Dara duduk bersandar di jok mobil sambil memejamkan mata. Bertemu dengan Marcie Widjanto di pesta tadi sungguh merusak mood-nya. Lagian tamu itu ratusan dan jujur tak menyangka ibu dari Kenneth justru malah mendekatinya.
Keluarga Widjanto itu tergolong orang penting jadi kemungkinan besar diundang tapi biasanya juga kami tidak saling mendekat. Bahkan Dara tidak menyadari keberadaannya sebelum wanita paruh baya itu mendatanginya. Lagipula Dara bukan tipe orang yang peduli sekitar. Tadi masuk ballroom langsung menuju meja bersama teman-temannya yang memang janjian bertemu di lobi hotel.
"Apa perlu saya matikan AC-nya, Non?" tanya sang supir karena dari kaca spion terlihat nonanya sejak tadi beberapa kali mengelus lengannya naik turun. Memang majikannya itu mengenakan gaun panjang tanpa lengan. Mungkin dia kedinginan.
Mata Dara terbuka lalu beradu tatap dengan supirnya lewat kaca spion. "Tidak perlu, Pak!"
"Baik Non," balasnya sambil mengangguk lalu berkonsentrasi kembali untuk mengemudi.
Dara kembali mencari posisi nyaman. Perjalanan akan lama apalagi kini mulai turun hujan lebat. Untung saja dia sudah meninggalkan hotel tempat pesta berlangsung. Memejamkan matanya kembali guna mengistirahatkan tubuh dan pikiran.
Mungkin Kenneth hanya penasaran saja karena dulu gagal memiliki kamu
Kata-kata Marcie Widjanto kembali terngiang di kepala Dara. Tidak tahu saja wanita itu bahwa putranya Kenneth adalah satu-satunya pria yang berhasil memiliki Dara sepenuhnya. Demi alasan cinta, mereka telah melanggar batas. Bertahun-tahun telah berlalu tapi Dara masih ingat malam awal kebodohannya dimulai. Iya, awal karena terulang lagi dan lagi hingga berakhir tragedi.
Kala itu, Dara segera memasuki unit apartemen. Melepaskan high heels dari kakinya lalu menggantinya dengan sandal rumahan. Menyalakan lampu karena dirinya tak mungkin gelap-gelapan.
Sepi namun Dara tidak takut sama sekali. Menaruh clutch ke di meja kemudian melenggang santai menuju pantry. Membuka kulkas lalu mengambil ninuman isotonic yang selalu tersedia di sana. Dara tidak begitu suka air putih.
"Ngapain kamu malam-malam di sini?" suara bariton terdengar dari arah belakang Dara.
"Buuur," Sebagian air tersembur keluar lagi dari mulut Dara karena kaget. "Uhuuuk... Uhuuuk," terbatuk setelahnya.
"Astaga!" Kenneth segera bergegas mendekati kekasihnya dan tentu menepuk punggung Dara pelan.
Dara berusaha menenangkan diri dan mengambil tissue untuk menyeka bibir dan dagunya. "Koko ngagetin Dara!" protesnya lalu menaruh botol dan melemparkan tissue bekas pakai tadi ke tempat sampah.
"Harusnya aku yang bilang gitu!" balas Kenneth yang kemudian mengambil lap untuk mengeringkan meja pantry yang basah.
"Dih." Dara tak terima. "Koko bukannya masih di Makasar? Ngapain di sini?" lanjutnya penasaran.
Sudah tujuh bulan lebih Kenneth mengurus perusahaan cabang milik keluarganya. Turun langsung mengawasi penjualan produk di wilayah Indonesia timur. Oleh karena itu mereka kembali LDR. Kenneth tetap ke Jakarta walau cuma beberapa hari saja. Hal itu bukan hanya untuk menemui Dara tapi lebih terkait urusan dengan kantor utama.
Kenneth menyentil dahi Dara pelan. "Ini apartemen aku. Masa aku nggak boleh ada di sini?!"
"Ih," ringis Dara sambil menggosok dahinya yang tadi dianiaya Kenneth.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prambanan Obsession (END)
Ficción históricaPerjanjian telah dibuat antara Bandung Bondowoso dan pasukan jin. Namun, semesta sepertinya tahu bahwa kegagalan terjadi karena kecurangan yang dilakukan oleh Roro Jonggrang. Roda nasib berputar di luar kendali. Masalahnya, perjanjian gaib tidak dap...