Lyliu tidak sanggup menghentikan cairan bening yang terus tumpah deras. Nevo masih tetap berdiri tanpa ada gerakan sedikit pun untuk membantu sang adik yang kesusahan. Gadis itu berusaha membangunkan Hansen. Ia begitu panik, jika tidak ada pertolongan segera, apa yang akan terjadi pada temannya tersebut. Keringat ikut campur mengguyur badan Lyliu di tengah malam.
Beberapa detik, datanglah sebuah mobil mendekati mereka. Ketika salah satu pintu dibuka, keluarlah seorang pemuda. Melihat Lyliu menutupi wajah seorang yang terkapar di tanah itu, segera Rawa berlari menuju adik kesayangannya. Sana yang terkoneksi akan kepanikan Rawa, ia langsung menyerahkan sejumlah uang tanpa menunggu kembalian. Bahkan dipikir tidak membutuhkan pertolongan, Sana memperbolehkan sopir car online itu meninggalkan lokasi.
Tepat di belakang Lyliu, melihat wajah Hansen yang penuh memar dan darah di hidung, sudut bibir, bahkan pelipisnya, membuat Rawa marah. Meskipun Hansen belum diterima baik, Rawa menyadari bahwa ia merupakan adik Belva yang sudah dianggapnya sebagai kakak sendiri. Geram melihat seorang pria masih berdiri di depannya itu, menjadikan tekad Rawa untuk tak segan melayangkan pukulan. Sana yang baru sampai di titik lokasi, langsung membantu usaha Lyliu.
"Ini pasti ulahmu, kan! Berengsek Kau!" teriak Rawa sudah siap membawa batu tangan.
Lyliu menyadari dan bergegas menengahi keduanya. "Rawa, jangan!" Gadis itu menghadap Rawa penuh harap. Sedangkan pemuda SMA itu mengerutkan kedua alisnya yang dipenuhi tanda tanya.
"Dia kakakku," lanjut Lyliu singkat.
Lantas hal inilah yang membuat Rawa semakin marah. "Kakak macam apa dia?" Sorot mata Rawa tajam terhadap adik angkatnya. "Kakak yang tega membiarkan adiknya dijual! Di mana tanggung jawabnya selama ini? Bahkan dia lebih buruk dari iblis!"
Semua penyataan Rawa didengar oleh Sana secara langsung. Jelas saja gadis itu melotot tak percaya atas segala fakta yang belum ia tahu. Lyliu hanya bisa menangis mengingat semuanya. Sedangkan Nevo, pria itu diam tak berkutik. Tidak ada pembelaan, maupun sanggahan untuk dirinya sendiri. Ia begitu mengakui kesalahannya dulu. Bahkan sebenarnya, sekarang posisinya itu memang salah.
Semakin ke sini, rasa iba yang dimiliki Lyliu semakin berkurang untuk Nevo. Semua luapan emosi Rawa dalam cercaan itu membuatnya tersadar. Untuk apa ia masih ingin bersama pria itu. Namun, Lyliu masih bimbang terhadap keputusannya. Sebab hanya Nevo, keluarga kandung satu-satunya yang dimiliki.
Untung saja, tak lama dari itu Belva yang mandi keringat datang dengan tujuan pertamanya pada sang adik. Pria tersebut tertunduk lemas. Wajahnya kusut melihat Hansen tergeletak lemas. Sana masih menggoyangkan tubuh temannya. Tetap, tidak ada respon dari Hansen. Mata sayu Belva mulai pedih akibat genangan cairan bening yang tiba saja muncul.
Belva berlutut lemas. "Apa yang terjadi?" tanyanya pada semua.
Diam. Tidak ada jawaban terkait kejadian itu. Lyliu ingin sekali menjelaskan. Gadis itu gemetaran hebat tak terkendali. Ia bingung, kedua belah pihak saling berhubungan dengannya. Namun, untuk kali ini, Lyliu memutuskan membela di pihak Rawa. Rasa kecewa telah membungkusnya membentuk lapisan tebal. Masih tidak ada jawaban, Belva berteriak kencang dibersamai dengan salah satu bendungannya yang pecah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mao's Journey [SELESAI]
Novela Juvenil[𝙽𝚎𝚠𝚊𝚍𝚞𝚕𝚝 - 𝚁𝚘𝚖𝚊𝚗𝚌𝚎] Andai saja Lyliu patuh pada waktu itu, mungkin ia tidak akan bertemu bahkan tinggal seatap bersama Zian dan Rawa. Terkadang, menjadi gadis bandal adalah opsi yang tepat. Memberikan bentuk energi positif atas kelak...