak pernah datang," balas Narendra menyindir Banyu, lalu menyesap pelan minumannya.
Acara pesta private dengan cewek-cewek maksudnya.
"Aku sibuk," jawab Banyu malas berdebat sekaligus menahan diri untuk tidak mendengus.
"Pak Lobis Sitorus, bukankah Anda ingin bertemu dengan Banyu Wisesa Gananantha. Nah, ini dia orangnya," ucap Narendra sambil memandang orang yang sedang duduk tepat berada di depan Banyu. Meja yang mereka tempati memang berbentuk lingkaran. "Banyu, Pak Lobis ini adalah salah satu orang penting di ICW," lanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prambanan Obsession (END)
Historical FictionPerjanjian telah dibuat antara Bandung Bondowoso dan pasukan jin. Namun, semesta sepertinya tahu bahwa kegagalan terjadi karena kecurangan yang dilakukan oleh Roro Jonggrang. Roda nasib berputar di luar kendali. Masalahnya, perjanjian gaib tidak dap...