【58】Terulang

1.6K 205 27
                                    

Dara melenggang santai. Sengaja menaikkan tudung hoodie yang sedang dikenakan agar wajahnya tidak begitu kentara. Memang suasana lobby apartement tidak ramai. Hanya tiga, empat orang yang terlihat karena masih sekitar jam 10 pagi. Normalnya, orang sudah berada di kantor untuk bekerja bukan berkeliaran di sini.

Pagi ini Dara sedang menunggu kedatangan seseorang. Orang tersebut akan membawa barang untuk Dara. Tenang, bukan barang haram macam narkoba. Dara belum segila itu untuk terjerumus pada obat-obatan terlarang.

"Loh, kok Abang yang antar?" tanya Dara setelah berdiri di hadapan seorang pria berbadan tegap yang saat ini sedang duduk di salah satu kursi.

"Kebetulan ada di rumah," jawabnya sambil menegakkan punggung.

Memang tadi pagi Dara menelepon ke rumah. Dirinya meminta agar salah satu ART mengantarkan bunga mawar yang jenisnya preserved flower. Bunga pemberian dari Banyu tersebut tidak sempat dibawa oleh Dara saat keluar dari rumah keluarga Atmodimedjo. Kini Dara ingin menaruh bunga hadiah dari tunangannya itu di apartment.

Dina bilang bunga akan diantarkan oleh Wira ke alamat yang diberikan oleh Dara. Namun alih-alih Wira--ART yang kadang double jobs jadi tukang antar jemput--mendatangi Dara kemari malah Bang Juan. Memang Bang Juan walau tugas sebenarnya adalah bodyguard tapi tak jarang mau dimintai tolong melakukan hal lain. Untuk kepentingan anggota keluarga Atmodimedjo tapinya, kalau hanya untuk ART seperti tidak pernah.

"Abang nggak jagain Mami? Mami baik-baik aja kan? Nggak sakit?" tanya Dara bertubi-tubi.

Bang Juan dan Pak Markus sekarang beralih sebagai bodyguard Mami. Tugasnya tentu berada di sekitar Farah Sasmita Atmodimedjo. Oleh karena itu, agak aneh jika jam segini Bang Juan bisa berkeliaran seenaknya.

"Ibu sehat. Beliau lagi cek ruko baru," jawab Juan segera.

"Terus Mami tahu Abang ke sini?" tanya Dara mulai panik.

Sungguh, Dara tidak ingin mencari masalah dengan Maminya. Bisa panjang urusannya kalau dikira Dara menyabotase bodyguard hanya demi bunga. Sepertinya tanpa berusaha sedikitpun Dara punya kemampuan untuk menarik masalah mendekat padanya. Haruskah Dara menjuluki dirinya sebagai 'Si Magnet Masalah'... Hadeeeh.

Juan terkekeh melihat kepanikan di wajah Nona mudanya yang cantik ini. "Tenang. Ibu tidak tahu kalau Abang ke sini." Jeda sejenak. "Lagipula Abang sudah tidak bekerja sebagai bodyguard Ibu. Memang masih tinggal di rumah dan rencananya minggu depan Abang akan pulang ke Medan. Ibu juga sudah kasih izin."

"Abang mau nikah yaa?" tebak Dara lalu tersenyum.

Alasan resign muda-mudi biasanya karena pernikahan. Setahu Dara, kinerja Juan Lafran Derom Lubis itu baik. Sebagai mantan anggota pasukan elit TNI AD pasti dirinya bisa diandalkan. Jadi mustahil jika Bang Juan dipecat Mami karena kinerjanya buruk. Bahkan dulu Papi sering kali memuji Bang Juan sebagai orang kepercayaannya.

Juan terkekeh sebelum menjawab, "Semoga ada jalan bisa menikahinya."

"Dih, mentang-mentang bodyguard jadi jawabnya formal begitu." Tangan Dara terulur untuk mengambil bunga yang tertutup tabung kaca bening. "Sini bunganya, Bang!" pintanya karena tidak ingin memperpanjang pembicaraan.

Sayangnya, Juan tidak juga menyerahkan barang yang dipegangnya sejak tadi dan malah berkata, "Bisa bicara sebentar. Ada yang harus Abang sampaikan."

Alis Dara naik satu. Menyadari bahwa orang di depannya sedang serius. Terlihat jelas dari mimik wajah Bang Juan yang kini berubah. Yakin bahwa apa yang akan disampaikan Bang Juan pasti sesuatu yang penting. Sungguh, Dara teramat penasaran sekaligus khawatir.

Prambanan Obsession (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang