Dara mengerjabkan mata. Dirinya langsung bangkit terduduk. Menghela napas kala mengenali tempatnya terbangun. Ingat bahwa ini apartment tempat tinggal barunya. Belum terbiasa jadi tadi kaget sejenak karena bangun di tempat asing. Efek nyawa belum kumpul semua mungkin.
Menengok ke samping ranjang lalu beralih memindai ke seluruh penjuru ruangan yang pastinya tidak terlalu besar ini. Mungkin jika dihitung luasnya maka hanya seukuran walk in closet di kamarnya yang dulu. Change is hard at first, messy in the middle and hopefully gorgeous at the end. Dara harus mulai beradaptasi dengan keadaannya kini.
Sepi... Dara sendirian.
Matanya menatap jam dinding. Pukul 6 pagi. Menghela napas panjang, mulai sekarang Dara tidak bisa lagi bermalas-malasan. Tak ada lagi ART yang akan menyiapkan makanan apalagi membersihkan kamarnya. Selfservice today, tomorrow, the day after tomorrow and of course the next day... Ugh, apa boleh buat.
Dara lebih baik mandi. Sepertinya kepala Dara butuh yang dingin-dingin. Percuma juga membersihkan ruangan. Alasan pertama, Dara belum membeli alatnya. Kedua, apartment tidak terlihat kotor.
Dara memang kemarin ke mall tapi hanya untuk membeli beberapa pakaian serta kebutuhan dasar, itupun Areta yang membelikan. Bukannya malas, namun saat itu mata Dara sembab dan agak sedikit bengkak jadi memilih berdiam diri di mobil. Tentu sambil meneruskan sesi menangisnya.
Dara kekanak-kanakan? M.E.M.A.N.G.
Tidak berlama-lama mandi seperti biasanya karena percuma, di sini tak tersedia bathtub. Dara keluar sambil menggulungkan handuk kecil ke rambutnya yang basah. Dara juga masih mengenakan bathrobe. Dirinya tidak terbiasa berganti pakaian di kamar mandi.
Anggap saja sekarang Dara punya ruang serba guna. Buat tidur, makan, nonton, sampai masak termasuk ganti baju itu jadi satu ruangan. Inikan apartment tipe studio. Sangking sempitnya setan pasti terdesak ke pojokan, Eh.
Memang saat kuliah dulu Dara tidak disediakan rumah. Dilarang Papi menyewa apartment juga jadi tinggal di doom. Roommate Dara itu orang Australia. Artinya sejak dahulu Dara sudah belajar mandiri tapi tidak membersihkan ruangan sendiri karena ada petugas khusus semacam cleaning service yang melakukannya. Makanan juga tidak masak sendiri.
Hmm, artinya tidak mandiri yaa?... ups sorry.
Namun, sekarang sepertinya Dara harus melakukan semuanya sendiri. Bersih-bersih ruangan nggak bikin mati yaa kan? Cuma capek dikit palingan. Apartment sewaannya juga tidak besar.
"Loh, Mas belum pulang?" tanya Dara agak kaget kala melihat tunangannya berada di dekat kulkas. Syukur gue belum buka-bukaan, Beh, untung di Banyu, rugi di gue. Lanjut Dara di dalam hati.
Banyu memandang sekilas Dara lalu berjalan menuju meja makan minimalis. Dirinya menaruh plastik berisi makanan di meja. "Piring nggak ada, mangkok nggak ada, gelas nggak ada, sendok-garpu nggak ada. Dispenser juga nggak ada. Ckckck, Kamu tuh mau hidup mandiri di apartment atau camping, hm?" tanya Banyu tak habis pikir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prambanan Obsession (END)
Historical FictionPerjanjian telah dibuat antara Bandung Bondowoso dan pasukan jin. Namun, semesta sepertinya tahu bahwa kegagalan terjadi karena kecurangan yang dilakukan oleh Roro Jonggrang. Roda nasib berputar di luar kendali. Masalahnya, perjanjian gaib tidak dap...