Hari sudah gelap saat Banyu dan Yudis tiba di hotel. Berganti dengan tuxedo yang telah dipersiapkan oleh personal assistant-nya itu. Tidak mungkin dirinya menghadiri wedding dengan tampilan casual.
"Kamu sudah tanya manager-nya?"
Yudis mengangguk menatap Banyu yang tengah merapihkan lipatan jasnya. "Nona Dara pergi ke pesta sendirian. Manager-nya bilang, dirinya sakit jadi tidak bisa mendampingi."
"Tapi kamu bilangkan kalau kedatangan kita kejutan."
"Iya, Tuan."
"Oke, kita turun!" ucapnya setelah memastikan penampilannya telah paripurna.
Banyu tadinya tidak ingin menyusul Dara ke Bali. Apalagi Minggu malam sudah harus terbang lagi ke Jakarta sebab esok paginya ada meeting penting. Buang-buang waktu sebenarnya tapi sejak melihat tusuk konde miliknya dikenakan oleh Dara membuat Banyu tak tenang.
Percuma juga mengamuk pada Nawang Wulan karena Dara sudah terlanjur mengikat perjanjian gaib dengan bidadari semprul itu. Nyawa Dara yang tergadai sebagai mahar juga tidak bisa dikembalikan seperti sedia kala. Pokoknya Banyu tambah khawatir pada calon istri belum resminya itu.
Rencananya, Banyu akan menelepon Dara saat tiba di tempat acara pesta. Tidak mungkin dirinya diizinkan masuk tanpa undangan. Lebih senang lagi jika Dara memilih meninggalkan acara pesta lalu berkencan berdua saja dengan Banyu.
Mendapat kamar di hotel ini juga bukan perkara mudah karena sebagian besar telah di-booking. Kata Yudis kamar yang tersisa jenisnya penthouse. Makanya mereka di sini, di lantai tertinggi. Fasilitas dan pemandangan terbaik setara dengan harga fantastis yang harus dibayar.
Melangkah tenang keluar dari kamar lalu menuju lift. Yudis mempersilahkan Banyu untuk memasuki kotak logam dengan kontruksi baja itu lebih dahulu. Sama-sama terdiam dengan pikiran yang berbeda. Banyu bingung menyusun alasan bagi Dara tentang kedatangannya padahal tidak dibutuhkan, sedang Yudis bingung mau pergi ke mana saat tuannya sibuk pacaran. Tidak mungkin dirinya mengikuti kedua sejoli itu kencan.
Tidaklah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita, kecuali yang ketiga dari keduanya adalah setan.
Yudis itu personal assistant bukan setan kan?!
"Kamu kalau mau pergi silahkan atau mau langsung istirahat di kamar juga terserah," ucap Banyu tenang karena memang ada 3 bedrooms dalam penthouse yang mereka sewa.
"Saya mau ketemu teman, Tuan," jawab Yudis kala ide muncul di otaknya. Hangout lebih baik dibanding tidur. Salah satu temannya itu owner salah satu restaurant.
"Oke."
"Kalau butuh apa-apa, langsung telepon saya saja, Tuan," pinta Yudis siap siaga.
"Nikmati saja liburanmu, aku bi____" ucapan Banyu tak selesai karena ada suara yang terdengar. "Kamu dengar suara barusan?" tanyanya dengan mata melirik bagian atas lift.
"Suara apa Tuan?" tanya Yudis sambil menajamkan pendengarannya.
Suara cecak?
Suara perut keroncongan?
Suara kentut?
KAMU SEDANG MEMBACA
Prambanan Obsession (END)
Historical FictionPerjanjian telah dibuat antara Bandung Bondowoso dan pasukan jin. Namun, semesta sepertinya tahu bahwa kegagalan terjadi karena kecurangan yang dilakukan oleh Roro Jonggrang. Roda nasib berputar di luar kendali. Masalahnya, perjanjian gaib tidak dap...