Zian kembali berjalan ke arah ranjang. Membuka laci di nakas tempat sup telur diletakkan. Kemudian pria pemilik kamar meletakkan alat perekam suara yang digenggamnya dalam laci tersebut, tanpa sepengetahuan Lyliu. Walaupun gadis itu tahu, sama saja ia tidak mengerti benda apakah itu.
Belum lama Zian dan asisten rumah tangganya kembali saling diam. Tiba saja seisi ruangan menjadi gulita. Hanya gelap yang tertangkap oleh mata. Lyliu terkejut dan spontan menjerit. Zian teringat saat pertama kali gadis itu tinggal di rumahnya. Lyliu takut akan kegelapan.
"Kakak!"
Seketika Lyliu memeluk erat tubuh tuannya yang sudah berbalik arah menghadapnya. Zian tak kira gadis itu akan melakukan hal semacam ini. Bukan karena tak sudi, tetapi jantungnya seperti didongkrak. Begitu terkejut sampai seakan napasnya berhenti sejenak. Memang selain Luvy, belum ada cewek yang memeluknya. Zian tidak merespon pelukan Lyliu. Namun, ia sengaja memberikan ruang dengan melebarkan jarak antara kedua lengan dan tubuhnya.
Lyliu belum melepas pelukan. Entah mengapa bayangan Nevo--kakaknya seakan berdiri di depan matanya. Hanyut dalam suasana, Zian mengatur napas. Kepala Lyliu lurus tepat dengan jantung pria tersebut. Degupan di dada Zian semakin tak karuan. Ia mengambil kedua pergelangan tangan Lyliu yang berada di belakang punggungnya. Lalu melepas pelan-pelan.
"Tunggu di sini, akan saya cek," perintah pria pemilik rumah.
Zian langsung menyimpang dan berjalan ke arah pintu. Akan tetapi, belum beberapa detik, sebuah rasa tarikan hadir. Tidak salah lagi, Lyliu menarik ujung piyama di bagian belakang. Zian menoleh. Hanya mata berbinar dari gadis mungil tersebut menatapnya ketakutan.
"Ikut! Kumohon jangan tinggalkan aku," rengek Lyliu.
Zian lemah saat gadis itu ingin menumpahkan air matanya. Entah mengapa seketika ia luluh. Langsung saja, pria pemilik rumah meraih tangan Lyliu yang semula menarik piyamanya kemudian ia genggam begitu erat. Gadis asisten rumah tangga tersebut nurut dan mengikuti Zian yang mulai berjalan membimbingnya.
Sebelum meninggalkan kamar, pria itu sempat mengambil ponselnya di atas nakas samping mangkuk sup telur. Dengan kakinya terus melangkah, Zian membuka menu di layar ponsel kemudian menyalakan senter. Lyliu sedikit terkejut saat cahaya terang berasal dari benda yang dipegang tuannya. Benda sekecil dan setipis itu bisa mengeluarkan cahaya sebanding dengan lampu.
Satu kaki Zian turun pada anak tangga. Lyliu menyusulnya. Mereka terus beriringan. Tidak saling meninggalkan maupun ditinggalkan. Gadis itu merasakan suhu tubuh yang teramat hangat, bahkan tergolong panas. Tak salah lagi, hal tersebut berasal dari Zian.
"Umm ...,"
"Kenapa?" tanya Zian.
"Tubuh Anda," Lyliu belum menyelesaikan kalimatnya, pria yang bersamanya langsung menyela. "Saya sudah tahu."
Tanpa berlama lagi mereka berdua sudah sampai di depan sakelar yang menghubungkan aliran listrik di seluruh rumah. Seusai mengarahkan senter dari ponsel ke sakelar, Zian menemukan penyebabnya. Memang bukan masalah besar, hanya saja ada orang usil yang sengaja mematikan seluruh aliran listriknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mao's Journey [SELESAI]
Fiksi Remaja[𝙽𝚎𝚠𝚊𝚍𝚞𝚕𝚝 - 𝚁𝚘𝚖𝚊𝚗𝚌𝚎] Andai saja Lyliu patuh pada waktu itu, mungkin ia tidak akan bertemu bahkan tinggal seatap bersama Zian dan Rawa. Terkadang, menjadi gadis bandal adalah opsi yang tepat. Memberikan bentuk energi positif atas kelak...