Bab 9 𓋼𓍊

92 25 90
                                    

Lyliu ditemani Rawa pergi ke kamar asisten rumah tangga di lantai bawah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lyliu ditemani Rawa pergi ke kamar asisten rumah tangga di lantai bawah. Sebelum itu, Belva sempat memberikan paperbag berisi sepasang pakaian gadis tersebut. Sampai di ranjang, Lyliu langsung merebahkan tubuhnya. Rawa yang mengantarkan, ikut duduk di pinggiran ranjang tempat gadis itu berbaring sambil meletakkan paperbag di meja.

Lampu yang semalam padam, sekarang sudah menyala terang. Tidak ada alasan lagi untuk dia takut kegelapan. Rawa menuju dapur, guna mengambilkan segelas air putih agar menenangkan temannya itu. Kini Lyliu sendirian di kamar. Sedikit bangun dan membuka laci di sebelahnya. Terdapat selembar foto dua anak kecil yang saling berpangku.

Anak laki-laki sekitar berusia tiga belas tahun dan anak perempuan berusia tujuh tahun. Mereka berdua nampak tersenyum bahagia tanpa beban. Wajahnya sangat polos. Jaket warna abu-abu dikenakan oleh anak laki-laki itu untuk menutupi seragam putih sekolahnya, kemudian anak perempuan mengenakan sweater berwarna kuning dan juga bandana berbentuk telinga kucing.

Memandangi foto yang lumayan lusuh karena sudah hampir sepuluh tahun, membuat Lyliu tak kuasa menahan tangisnya. "Kakak di mana, sih? Nggak rindu denganku, apa?"

🎐

Berbuai dalam angan, Lyliu terbawa suasana terpaksa harus menghadapi ingatannya pada sepuluh tahun lalu.

"Satu ..., Dua ..., Tiga. Lihat sini, senyum!" ucap pria tua berjanggut sambil mengarahkan kamera.

Tidak hanya sekali jepretan saja, bahkan berkali-kali pria tua tersebut mengambil gambar dari berbagai posisi. Gigi Lyliu yang waktu itu belum rapi dan masih banyak lubangnya karena gigi susu sering copot, tetapi hal tersebut menambah keimutan yang dimilikinya.

Saking bahagianya, mereka tidak pernah menyangka bahwa foto berdua itu menjadi foto terakhir yang mereka ambil sebelum sang ayah berubah sangat buruk. Berfoto saat itu memang direncanakan untuk hadiah atas kelulusan Nevo dari Sekolah Dasar sebelum melanjutkan pendidikannya ke SMP. Namun, memikirkan hal tersebut nantinya bakal mengeluarkan biaya yang cukup banyak, apa lagi waktu itu Lyliu akan naik ke kelas 2 SD.

Semenjak Lyliu berusia lima tahun, sang ibu sudah dipanggil Tuhan. Sedangkan uang yang ditinggalkan oleh ibunya hanya cukup untuk waktu dua tahun saja. Tanpa perhatian sang istri, ayah mereka salah jalan dan menjadi pemabuk serta penjudi berat. Mulai detik itu, hidup Nevo beserta Lyliu jadi berantakan.

Sebelumnya bisa makan daging walaupun daging ayam, sekarang untuk membeli telur saja susah. Nevo sangat menyayangi adiknya. Ia berjanji pada ibunya, akan merawat serta melindungi Lyliu hingga dewasa kelak, hingga gadis itu hidup bahagia dengan keluarganya pribadi. Setiap hari setelah sekolah usai, Nevo jarang pulang ke rumah. Ia selalu mampir ke sebuah warung untuk bekerja. Meskipun tidak banyak upah yang akan didapatkan, tetapi setidaknya dirinya bisa membeli tahu, tempe dan sayuran untuk mereka berdua makan.

Mao's Journey [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang