Bagaimana Banyu tanpa Dara? Masih hidup. Dirinya tetap bernapas, makan, minum serta bekerja. Namun, rasanya seperti ada yang hilang di hidupnya.
Banyu tahu di mana keberadaan Dara walau tunangannya itu teramat jarang mau berkomunikasi dengannya. Dara seakan membuat dinding batas di antara mereka. Tidak memutus kontak tapi juga tidak mengizinkan Banyu mendekat.
Sebenarnya, Banyu bisa mendatangi Dara. Akan tetapi takut tindakan gegabahnya akan membuat Dara nekat mengakhiri hubungan mereka. Pernikahan itu dilakukan oleh dua orang. Jika Dara menolak pernikahan maka Banyu tidak bisa memaksa. Banyu juga yakin Sasono Darma Atmodimedjo akan menuruti semua permintaan putrinya.
Jadi yang bisa dilakukan Banyu adalah menunggu... menunggu... menunggu dan terus menunggu. Rencana pernikahan mereka itu akan dilangsungkan lima bulan setelah acara pertunangan. Keluarga Dara yang menentukan waktunya sesuai perhitungan hari baik menurut para sesepuh.
Banyu sebenarnya tidak lagi percaya mitos macam itu. Semua hari pastinya baik. Disebut hari buruk jika tiba-tiba terjadi musibah, tragedi, bencana alam, atau hal negatif lain di hari itu. Namun, terserahlah. Pokoknya, tujuan Banyu hanya satu yaitu menikahi Dara titik nggak pake koma.
Maka Banyu akan membiarkan Dara menjauh hingga saatnya pernikahan mereka tiba. Jika Dara tetap keras kepala maka Banyu tidak segan untuk menyeret calon istrinya langsung ke hadapan penghulu. Sungguh, Banyu tidak akan menyerah dengan mudah kali ini.
Kaki Banyu melangkah pelan. Matanya menatap sosok yang sedang terduduk di lantai. Mungkin karena suara musik terlalu keras sehingga dia tidak menyadari kehadiran seseorang. Punggung wanita itu tampak rapuh, sehingga Banyu sungguh tidak tega membiarkan dia bersedih apalagi terluka.
Dulu Banyu merasa bosan dengan kehidupannya. Tidak ada tantangan serta kesepian. Ketika Dara muncul, Banyu seakan mendapat motivasi untuk hidup. Sayangnya, bukan hanya wanita yang punya wajah mirip Roro Jonggrang yang tiba-tiba mewarnai kehidupan Banyu tapi sosok lain di masa lalunya ikut muncul juga. Makanya Banyu merasa gamang.
Keadaan makin kacau kala Dara dan Ratu berada di dekatnya. Otak sekaligus perasaan bekerja di luar kendali. Banyu harus memilih. Namun, sisi buruk dirinya terus berbisik agar kali ini harus nekat memiliki keduanya. Bukankah tangan manusia itu ada dua, jadi dirinya bisa menggenggam Dara dan juga Ratu sekaligus.
"Kamu itu mau melukis atau mabuk, hm?" tanya Banyu setelah berada tepat di belakang Dara.
Sumpah, rasanya Banyu ingin memeluk Dara. Rindu... Teramat rindu pada tunangannya ini. Namun rasanya sekarang bukan waktu yang tepat kecuali mau Dara murka padanya.
Wajah Dara menengok ke belakang. Ada raut keterkejutan walau buru-buru ditutupinya. "Oh."
Tak lama Dara mengalihkan pandangan ke lukisan di depannya lagi. Lukisan yang sangat besar karena punya panjang 4 x 1,5 meter. Memang lukisan ini baru separuh selesai. Tadi sudah letih jadi memutuskan berhenti melukis, tak ingin hasilnya malah berantakkan jika memaksakan diri.
Tangan Dara meraih remote. Jangan kira Dara mematikan musik, justru sebaliknya, dia malah mengeraskan volume-nya. Berharap Banyu sadar kehadirannya tidak diinginkan dan jika bisa lekas hengkang dari sini.
Memang lebih dari sebulan Dara tidak bertemu ataupun melihat wajah tunangan ini. Namun, anehnya bukan perasaan rindu yang muncul tapi justru kesal. Mungkin benar ungkapan bahwa wanita bisa menyimpan dendam lebih lama dibanding pria.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prambanan Obsession (END)
Ficción históricaPerjanjian telah dibuat antara Bandung Bondowoso dan pasukan jin. Namun, semesta sepertinya tahu bahwa kegagalan terjadi karena kecurangan yang dilakukan oleh Roro Jonggrang. Roda nasib berputar di luar kendali. Masalahnya, perjanjian gaib tidak dap...