Mengikuti langkah Rawa menaiki tangga menuju ke pintu utama di lantai dua, sesekali Lyliu memegangi beberapa daun dari tanaman jenis sayur pada sebelah kiri tangga. Meskipun sudah diberi pembatas pagar kecil bewarna hitam setinggi setengah meter, tetapi dedaunan sayur banyak yang menerjang perbatasan tempatnya. Di tengah perjalaannya, terlihat beberapa sayuran kering dan gersang, seperti sedang menunggu ajalnya. Geram serta kesal melihatnya, kenapa harus ada kekeringan di antara sayuran segar?
"Bolehkah aku merawat tanaman ini?" ucap Lyliu sambil memegangi dedaunan dari tanaman tersebut.
"Minta izin ke pemiliknya dulu. Aku bahkan tidak diperbolehkan memegang sepucuk dari ujung daunnya," jawab Rawa yang sudah jauh di depan.
Lyliu langsung menarik kembali tangannya. Panik kalau sampai pemiliknya marah karena hal itu. Sejahat apakah sampai tidak ada yang boleh menyentuh tanaman miliknya. Rawa sudah sampai tepat di depan pintu. Gadis remaja itu bergegas menyusulnya. Pemuda pemilik rumah hanya diam. Entah apa yang ia tunggu, tidak langsung membuka pintu dan bergegas masuk.
"Sebentar lagi dia datang," kata Rawa.
Gerbang utama terbuka otomatis. Mobil hitam masuk dan melewati jalanan pojok kanan yang memang digunakan untuk kendaraan. Langsung masuk ke garasi di lantai bawah. Menunggu cukup lama, tanpa ada seorang pun yang keluar dari garasi, tiba saja pintu utama terbuka. Pria tinggi seratus tujuh puluh sembilan sentimeter berdiri tegap di balik pintu.
Pintu besar bewarna putih dengan ganggangnya bewarna emas dan berlapis kaca. Rumah ini terlihat berbeda dari lainnya, tetapi tetap sama sejenis menggunakan model bangunan Eropa. Yang membedakan dari kebanyakan, yaitu bentuk jendela. Rumah ini terhitung memiliki banyak kaca dibandingkan lainnya yang hanya megah dengan pilar-pilar tinggi. Pengapit kaca terbuat dari kayu dengan kualitas terbaik itu dicat warna hitam. Dari luar halaman rumah saat malam mungkin akan jauh terlihat indah dengan sorot lampu dari dalam rumah langsung menembus kaca.
"Kakak, ini Mao. Mao, ini Kakakku, pemilik benda itu." Rawa memulai pembicaraan dengan mengenalkan mereka berdua.
Lyliu memutar balikkan arah tubuhnya dan menatap kakak temannya itu secara langsung.
"Kau lagi!" Gadis remaja itu langsung mengambil tindakan cepat sebelum terjadi sesuatu. Ia menarik kerah kemeja putih dan meremasnya geram.
"Terlalu tinggi, ya?" ucap pria itu datar.
Lyliu langsung menurunkan tangannya dari kerah kemeja ke dasi. Sempat ia berjinjit untuk menggapai sasaran pertama, bukannya terlihat keren malah mempermalukan dirinya sendiri. Bukan lagi jas dan celana hitam, sekarang berganti ke abu-abu tua. Khusus sepatunya tetap bewarna hitam mengkilat. Rawa melihat temannya heran, kenapa ia langsung memusuhi kakanya.
Kontak mata terjadi antara pria itu dengan Lyliu. Sama-sama menatap sinis, seperti ada kobaran api di setiap detik kedipan mata mereka. Sang pria mengaku kalah dan tak bisa menatap lama mata milik gadis tersebut. Mata Lyliu yang begitu bulat indah dilengkapi bulu mata melentik panjang. Garis di kelopak mata begitu samar tak terlihat serta bentuk wajahnya yang identik kecil, tetapi bulat seperti manik-manik. Bibirnya mungil murni bewarna pink cenderung ke peach.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mao's Journey [SELESAI]
Jugendliteratur[𝙽𝚎𝚠𝚊𝚍𝚞𝚕𝚝 - 𝚁𝚘𝚖𝚊𝚗𝚌𝚎] Andai saja Lyliu patuh pada waktu itu, mungkin ia tidak akan bertemu bahkan tinggal seatap bersama Zian dan Rawa. Terkadang, menjadi gadis bandal adalah opsi yang tepat. Memberikan bentuk energi positif atas kelak...