Terlalu penasaran dengan apa yang dipandang oleh Nawang Wulan dengan begitu serius, Banyu menengok ke belakang. Matanya Banyu melotot saat memandang kaca toko. Di luar sana ada seseorang yang menempelkan wajahnya ke kaca seolah sedang mencari sesuatu. Kedua netra orang itu beradu tatap dengan Banyu, lalu dia tersenyum senang.
"ANJING!!!" umpat Banyu sekal lagi setelah dibuat terkejut sesaat.
Hari ini sepertinya dirinya diperalat oleh Nawang Wulan.
Bidadari sialan!
Denting lonceng terdengar kembali saat pria muda itu memasuki toko. Senyum canggungnya masih dipertahankan saat berjalan mendekati kami. Walau terlihat tenang namun dari matanya tampak bahwa dirinya sedang gelisah.
Banyu berkacak pinggang. "APA YANG KAU LAKUKAN DI SINI? BUKANKAH AKU SUDAH BILANG, TUNGGU AKU DI MOBIL!!!" teriaknya yang membuat pria muda itu kaget bahkan refleks mundur selangkah.
"Tu-Tuan sudah empat jam tidak kembali. Handphone Tuan juga mati," jelasnya agak terbata. "Saya takut ada sesuatu yang menimpa Tuan jadi saya cari saja," lanjutnya.
"Empat jam?" tanya Banyu gagal paham akan perkataan pegawainya itu.
Wajah Banyu beralih memandang Nawang Wulan. Ternyata bukan barang-barang antik saja yang punya kekuatan sihir tetapi tempat ini juga memiliki perbedaan dimensi waktu sepertinya. Banyu yakin dirinya tidak selama itu pergi. Satu jam masih masuk akal, tapi empat jam itu terlalu mengada-ada. Banyu ngobrol sebentar lalu Ana muncul. Tidak mungkin juga Ana tadi mondar-mandir selama tiga jam. Impossible sekali bukan?
Sialan!
Apa sebenarnya yang direncanakan Nawang Wulan?
"Siapa kau?" tanya Nawang Wulan menatap tamu barunya.
Pria muda itu membungkuk sedikit sebagai tanda hormat baru menjawab, "Saya Yudis, personal assistant dari Tuan Banyu," jawabnya setelah mengerling gelisah ke arah Banyu.
Waduh... ini toh alasan nggak mau dikawal. Ternyata, oh ternyata, lagi ketemuan sama cewek.
Pinter banget cari yang bening-bening, Bos.
Pantesan juga disembunyiin ternyata ceweknya cakep pake banget. Mana mukanya glowing, artis aja nggak sebegini cantiknya.
Hmm, paling nggak, gue bisa kasih bukti kalau Bos gue bukan gay!
"Hahaha," tawa Nawang Wulan membahana membuat kedua pria yang ada di hadapannya mengerutkan dahi heran.
"Maaf, apa pekejaan saya terdengar lucu?" tanya Yudis ingin mengkonfirmasi.
Agak bersyukur karena tadi Yudis menyebutkan personal assistant alias PA bukan sekretaris. Mungkin di pikiran orang awam pekerjaan ini bukan pekerjaan seorang pria. Merubah pola pikir masyarakat memang tidak mudah.
"Eheem... maaf... maaf. Saya tidak mentertawakan pekerjaanmu tapi apa yang ada dalam pikiranmu. Kau lucu sekali," balas Nawang Wulan menahan geli sambil melirik sesaat pada Banyu.
Banyu berdecih tak suka lalu memandang sinis Yudis karena yakin sesuatu tentang dirinya yang ada di benak pegawainya itu sehingga ditertawakan oleh Nawang Wulan. "Bagaimana kau bisa menemukanku?" tanyanya.
Waduh... Apa bosnya tambah marah karena ceweknya tadi bilang kalau gue lucu?
Astaga, ternyata bosnya cemburuan banget!
KAMU SEDANG MEMBACA
Prambanan Obsession (END)
Ficción históricaPerjanjian telah dibuat antara Bandung Bondowoso dan pasukan jin. Namun, semesta sepertinya tahu bahwa kegagalan terjadi karena kecurangan yang dilakukan oleh Roro Jonggrang. Roda nasib berputar di luar kendali. Masalahnya, perjanjian gaib tidak dap...