[𝙽𝚎𝚠𝚊𝚍𝚞𝚕𝚝 - 𝚁𝚘𝚖𝚊𝚗𝚌𝚎]
Andai saja Lyliu patuh pada waktu itu, mungkin ia tidak akan bertemu bahkan tinggal seatap bersama Zian dan Rawa. Terkadang, menjadi gadis bandal adalah opsi yang tepat. Memberikan bentuk energi positif atas kelak...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Special part edisi 2 buat Zian ya, oll!
Cukup lama Lyliu berada di dekapan hangat sang kekasih. Meskipun mulai terbiasa, detak jantung Zian masih dengan tempo berantakan ketika dirasa. Pria itu melonggarkan tangannya, tak lama mulai melepas pelukan. Lyliu yang merasa sudah bebas, akhirnya mendongakkan kepala. Dilihatnya pria tampan tampak segar bermata sipit tersebut tersenyum tipis.
Lyliu masih berdiri diam. Zian berjalan ke arah taman yang mengelilingi gazebo. Tersaksikan bunga Chrysanthemum warna merah menggoda. Tidak seperti rangkaian krisan putih yang terlihat anggun menghiasa kepala Zian saat ini, warna merah tersebut begitu sempurna dan elegan. Tanpa berlama lagi, dipetiklah setangkai krisan merah kemudian dibawanya kembali menghadap pujaan hati.
Tiada memberi aba-aba terlebih dahulu, Zian meletakkan setangkai Chrysanthemum warna merah itu di sela antara pelipis dan atas daun telinga kiri milik Lyliu. "Merah memang sedikit tidak cocok dengan Anda, tetapi bunga merah menggambarkan perasaan saya saat ini. Saya rasa, hari ini adalah hari paling beruntung dan bahagia yang telah saya jalani," ucap Zian diiringi jemarinya yang mulai menyusuri setiap helai surai cokelat milik gadis di depannya.
"A-aku takut."
Zian mengangkat kedua alisnya. "Apa yang Anda takutkan?"
"Aku hanya orang biasa, tidak pantas untuk di sini." Lyliu terlihat lesu dengan kepalanya sejenak menunduk.
"Siapa yang bilang seperti itu?" Zian memegang lembut kedua bahu kekasihnya.
Banyak. Liu bukan gadis polos lagi, kak Zi. Liu tahu, begitu tidak pantasnya berada di dekat kak Zi. Gadis yang tidak punya apa-apa, bahkan dia tidak tahu harus menata masa depannya seperti apa. Meski terasa begitu tenang, Liu tidak berani untuk seratus persen menggantikan posisi kak Luvy.
"Mao?" Zian meletakkan telapak tangan kanannya di pipi kiri Lyliu. "Jangan takut, ada saya. Mao tetaplah Mao, gadis pemberani yang saya kenal."
Lyliu kembali tidak bisa mengendalikan dirinya yang tiba-tiba merasa takut sehingga tubuhnya gemetar tak karuan. Zian di sana, langsung sigap menggenggam kedua tangan kecil gadis di depannya. Hawa tubuh sang kekasih terasa begitu dingin. Tidak ada kehangatan yang dirasakan Zian pada seluruh tangan Lyliu. Bibir ranum yang menggemaskan itu mulai pucat. Zian memandang teliti apa yang sedang terjadi. Dengan segera, pria itu melepas pakaian luar berwarna hitam yang ia kenakan. Kemudian langsung memakaikannya pada Lyliu.
"Kita kembali. Sebentar lagi malam dan mulai terasa dingin."
Lyliu mengangguk tanpa penolakan. Meskipun berbahan tidak cukup tebal, akan tetapi lumayan menambah rasa hangat di tubuh mungil yang terlihat kebesaran itu. Ketika beranjak kembali ke rumah utama, terlihat Rawa dan Meili memasuki halaman. Belva juga ikut membawakan beberapa barang yang mereka berdua beli dari pasar sore. Meili diikuti dua lelaki tersebut langsung menuju dapur yang terpisah dari rumah utama untuk meletakkan semua barang belanjaan.