Dara
Dara
Dara
Nama itu terus menghantui pikiran Banyu semenjak di Yogyakarta dua minggu lalu. Apa yang dikatakan Banyu pada Farah tadi malam itu kebenaran. Bukan Sasono yang memaksa dirinya untuk berkenalan lebih jauh dengan putrinya. Sebaliknya, Banyu sendiri yang mengatur keadaan sehingga bisa mendekati wanita yang sedang diincarnya.
Dirinya memang tahu pengusaha sawit itu namun hanya sekedar nama dan tidak kenal dekat. Banyu juga tidak yakin apakah Sasono mengenalnya atau tidak, karena dirinya bisa dibilang masih tergolong pengusaha baru. Ada ungkapan, tak kenal maka tak sayang. Maka Banyu harus berinisiatif memperkenalkan diri terlebih dahulu pada calon mertuanya itu, Eh.
Apalagi seakan semesta memuluskan jalannya kali ini hingga makan malam perkenalan itu terjadi. Siapa sangka jika ayah Dara memang sedang mencari calon suami untuk putrinya. Pertemuan demi pertemuan dengan Sasono hingga Banyu akhirnya benar-benar menjadi kandidat utama menantu keluarga mereka.
Apa semuanya itu kebetulan? Tentu saja tidak. Percayalah bahwa tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Banyu merencanakan segalanya setahap demi setahap agar tujuannya tercapai.
Tenang, dirinya tidak melakukan cara kotor. Banyu hanya memanfatkan apa yang dimiliki serta pengaruhnya dalam jaringan pergaulannya untuk mendekati target. Pertemuan yang terlihat tidak sengaja dengan Sasono Darma Atmodimedjo lalu dilanjutkan dengan beberapa pertemuan setelahnya.
Sebenarnya, Banyu mendapat nomor manager Dara yang diberikan oleh Pak Prayitno waktu di pameran. Dirinya tahu bahwa pria paruh baya itu pasti memiliki nomor pribadi Dara namun tidak etis memberikan pada sembarang orang. Lagian akan aneh jika Banyu ujug-ujug menelepon Dara untuk minta kenalan.
Banyu bukan ABG dan orang dewasa itu harus bersikap elegant. Tolong abaikan tindakan impulsive Banyu waktu itu ketika berlari seperti orang gila untuk mencari Dara di pameran lukisan. Sumpah, mengingatnya selalu membuat Banyu malu sendiri.
Pokoknya Banyu harus menuntaskan rasa penasarannya mengenai sosok Dara Mahisa Suramardhini. Namun dirinya tidak boleh gegabah. Rencananya dimulai dengan mencari tahu segala seluk beluk wanita yang katanya memiliki wajah mirip dengan Roro Jonggrang itu.
Setelah gagal mencari keberadaannya di tempat pameran lukisan waktu itu maka mau tak mau Banyu harus menggunakan cara lain. Stalking media sosial milik Dara rasanya tidak akan cukup. Sumpah, ternyata setelah bertahun-tahun ada hal yang membuatnya antusias lagi. Penasaran sekaligus bersemangat di waktu yang sama.
Ibarat filosofi Jawa, alon-alon asal kelakon. Pelan-pelan asalkan tercapai. Tidak masalah bersabar sedikit demi mendapat hasil maksimal. Hingga akhirnya jawaban didapatkan Banyu sekitar sembilan hari yang lalu.
"Tuan, ada Pak Rajendra datang," ucapan tiba-tiba Yudis membuat gerakan Banyu memberi makan Nayaga--buaya peliharaannya--terhenti seketika.
"Ada di mana dia?" tanya Banyu sambil menengok ke belakang.
"Masih ada di gerbang depan, Tuan," jawab Yudis segera karena dia tadi memang mendapat pesan di handphone-nya dari penjaga keamanan.
"Suruh tunggu di ruang kerja saja!" jawab Banyu karena dia butuh membersihkan badan terlebih dahulu. Dirinya melempar ayam terakhir yang langsung disambar Nayaga.
"Tuan butuh informasi tentang seseorang? Kenapa tidak bilang pada saya?" tanya Yudis salfok karena aneh saja dirinya tidak tahu apa-apa.
Rajendra Ghani Siregar adalah orang yang biasanya diperkerjakan untuk mencari informasi. Yudis merasa agak terganggu saat dirinya tidak dilibatkan dalam urusan kali ini. Bukan karena Yudis mahir mencari informasi sebab bagian itu adalah ranah kerja Rajendra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prambanan Obsession (END)
Ficción históricaPerjanjian telah dibuat antara Bandung Bondowoso dan pasukan jin. Namun, semesta sepertinya tahu bahwa kegagalan terjadi karena kecurangan yang dilakukan oleh Roro Jonggrang. Roda nasib berputar di luar kendali. Masalahnya, perjanjian gaib tidak dap...