"Tuk... tuk... tuk..." suara ujung high heels yang beradu dengan lantai marmer terdengar kala Dara melangkah.
7 langkah...
6 langkah...
5 langkah...
4 langkah...
3 langkah...
Berdiri tegap memandang seraut wajah yang terlukis elok dalam kanvas. Ketidaknyataan yang malah mampu membuat damai itu terusik. Gelisah walau tak mampu mengungkapkannya lewat kata.
Bukan hal mudah untuk menghasilkan suatu karya. Dara percaya semua imajinasi adalah anugerah Tuhan. Dirinya selalu bersyukur karena telah diberikan kepercayaan lebih dibandingkan manusia lain sehingga karya ini bisa tercipta.
Namun jika ada yang bertanya apa Dara pernah membenci hasil karyanya maka jawabannya PERNAH. Lukisan inilah. Lukisan buatan tangannya sendiri tetapi kenapa malah terasa asing baginya.
Wajah di lukisan sangat mirip dengan wajahnya, bagai pinang dibelah dua. Memandangnya seolah-olah dirinya sedang bercermin. Namun Dara teramat yakin sosok di lukisan itu bukanlah dirinya.
Serupa tapi tak sama.
"Gue kira lukisan ini bakalan lo pajang di kamar!" ucapan Areta terdengar tiba-tiba membuat Dara agak terkesiap kaget.
Dara memincingkan matanya menatap ke samping. "Ck, bisa nggak sih kalau datang itu, nggak ngagetin gue?!"
For your information, Dara memang sedang berada di Yogyakarta, tepatnya di acara pameran lukisan yang diadakan salah satu komunitas seni lokal. Tadi saat tiba di sini, Areta pamit untuk ke toilet. Oleh karena itu, Dara masuk lebih dahulu guna berkeliling melihat lukisan-lukisan yang dipamerkan.
"Lah, lo yang ngelamun, kok gue yang disalahin." Areta menyeringai sesaat. Wajar suara langkahnya tak begitu terdengar karena dirinya memakai sneakers alih-alih high heels seperti Dara. "Awas kesambet. Di sini adanya kopi jos. Kalau kena sembur bukan sadar tapi malah melepuh kulit lo!" lanjutnya ngawur.
Areta dan jokes recehnya.
"____" Dara hanya bisa menampakkan ekspresi jijik tanpa ada keinginan untuk membalas kata-kata absurd barusan.
Yang waras ngalah!
"Segitu terpukaunya lo sama lukisan buatan sendiri?! Hmm, tapi memang keren sih. Mana ada aura-aura mistis gimana gitu. Tuh lihat, bulu kuduk gue berdiri nih... merinding," ucap Areta sambil mengelus punggung tanggannya.
"Eh, gue nggak ngelukis hantu yaa!" balas Dara tidak terima walau membenarkan dalam hati bahwa ada aura tak nyaman setiap melihat lukisan yang satu ini.
"Maksud gue itu, rasanya kayak mandangin lukisan Nyi Roro Kidul yang ada di kamar 308 hotel Samudra apaan gitu. Gue lupa nama pasti hotelnya. Pokoknya hotel yang ada di Sukabumi itu loh, Dara."
Alis Dara naik satu. "Lo pernah ke sana lihat lukisannya?" tanya Dara agak kaget.
Sebagai orang Indonesia yang tentu tidak buta informasi. Dara juga tahu bahwa ada sebuah hotel di daerah Sukabumi yang katanya menyediakan kamar khusus bagi Nyi Roro Kidul. Kamar yang didominasi warna hijau juga dilengkapi sesajen dan lukisan. Salah satu lukisan itu karya Basuki Abdullah yang adalah maestro lukis Indonesia asal Surakarta.
"Ck, biasa aja natapnya! Gue ke sana bukan untuk ngelakuin ritual aneh-aneh tapi lagi ikut liburan bareng keluarga sepupu gue. Terus dapat izin pihak hotel buat lihat kamar itu. Lihat bentaran doang terus kita keluar lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Prambanan Obsession (END)
Narrativa StoricaPerjanjian telah dibuat antara Bandung Bondowoso dan pasukan jin. Namun, semesta sepertinya tahu bahwa kegagalan terjadi karena kecurangan yang dilakukan oleh Roro Jonggrang. Roda nasib berputar di luar kendali. Masalahnya, perjanjian gaib tidak dap...