Banyu keluar dari mobil lalu melangkah santai. Ada beberapa orang yang juga terlihat memasuki lobby apartment. Tangan kanannya berada di saku saat lift membawanya naik ke lantai tempat unit Dara berada.
Efek jatuh cinta membuat Banyu mirip remaja alay yang mudah rindu begini.
Cinta ternyata seluar biasa itu.
Butuh waktu beberapa menit saja hingga akhirnya Banyu berada di depan pintu apartment Dara. Berpikir sejenak lalu Banyu menekan bel. Sebaiknya, Banyu pura-pura bersikap sopan agar Dara tidak langsung mengamuk. Iya, tunangannya itu pasti marah sebab Banyu nekat datang.
5 detik.
10 detik.
15 detik.
Banyu menekan bel sekali lagi karena pintu belum dibukakan oleh Dara. Dirinya menunggu sesaat seperti tadi. Dahi Banyu mengeryit kala pintu tak terbuka juga. Berdecak lalu Banyu menekan kode access hingga kini pintu bisa dibuka. Agak bersyukur karena Dara belum merealisasikan niat untuk mengubah kode tersebut.
Baru satu langkah terayun namun, Banyu malah terdiam di tempat. Jantung Banyu rasanya mencelos. Apartment Dara itu tipenya studio jadi seluruh penjuru ruangan pastinya terlihat.
Tadinya, Banyu kira akan berhadapan dengan Dara yang sudah tertidur atau paling banter ngomel karena Banyu nekat datang padahal dilarang. Ternyata, oh ternyata. Yang terjadi di sini berbanding terbalik 180 derajat. Tak terbayang akan seperti ini malahan.
Tidak ada omelan apalagi teriakan karena ruangan ini sekarang kosong. Banyu segera menutup pintu. Dirinya juga melepaskan sepatunya.
"Dara!" seru Banyu.
Banyu melangkah menuju kamar mandi. Tangannya tanpa ragu menggerakkan gagang pintu hingga terbuka. Kosong. Dara tak ada.
Segera Banyu memutar badan lalu berjalan guna memeriksa balkon. Mungkin Dara melukis atau malah nongkrong di tempat itu seperti kebiasaannya. Sayangnya, Dara juga tidak ada di balkon.
Apa Dara sedang pergi keluar?
Malam-malam begini?!
Sungguh, perasaan Banyu jadi tidak enak. Mengeluarkan handphone dari dalam sakunya lagi lalu menelepon Dara untuk yang kesekian kalinya. Tangan yang tadinya terangkat di dekat telinga kini perlahan turun seiring dering familiar terdengar. Handphone Dara ada di sini. Di ruangan ini.
Ck, ceroboh!
Banyu lalu melangkah nenuju nakas di dekat ranjang. Membuka laci teratas. Di dalamnya tidak ada handphone tergeletak tapi ada kotak berwarna hitam. Meletakkan handphone miliknya terlebih dahulu di atas nakas kemudian malah diam tak bergeming menatap kotak.
Sebenarnya tinggal buka penutup kotak. Sesederhana itu, akan tetapi Banyu merasa takut membukanya. Ibarat kotak pandora yang tidak semestinya dibuka. Menghela napas panjang sebelum mengangkat kotak berukuran sekitar 25x25 cm. Banyu duduk di ranjang. Terdiam sebentar lalu benar-benar membuka kotak.
Senyum getir menghiasi wajah Banyu. Prediksinya tidak meleset ternyata. Isi kotaknya sama sekali tidak menyenangkan untuk dilihat.
Tenang, kotak tidak berisi tikus mati atau boneka berdarah-darah. Isinya, hanya lima barang yaitu handphone milik Dara, kalung, cincin dan 2 buah flashdisk. Tidak perlu jadi jenius untuk tahu bahwa kotak ini memang hadiah... ralat, hadiah permisahan dari Dara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prambanan Obsession (END)
Historical FictionPerjanjian telah dibuat antara Bandung Bondowoso dan pasukan jin. Namun, semesta sepertinya tahu bahwa kegagalan terjadi karena kecurangan yang dilakukan oleh Roro Jonggrang. Roda nasib berputar di luar kendali. Masalahnya, perjanjian gaib tidak dap...