Dara memasuki halaman rumah megah yang berada di kawasan elit Jakarta Utara. Memang tidak sebesar rumah Papi tapi menurut Dara rumah ini lebih hangat. Paling tidak, para penghuninya benar-benar saling mengasihi dan menyayangi satu sama lain.
Memarkirkan mobilnya di carport, bersebelahan dengan deretan mobil yang lainnya. Mematikan mesin lalu bersiap keluar. Memang saat ini Dara menggunakan mobil milik Banyu. Tunangannya itu tidak hanya meninggalkan peralatan mandi, pakaian, parfum tapi juga mobilnya.
Awalnya, Tuan Banyu Wisesa Gananantha berniat membawa Dara ke showroom mobil untuk membeli mobil baru. Jangan kira Dara akan melompat kegirangan atau menghadiahi Banyu dengan ciuman bertubi-tubi. Yang ada, Dara malah merasa emosi.
Sepertinya, telinga pria itu mesti dibor dulu untuk bisa mendengar dengan benar. Dara memang tidak membawa serta harta keluarga Atmodimedjo saat keluar dari rumah. Namun, uang di rekeningnya saat ini lebih dari sekedar cukup untuk membeli Ferrari plus Himalayan crocodile birkin handbag sekalian.
Masalahnya, Dara itu trauma... tra-u-ma. Takut menyetir sendiri lalu berakhir diculik lagi, bukan karena tidak mampu membeli mobil baru. Mungkin Banyu tidak percaya omongan Dara sebab dirinya menyewa apartment tipe studio yang tidak ada mewah-mewahnya. Downgrade dibanding gaya hidupnya dahulu kala.
Alasan Dara itu sederhana yaitu malas bersih-bersih. Memang dirinya bisa membayar jasa cleaning services tapi Dara tidak suka jika privasinya dimasuki orang asing. Apalagi Dara bukan orang biasa, masih tergolong artis. Bisa jadi gosip se-Indonesia lagi jika bocor bahwa Banyu menginap di apartment Dara. Areta saja curiga apalagi orang lain.
Jika Dara keras kepala maka Banyu lebih keras kepala lagi. Dara sudah menolak tapi tunangannya tetap meninggalkan kunci beserta STNK dari mobil sedannya. Memang sebagian besar mobil Banyu itu jenisnya sedan.
Namun, untuk hari ini pengecualian. Dara memakai mobil milik Banyu tersebut. Anggap saja Dara sedang mempraktekkan peribahasa, menjilat ludah sendiri. Tapi apa boleh buat karena Dara diminta datang ke rumah Mbak Yufa, kakak iparnya.
Sebenarnya, Areta menawarkan diri mengantar tapi Dara tidak tega. Selain tentu takut terjadi kecelakaan nantinya. Perginya sih Dara yang menyetir tapi pulangnya Areta harus menyetir sendiri karena pasti tidak mau berada di rumah kakak ipar Dara. Oleh karena itu, Dara menyuruh Areta lanjut tidur di apartment.
Bisa juga memesan taxi tapi bagaimana jika nanti Mbak Yufa menahan dirinya hingga sore bahkan memintanya menginap. Sumpah, nyali Dara belum sanggup jika harus berhadapan dengan Mas Indrayana, kakaknya. Jika membawa mobil Banyu maka Dara bisa segera pamit dengan alasan ada janji dengan tunangannya. Iya, otak Dara terlatih membuat skenario terbaik. Toh, hidup Dara kadang mirip sinetron, Eh.
Dara mengambil napas panjang lalu menghembuskannya perlahan. Mengulang sebanyak tiga kali barulah keluar dari mobil. Melangkah tenang menuju ke rumah berbanding terbalik dengan jantungnya yang berdetak di luar kendali. Tersenyum saat pintu dibukakan oleh ART setelah Dara menekan bel. Rasanya tak sopan saat nyelonong masuk rumah orang lain, walau ini rumah kakaknya sekalipun.
"Mbak Yufa ada di mana?" tanya Dara pada Imas--ART di kediaman Mas Indrayana--yang sedang berjalan di sampingnya.
"Di ruang makan, Non." Imas tersenyum sebelum melanjutkan perkataannya, "Lagi nemenin Adek makan snacks siangnya."
"Hmm." Dara tahu bahwa Mbak Yufa amat ketat dalam mengasuh anaknya. Waktu makan bahkan ada jamnya dan mesti on time. Adek adalah panggilan untuk Zelyn di rumah.
"Mau saya buatkan minum apa, Non?" tanya Imas sigap.
"Nggak usah. Terima kasih."
"Kalau begitu, saya pamit ke belakang, Non." Imas mengganggukkan kepala tanda hormat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prambanan Obsession (END)
Historical FictionPerjanjian telah dibuat antara Bandung Bondowoso dan pasukan jin. Namun, semesta sepertinya tahu bahwa kegagalan terjadi karena kecurangan yang dilakukan oleh Roro Jonggrang. Roda nasib berputar di luar kendali. Masalahnya, perjanjian gaib tidak dap...