Banyu yang melihat Dara berlalu pergi lalu melangkah cepat menghampirinya. Menarik tangan Dara lalu memerangkapnya di dinding. Sebelah tangannya mematikan saklar agar lampu ruangan mati.
"Mas apa-apaan?" Mata Dara melotot. Dirinya masih bisa melihat karena lampu di halaman luar menyala terang. Stodio lukis Dara itu 3 bagian sisinya kaca dan hanya satu bagian yang benar-benar dinding. "Lepasin Da___hhmmpptthh."
Perkataan Dara tidak selesai karena Banyu membungkam bibirnya dengan ciuman. Sayangnya, tidak ada kelembutan. Justru lumatan kasar yang Dara rasakan seakan Banyu menyalurkan kekesalan serta kemarahanya. Dara gelagapan. Sebelah tangan Dara yang tidak dicekal digunakan untuk mendorong Banyu walau sulit.
Tak kehabisan akal Dara menginjak kaki Banyu sekuat tenaga. Ciuman mereka akhirnya terlepas. Entah karena merasa sakit atau kaget tapi cengkraman Banyu juga mengendur hingga Dara bisa bergerak melepaskan diri.
"Plaaaaaak!" tangan Dara terayun sekuat tenaga ke arah pipi Banyu.
Banyu yang tertampar keras terhuyun mundur selangkah. Dara sadar tamparannya pasti menyakitkan. Tangan Dara saja terasa kebas dan panas apalagi pipi Banyu.
"____" Dara terdiam. Gentar sebenarnya tapi tak ingin dirinya didominasi oleh pria.
Bagai api yang malah disiram bensin. Pertengkaran mereka sepertinya akan makin menuju titik kulminasi. Bukankah sebaiknya tidak mengambil keputusan saat sedang marah. Banyu yang kini mulai memaksakan kehendak padahal Dara sudah mengulur waktu hingga mereka siap untuk bisa bicara baik-baik. Jadi jangan salahkan Dara jika hubungan mereka nantinya tidak terselamatkan.
"Hahaha," tawa keras tiba-tiba keluar dari mulut Banyu memecah keheningan mencekam barusan.
SINTING... Tujuh kata itu yang sepertinya cocok disematkan pada tunangan Dara. Sebenarnya, Dara sudah bersiap jika Banyu akan membentak atau mengkasari dirinya karena tidak terima ditampar. Dari sekian banyak alternatif kemungkinan pembalasan dari Banyu, 'tertawa' malah sama sekali tidak terpikirkan oleh Dara.
Sebenarnya yang mabuk itu Dara atau Banyu?!
Tangan Banyu menyentuh saklar agar lampu ruangan stodio lukis kembali menyala. Banyu berusaha fokus pada muka Dara, bukan pada paha mulus Dara. Harap diketahui bahwa saat ini Dara mengenakan oversized T-shirt serta denim hot pants. Banyu itu pria normal jadi... Aaarrggghh.
"Aku sudah ditampar jadi aku berhak mendapat kesempatan bukan?" tanya Banyu setelah melangkah mendekati Dara lagi.
Dara mendengkus. "Mas pantas ditampar karena mencium Dara tanpa izin!" balasnya sambil melotot marah. Mengabaikan rasa bersalah yang malah muncul di sudut hati kecilnya saat melihat sebelah pipi Banyu merah.
Pasti sakit banget itu!
No... No... No... Dia pantas ditampar.
"Memang kalau minta izin dulu bakalan diizinin cium kamu?" tanya Banyu menahan geli.
"Minta cium sana sama Si Ratu Lebah!" balas Dara jengkel.
Ratu Lebah?! Astaga!
Gemes bangetkan kalau Dara sedang cemburu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prambanan Obsession (END)
Historical FictionPerjanjian telah dibuat antara Bandung Bondowoso dan pasukan jin. Namun, semesta sepertinya tahu bahwa kegagalan terjadi karena kecurangan yang dilakukan oleh Roro Jonggrang. Roda nasib berputar di luar kendali. Masalahnya, perjanjian gaib tidak dap...