Bab 11 𓋼𓍊

86 19 71
                                    

Zian terdiam sesaat, sambil memandangi Lyliu dan Rawa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Zian terdiam sesaat, sambil memandangi Lyliu dan Rawa. Senyum gadis yang sedang memasak di dapur itu sangat mirip dengan seseorang yang tidak asing di kehidupannya. Dari kelakuannya, bentuk wajah dan matanya, semua sama persis kecuali potongan rambutnya. Zian terikat lamunannya, membawa dirinya berkelana dalam masa lalu.

🎐

"Sayang, sedang apa?" tanya Zian pada seorang gadis di dapurnya sembari menuruni tangga.

"Sudah selesai tugas kuliahnya?" Gadis tersebut melempar pertanyaan kembali tanpa menyertakan jawaban.

"Udah, kok. Besok ada jadwal presentasi. Aku masuk pagi, nanti kuantar Kamu pulang."

"Kamu fokus aja. Masalah pulang, aku bisa minta jemput temanku," sela gadis berambut sepinggang bewarna kecokelatan.

"Belva, ya?" Zian menyebutkan nama orang yang disebut teman oleh pacarnya itu dengan wajah kusut dan kesal.

"Sayang, Belva itu temanku. Aku pernah janji akan setia padamu, kan? Aku tepatin itu. Pegang janji ini."

"Terserah Luvy, deh," kesal Zian sebelum menaiki tangga dan pergi meninggalkan gadis itu.

Luvy hanya tersenyum melihat kelakuan pemuda berusia dua puluh tahun tersebut, terkadang masih bersifat kekanak-kanakan. Dirinya yang berusia lebih muda setahun darinya memang bisa dikatakan lebih dewasa. Sejatinya usia tidak menentukan kedewasaan seseorang.

Luvy adalah gadis semester empat jurusan Matematika di salah satu universitas swasta ternama di Jakarta. Memang Zian merupakan kakak tingkatnya, tetapi mereka berdua berbeda progam studi. Baru Lima bulan mereka menjalani hubungan kekasih yang membuat banyak teman-temannya iri, karena Zian sangat popular.

Meskipun terbilang cantik dan baik hati, tetapi Luvy hanyalah gadis biasa yang pemalu dan sering menutup diri pada publik. Bahkan sempat di hidupnya tidak ada yang mau berteman dengannya kecuali Belva. Hal ini membuat Zian iri hati. Belva lebih dibutuhkan dibandingkan dirinya yang berstatus sebagai pacar.

Padahal, gadis itu hanya tidak mau merepotkan Zian yang super sibuk dengan kuliah serta membantu perusahaan ibunya. Karena Belva sahabat dari kecil, Luvy memang menganggapnya dekat seperti hubungannya dengan Zian.

Bukan remaja bak prestasi seperti pacarnya, gadis itu lebih memilih menjadi perempuan yang serba guna. Seperti kata orang dahulu. Sebagai perempuan harus ahli di segala bidang. Sedari kecil, Luvy memang tertarik pada dunia memasak.

Namun, saat kedua orang tuanya bercerai, ayahnya melarang dia bertemu dengan ibunya, maupun adiknya yang baru lahir. Membuat dirinya tidak bisa meneruskan hobi memasak. Tidak ada les memasak yang mendukung hobinya, Luvy hanya dikekang untuk terus mendalami pelajaran matematika oleh sang ayah.

🎐

Rawa mengambil piring dan menata rapi. Sedangkan Lyliu meletakkan makanan dari teflon ke piring yang sudah disiapkan oleh temannya. Menu makan malam kali ini nasi goreng. Bagi Rawa, nasi goreng adalah makanan terenak yang diciptakan sebagai penyelamat di kala kelaparan melanda malam hari.

Mao's Journey [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang