【4】Terlambat

4.2K 521 21
                                    

Melepaskan tangan Areta karena akan menaiki tangga. "Kenneth memang teman gue... teman lepas perawan!" sahut Dara peduli tidak peduli.

"APAAAAAA?" teriak Areta keras bin kenceng dan tentu membuat
pelayan di kejauhan yang sedang mengganti bunga hidup di vas besar ikut terkejut.

Areta bergeming di tempat untuk beberapa menit. Memang saat ini dia bukan butuh healing tapi butuh darling, Eh. Areta berusaha mengembalikan sistem konsentrasi di otaknya. Dia tidak salah dengar tadi?

Teman lepas perawan itu artinya... Aaaarrrggg!!!

Kalau ini adalah sinetron di channel Ikan Terbang mungkin tadi akan ada efek suara petir menggelegar yang terdengar. Walaupun tidak begitu, Areta tetap didera shock. Lebih aneh jika dirinya tidak kaget, bukan?

Bagaimana seorang Dara bisa... bisa... Aaarrrggghhh.

Areta segera bergegas menaiki anak tangga untuk menyusul Dara. Merutuki tingkah sahabatnya yang entah kenapa lebih suka naik tangga padahal ada lift. Bukan karena Areta pemalas atau sok kaya jadi tidak level naik tangga. Hmm, memang agak pemalas sih. Masalahnya tujuan Dara itu bukan lantai dua melainkan lantai tiga. Kebayangkan?

Menahan diri karena di lantai dua ada beberapa pelayan yang sedang membersihkan ruangan. Areta menggigit bibir walaupun lidahnya sudah gatal ingin mencecar perempuan di hadapannya yang malah terlihat santai-santai saja setelah menjatuhkan bom virtual lewat kata-kata di pagi yang cerah ini. Padahal kepala Areta rasanya sudah berasap dibuatnya.

Areta menutup kamar Dara yang terletak di lantai tiga. Berbeda dengan letak kamar kakak dan orang tuanya yang berada di lantai dua. Ruangan pribadi milik Dara bisa dikatakan menghabiskan setengah bagian sendiri di lantai ini dengan peruntukan yang berbeda-beda.

Kamar tidur, kamar mandi, walk in closet, hingga ruang home theater pribadi-di lantai satu ada ruang serupa tapi lebih luas-karena Dara suka menonton dibanding membaca. Yang paling bikin iri adalah design kamar tidurnya, like a princess... if you know what I mean. Sumpah, Areta betah banget kalau di kasih kamar macam begini. Setahun nggak keluar kamar juga oke, nggak masalah terkurung kayak Rapunzel sekalipun.

Dara berusaha tetap berjalan santai menuju ke kamar mandi. Dari luar mungkin terlihat tenang, tetapi tidak tahu saja jika jantung Dara berdetak dua kali lebih cepat. Merutuki kecerobohannya tadi saat membuka rahasia masa lalunya pada Areta. Bisa dipastikan sahabat sekaligus manager-nya itu akan menuntut penjelasannya hingga ke akar-akarnya. Jadi jalan satu-satunya adalah kabur untuk mandi.

"Lo utang penjelasan ke gue!" ucap Areta yang sudah duduk bertopang kaki di sofa.

Tuh kan, apa Dara bilang!

"___" Dara diam karena tidak tahu harus menjawab bagaimana.

Jika ada yang menjual mesin waktu atau alat pemutar waktu pasti Dara beli sekarang jadi dia bisa mengulangi kejadian tadi dan tidak bicara sembarangan. Oh, seharusnya dia pergi ke masa lalu sekalian, sehingga tidak melakukan kebodohan bersama Kenneth. Iya, kebodohan yang harus dibayar mahal.

"Dara jangan pura-pura budek deh!"

"Gue cuma bercanda," balas Dara.

"Kok gue yakin tadi itu lo curcol."

"Gue refleks karena lo nyerocos mulu mirip kayak wartawan." Tangan Dara menyentuh pegangan pintu kamar mandi. "Lo kalau mau sarapan duluan, langsung ke bawah aja. Nggak usah tunggu gue. Lo kan tahu kalau gue mandinya lama," lanjutnya.

Menutup pintu kamar mandi lalu menguncinya. Badan Dara bersandar di pintu dengan mata terpejam sempurna. Kenneth... Kenneth... Mengumpat dalam hati karena satu nama itu selalu membuat otak Dara berubah irasional.

Prambanan Obsession (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang