Bab 15 𓋼𓍊

74 16 84
                                    

Lyliu, Rawa dan Sana langsung bergegas menuju stan sayur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lyliu, Rawa dan Sana langsung bergegas menuju stan sayur. Mereka memandangi jeli serta teliti tanpa melewatkan satu pun orang di sana. Ramai tertangkap oleh mata. Mal ini memang banyak digemari pada bahan makanan. Karena terjamin fresh dan terjaga keamanannya.

Usai beberapa menit berlalu, terlihat pria tinggi dan rambutnya rapi hitam pekat. Postur tubuh dan cara berdiri tegaknya sangat menggambarkan tuan pemilik rumah. Iya, benar tebakan Lyliu. Zian sedang menghadap sayuran segar yang berjajar di depannya. Mulai dari yang bewarna hijau muda, hijau tua, hijau pekat, oren, ungu, cokelat, dan lainnya.

Zian memegang satu buah terong bewarna ungu di tangan kanannya.
Lalu memegang satu buah terong lagi warna hijau di tangan kirinya. Ia seperti benar-benar mempertimbangkan antara keduanya. Sorot tajam mata pria itu seperti meneliti pori-pori pada terong tersebut.

"Wa, kakakmu sangat sus." Sana membisikkan sepatah kata pada Rawa dari jarak yang lumayan jauh dengan Zian.

"Heh! Pikiranmu kotor amat," balas Rawa sambil memandang temannya kesal.

Mereka berdua memang sefrekuensi soal pemikiran. Bahkan jika suatu kalimat belum diucapkan, mereka sudah saling mengerti. Ibaratnya seperti telepati. Lyliu yang hanya ikut-ikutan kedua remaja tersebut, saat bertemu tuannya ia langsung berjalan menghampiri tanpa menunggu keduanya.

Lyliu menengok dan kepalanya sedikit mendongak memandangi tuannya. Bulu mata Zian yang begitu panjang dan lurus seakan menjadi sebuah keindahan tersendiri. Meski matanya sipit dan tidak memiliki banyak lipatan di kelopak matanya. Saat itu Zian sedikit melirik gadis di sebelahnya. Lyliu yang baru menyadari seketika tersipu malu.

"Mau ini?" tanya manusia bongkahan es tersebut dengan memperlihatkan terong yang dipegangnya.

"Boleh," jawab gadis asisten rumah tangganya disertai anggukan.

"Serius? Rawa dan Sana nggak suka."

"Aku suka masakan Mao, Kak. Kecuali terong itu." Tiba saja Rawa menyela perbincangan mereka kemudian berjalan mendekati pria dan gadis tersebut.

"Kita beli ini." Zian memasukkan beberapa buah terong bewarna ungu ke dalam troli.

"Orang gila, siapa juga yang mau mabuk terong tiap hari," gumam Rawa kesal saat kakaknya mulai berjalan diikuti Lyliu.

Zian berpindah ke stan buah. Ia sengaja membeli hanya beberapa jenis sayur. Karena, banyak juga yang tersedia di halaman depan rumahnya. Untuk buah, perdagingan, serta bahan dapur dan pelangkap lainnya mungkin akan banyak yang dibeli. Buah-buahan segar terlihat rapi. Seperti tadi, di stan buah ini juga ramai pengunjung.

Pria dua puluh tiga tahun tersebut melihat secara teliti buah apel yang disajikan berbagai macam dan berbagai asalnya. Dirinya memilih apel yang paling mahal dan berkualitas di sana. Rawa dibantu Sana memasukkan beberapa buah jeruk dan anggur yang sudah mereka pilih ke troli. Tinggal Lyliu hanya berdiri lesu memandangi asiknya orang berkecukupan ini membeli tanpa memikirkan harga.

Mao's Journey [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang