"Gue baru tahu kalau lo dekat sama Banyu. Gue ketinggan gossip apa gimana sih?" tanya Iris sambil mengikat rambutnya dengan model ponytail.
Dara menghembuskan napas pelan. Menyadarkan punggung ke kursi. "Baru kenal, belum lama kok."
"Paling nggak, ini lebih masuk akal dibanding lo balikan sama Kenneth."
"____" Tak ada kata yang keluar dari bibir Dara karena bingung harus berkomentar bagaimana.
Alis Iris menukik satu. "No offense. Selingkung di club? Ck, terlalu nggak masuk akal. Kalian backstreet lama sebelum resmi pacaran. Terlatih macam itu bertahun-tahun jadi mustahil lo ceroboh. Apalagi karier lo hancur karena itu." Menjeda sejenak dan ikut menyadarkan punggung di kursi juga. "Pokoknya nggak mungkin. Satu-satunya penjelasan yang masuk akal yaitu lo atau Kenneth mabuk dan nggak sadar pelukan. Lupa sesaat kalau kalian udah lama putus."
Dara terkekeh mendengar pendapat Iris. "Kalau benar gimana hayo?" tantangnya.
Iris menggelengkan kepala. "Nggak mungkin. Buat apa juga lo rebut Kenneth dari istrinya? Kan Saira bisa nikah sama Kenneth karena kalian putus. Lo juga nggak mungkin ngelawan Tante Farah. Mami lo nggak akan pernah kasih restu. Begitu yang gue dengar waktu nguping pembicaraan Mami gue sama Mami lo di rumah," jelasnya lalu nyengir.
"Cerita gue sama Kenneth udah lama selesai. Nggak minat ngulang lagi," pungkas Dara telak sekaligus jujur. Dirinya lalu membuka tas berisi raket tenis guna mengakhiri pembicaraan tentang pria sipit yang membuat dunia Dara sempit dan terhimpit.
Saat ini mereka memang sedang duduk mengelilingi meja payung yang ada di pinggir lapangan. Tadi siang Banyu menelepon Dara untuk diajak bermain tenis bersama Narendra dan Iris. Sebenarnya Iris terlebih dahulu menghubungi Dara untuk menceritakan rencana double date ini.
Double date??? Astaga!
Sumpah, Dara tidak berniat double date atau semacamnya. Namun, kata Iris, Narendra telah mem-booking lapangan tenis outdoor yang berada area hotel di kawasan Jakarta Pusat. Iris juga mengancam akan meminta izin langsung pada Mami Dara jika tawarannya ditolak. Maka mau tak mau Dara datang.
Beberapa hari telah berlalu sejak perjalanan kapal pesiar waktu itu. Kebodohan Dara untuk berdansa sambil berpelukan mesra dengan Banyu ternyata harus dibayar mahal. Jika sampai Mami atau Papinya dengar cerita ini maka bisa-bisa Dara dinikahkan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Padahal jujur pada Banyu masih belum sanggup dilakukan Dara.
"Lo sama Banyu serius nih aroma-aromanya." Iris terlihat mengulum senyum.
Amiiiiiin... Eh.
Dara mengambil cup coffee dari gerai ternama dengan logo Siren, yakni gambar sosok makhluk mitologi dari Yunani. Berwujud layaknya putri duyung yang sangat cantik berambut panjang, namun memiliki dua ekor. Konon katanya Siren sering menampakkan diri untuk menggoda para pelaut.
Meminumnya terlebih dahulu karena Dara merasa salah tingkah sekaligus takut salah ucap. "Kok bisa booking malam sih. Bukannya biasanya pagi, itupun cuma 06.00 - 10.00 doang?" tanyanya seakan mendapat pencerahan di otaknya.
"Hadeeeh... Lo harusnya tanya laki lo dong! Masa nggak tanya dia punya saham di mana aja?"
"Kata lo, Narendra yang booking!"
"Narendra bilang, kalau nunggu Banyu yang inisiatif booking itu bisa sampai tahun depan kita tenisnya." Berdecak baru melanjutkan perkataannya, "Ck, nggak usah ngalihin pembicaraan, Dara! Lo sama laki lo ada hubungan apa?" gerutu Iris.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prambanan Obsession (END)
Historische RomanePerjanjian telah dibuat antara Bandung Bondowoso dan pasukan jin. Namun, semesta sepertinya tahu bahwa kegagalan terjadi karena kecurangan yang dilakukan oleh Roro Jonggrang. Roda nasib berputar di luar kendali. Masalahnya, perjanjian gaib tidak dap...